09 - Lantung

139 32 3
                                    

ryodyary's story

•••

Luntang-lantung sendiri di tengah gelapnya malam benar-benar membuatku mati rasa.

Aku kesepian. Aku juga kedinginan.

Namun apakah malam ini aku benar-benar sudah kehilangannya? Kehilangan seseorang yang sudah pernah mengukir kenangan-kenangan indah bersamaku?

Ary, bagai sungai yang sedang mendamba samudra, kamu dan aku sudah tahu pasti kemana hatiku ini akan bermuara. Namun pada detik ini, muaraku sudah tak lagi ada.

Kamu tak ada.

Apa yang sebenarnya sudah kamu dengar dari mulut tidak tahu diuntungku ini?!

Sudah cukup aku kehilangan sosok seperti Ryo dan sekarang rasanya aku sudah tidak sanggup lagi jika harus kehilangan dirimu.

Aryan tolong kembali.
Kembali temani saya di sini.

Lagi.





Jika mengingat ucapannya Ary malam itu tentu tidak ada rasa curiga yang terlintas di dalam benakku. Tidak ada rasa curiga, melainkan jauh lebih banyak rasa bahagia.

Namun, bodohnya diriku selalu saja tidak pernah bisa menjadi wanita perasa yang dapat mengerti perasaan seseorang.

Terlebih perasaan milik Aryan. Hingga aku tidak menyadari jika kini aku benar-benar telah kehilangan sosoknya. Sungguh tragis.

Ya. Itulah aku.

Ingatan tentang malam kami berada di kolam renang masih tergambar jelas di kepala. Aku masih sangat mengenangnya.

Mengenang bagaimana dua mata teduh itu menatap wajahku penuh arti yang dalam.

Namun lagi dan lagi, aku adalah diriku.

Aku adalah Athalia Odysée Athena yang sulit untuk bisa memahami apa arti dari setiap ketulusan yang diberikan seseorang kepadaku.

Termasuk arti ketulusan milik Ethan Aryan.

"Odysée juga sudah dekat sekali dengan jiwa saya," kata Aryan penuh ketulusan malam di mana kami masih berada di kolam. Ia menatap wajahku lekat-lekat.

Penuh makna.

Aku ingat sekali malam itu aku juga tak membalas ucapannya dan lebih memilih untuk tersenyum saja. Aku juga tak tahu apa yang sebenarnya diinginkannya pada malam itu. Namun aku bisa melihat ada raut kebahagiaan dari wajahnya. Aryan sangat berbahagia dan juga bersuka cita.

Ia seperti seseorang yang sedang jatuh cinta dalam pandangan kedua mataku.

Lagi pula pria itu memang mudah bahagia jika sudah bersamaku. Begitu kata Aryan.

Namun mengapa malam ini, ia tak hadir di sisi untuk sekedar menemani sosok yang selalu bisa membuatnya berbahagia?

Dan apa yang membuat ia pergi menjauh dari sumber kebahagiaan yang sudah dia temukan setelah sekian purnama lamanya?

Ya. Karena akulah kebahagiaan itu.

Ada apa dengannya?

Mengapa ia rela bahkan tega membiarkan diriku luntang-lantung sendirian di tengah gelapnya malam hanya untuk mencarinya?







A Little Cup And Tea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang