Hola! Jangan lupa komen yang banyak dan vote terus yes! :D
Love u all♡Chap ini lumayan panjang guys, jadi selamat menikmatiii
--○--
Ini malam minggu yang terlampau sunyi. Biasanya Ren akan menikmati malam minggu yang menyenangkan bersama Jendral, tetapi kali ini tidak––tepatnya tidak akan bisa, sebab Jendral ada urusan mendadak yang sulit untuk ditinggalkan bahkan tuk sebentar saja.
Ini darurat. Nenek atau biasanya oma––begitulah Jendral memanggilnya saat dulu masih kecil, baru saja masuk rumah sakit pagi tadi karena penyakit jantungnya yang kambuh. Nyaris saja tak tertolong sebab terjadi begitu mendadak, ketika tak ada seorang pun yang menemaninya di rumah.
Maka Ren dengan ikhlas membiarkan Jendral pergi begitu saja ke Surabaya, sebab Ren tahu seberapa sayangnya Jendral dengan oma yang jarang ditemuinya itu semenjak pindah kemari untuk pendidikan.
Kalau saja ia pantas untuk diperkenalkan pada keluarga Jendral, pasti ia akan ikut datang bersamanya. Setidaknya menyapa, memberi salam, dan mengirim doa untuk kesembuhan oma nya. Namun kini, sayangnya, Ren bukan dalam keadaan yang cukup pantas untuk sekedar diperkenalkan di hadapan keluarga besar dan berharga milik Jendral. Jika nekat, maka yang ada Ren hanya akan menghancurkan harga diri Jendral sebagai anak tunggal laki-laki kebanggaan keluarganya itu. Ini rumit, jujur saja. Menjalani hubungan seperti ini, rasanya seperti buron kriminal yang berdosa.
Dan kini, akhirnya, Ren hanya bisa terduduk di lantai, menghadap jendela yang sedikit terbuka––sengaja, karena udara kamarnya terasa pengap dan sesak. Lalu tenggelam dalam lamunan dan bintang-bintang gemerlap yang menyebar di angkasa. Indah, tapi juga semakin membangkitkan aroma sunyi di udara. Aroma yang benar-benar menjengkelkan.
Ren tak pernah suka dengan kesendirian. Ia membencinya sejak dahulu. Ya, walaupun hal itu selalu mengekorinya ke manapun Ren pergi karena memang sudah seharusnya begitu, karena semesta membuatnya berteman dengan sendiri dan kesenyapan sejak belia. Sebetulnya, sungguh mengenaskan jika dipikir-pikir kembali. Nasibnya yang tak beruntung, begitu memalukan.
"RENNN! Woyyy!" Adalah suara familier yang memecah kesunyian kamar itu. Ren tersenyum secerah mentari ketika mendengarnya. Suara yang ditunggu-tunggu, suara yang Ren harapkan. Setidaknya, setelah kepunyaan Jendral.
"Berisik lo. Lo tahu nggak sih ini udah jam berapa?" kesal Ren. Walaupun sebetulnya senang dengan kehadiran Ican di hadapannya sekarang.
"Ash bacot! Minggir lo, gue mau masuk," jawabnya, sembari menyingkirkan tubuh Ren yang gampang oleng sebab tubuhnya yang terlampau kurus.
"Udah makan lo? Nih makan dulu, ada ayam kecap gue barusan beli di warung," ucap Ican, kini mengitari meja kecil yang penuh dengan buku-buku milik Ren. Kemudian menaruh kantung plastik hitam di atasnya dengan asal.
Tadinya Ren mau marah sebab mejanya jadi berantakan karena ulah Ican, tetapi niatnya ia urungkan begitu menyadari maksud baik Ican datang ke mari malam-malam sekali. Ican dengan tangannya yang gesit, menaruh dua buah tiket pesawat di atas meja. Ada pula selebaran bertuliskan jadwal keberangkatan, tujuan wisata, dan lain-lain yang berserakan di sebelahnya, berikut mulut Ren yang membelalak tak percaya karenanya.
"Hah? Beneran?"
"Iya minggu depan ya, lo ikut gue liburan ke Bali."
"Siapa yang abis menang giveaway?"
"Jiahkhh pake tanya, so pasti pacar gue yang tercinta lah. Gimana? Keren kan?"
"Anjirrr hoki banget dah Arkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Supposed To Met You | Noren ft Markhyuck
Fanfiction{On Going} ‼️ PLEASE BACA TAG ‼️ ➡️ Berkisah tentang lika-liku percintaan Rendi bersama Jendral yang cukup rumit. Adalah kisah ketika semesta menentang kepada yang lebih pandai menantang. Ini Ren, dan perjalanannya yang berundak panjang. /noren, m...