Chapter Fifteen.

256 23 2
                                    

Hi! How are u? Gue harap kalian semua baik-baik aja yaa. Btw tysm guys bagi yang sudah selalu beri vote dan komen di setiap chapter-nyaaa. You make my day!!! Really.

OIYAA,

HAPPY NEW YEARRRR GUYS!
Lupakan lembar kusut yang lalu, mari kita bergerak maju menoreh tinta yang baru! Semangattt! ^_^

--○--

Di tempat seindah ini, kau akan merasakan kebebasan. Rasanya seperti kau baru saja dirontokkan dari cangkang keong mu atau seperti rasanya kau baru saja dilepaskan dari sangkar logam mu yang berkarat. Seperti itu kiranya, dan rasa bebas itulah yang tadinya Ren rasakan saat pertama kali datang ke mari. Namun, sayangnya, kini tak lagi sebab Ren harus kepayangan menahan diri semenjak tadi—tepatnya lebih seperti menahan diri untuk tak kelewatan di depan Yesha. Sahabat Jendral.

"Dunia sempit banget ya, gue liburan jauh-jauh juga ketemunya lo mulu!" Jendral berseru, lantas dibalas oleh Yesha dengan tawa yang jenaka, tawa yang secerah matahari pagi.

"Bali nggak sejauh itu kali Jen, lo jangan alay deh," sahut Yesha di sela tawanya.

Ren baru saja menyelesaikan makan siang bersama Jendral, ketika akhirnya dipertemukan dengan Yesha di depan gazebo kolam renang. Yesha sedang berjemur di bawah terik mentari dan Jendral tak sengaja melihatnya. Maka Ren, dengan tangan yang bertaut di jemari Jendral, rasanya sungguh seperti dosa besar. Sehingga Jendral terburu melepaskannya dan ia memilih untuk bersandiwara, sedang Ren mau tak mau harus menerimanya supaya hubungan mereka tetap berjalan. Supaya tak ada yang menaruh kecurigaan, supaya tak ada mulut-mulut yang menggunjingkannya di balik layar.

Yesha, perempuan yang amat teramat cantik. Sungguh sempurna dilihat dari sisi manapun. Seperti putri dari Kerajaan Mesir Kuno yang bersinar bak matahari terbit. Jemari tangannya kurus, indah, lembut-tak bercela. Tak ada jejak-jejak sengsara dan derita di garis telapaknya, semuanya hanya bahagia yang terlukis istimewa. Milik Yesha tentunya bukan seperti milik Ren yang kasar bak parutan kelapa, bukan pula garis acak bertema kehancurannya yang masih membekas hingga kini. Milik Yesha, tentu lebih cantik dibanding miliknya.

"Liburan sama siapa ke Bali?" Adalah pertanyaan dari Jendral untuk Yesha. Jujur, sebenarnya Ren juga penasaran akan hal itu.

"Sama Teresa temen gue-tuh anaknya!" ujarnya sambil menunjuk seorang perempuan dengan bikini biru muda yang tengah duduk di tepian kolam. Perempuan itu menganggukkan kepala lantas tersenyum pada Jendral, sangat-sangat ramah.

"Oh, kirain pacar lo. Eh tapi ada pacar kan?" goda Jendral.

"Gausah gitu Jen, lo juga emangnya ada pacar?"

Oh! Kepala Ren rasanya bagai habis dihantam truk tronton yang kehilangan arah. Ia mendadak sakit kepala entah mengapa ketika mendengar percakapan kecil itu. Kepalanya serasa ingin meledak dari dalam. Rasanya Ren ingin menjerit sekuat tenaga, bahwa dirinya ada disini, bahwa ia-pacar Jendral sedang berdiri di sisinya, di tanah yang sama yang dipijak. Rasanya Ren ingin berteriak, memberitahu seluruh alam semesta bahwa ia adalah milik Jendral Mandala Putra seorang, bahwa ia adalah kekasihnya, cintanya, separuh nafasnya, dan segala-galanya kasih. Ren ingin diakui. Ren ingin ketika orang-orang bersama Jendral, bayang-bayangnya akan ikut bersamanya. Bahwa namanya akan ikut dibawa bersama nama Jendral, seperti satu kesatuan yang tak terpisahkan sampai semesta mencapai akhir perjalanannya. Ah.. seandainya Ren bisa.

"Ya.. engga juga." Jendral menggaruk tengkuknya, kikuk. Kemudian menoleh sekilas pada Ren, melihat reaksi Ren yang nyatanya tampak cukup tenang dari luar-Jendral tak tahu, seberapa berantakannya pikiran Ren sekarang.

Not Supposed To Met You | Noren ft MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang