15. stay halal brother

15.6K 2.3K 107
                                    


" Widih, inimah konsepnya lokasi boleh terbelakang tapi rumah harus terdepan " puji Alexa menatap bangunan di depannya.

[ Cepat masuk tuan, jangan banyak bacot dulu ]

" Soffan kah begitu "

[ Untuk orang lain iya, tapi bagi anda tidak ]

" Ngak papa kok, ngak papa, demi Alek gue ngak papa " ucap Alexa dengan dramatis

[ (⌐■-■) ]

" Dah lah mending gue masuk, btw sasaran pelampiasan misi ada di dalam ngak? " Kini ekspresi Alexa telah berubah menjadi lebih serius.

[ Tenang saja tuan, dia ada di dalam ]

Mendengar jawaban sistem, tanpa mau banyak bacot Alexa langsung melangkah menuju pintu yang menghubungkan bagian luar dan dalam gedung berwarna serba hitam tapi tetap meninggalkan kesan elegan di tiap incinya.

[ Bahkan dia sedang menunggu kedatangan anda tuan ]

Ucap sistem dan tak dapat di dengar oleh Alexa karena mematikan sistem suara pada perangkatnya.

Alexa dengan leluasa memasuki dan melihat tiap inci di dalam gedung tersebut, karena tak ada sama sekali penjaga yang menjaga tempat itu.

" Ini perasaan gue atau emang beneran keberadaan gue dah ketahuan, kayannya mafia masa ngak ada yang jaga tiap inci nih gedung, hemm gue pake jurus andalan gue ah " batin Alexa was-was melihat ke sekitar.

Ia melihat ke atap mencoba mencari apa yang ia cari dan bum, ia menemukan saluran udara, ia mencari sesuatu lagi untuk membantunya menggapai saluran udara tersebut.

Melihat ada meja dan kursi yang sepertinya dapat membantunya dengan cepat ia susun dan memijakkan kakinya di atas kursi yang bertumpuan dengan meja.

" Yatta, huhu ngak sia-sia gue dulu sering-sering kabur diam-diam dari mansion " bangga Alexa dengan pencapaian nya.

Ia terus merayap menelusuri lorong saluran udara yang lumayan menjepit tubuhnya.

" Ck, kali ini gue ngak bersyukur punya body Segede gaban gini " keluh Alexa sedikit sesak saat mencoba merayap, untung saja besi yang di gunakan saluran udara gedung ini itu terbilang sangat licin, jadi tubuhnya tidak akan menyangkut di tengah jalan.

Alexa terus merayap sampai menemukan pagar penutup saluran udara yang ia cari. Kenapa begitu, karena sebelum melancarkan aksi nekatnya terlebih dahulu ia minta pada sistem untuk memberikan denah saluran udara gedung tersebut.

Sayup-sayup ia dapat mendengar suara seseorang di bawah sana.

" apakah dia sudah datang " tanya Persia tersebut pada bawahannya.

" Iya tuan, setelah saya memeriksa cctv, gadis tersebut sudah memasuki markas kita " jawab sang bawahan memberikan informasi.

" Bagus, kau pantau sampai di situ saja, sisanya biarkan kakinya sendiri yang membawanya ke hadapan bos besar " setelah menyelesaikan kalimat akhirnya pria tersebut pergi, begitu pula dengan pria yang di ajak bicara tadi.

" feling gue emang ngak salah, hadeh padahal cuma mau nampar sama meluk doang, tapi gue harus Nerima konsekuen sebesar gini, misi sialand " batin Alexa pasrah, ingin sekali rasanya ia tertawa tapi ia tahan dulu agar saat membuka matanya, bukan sang penguasa alam semesta yang pertama kali ia lihat.

Setelah kepergian kedua pria tadi, kini ruangan yang kurang akan cahaya itu hening seketika disertai Alexa yang melamun dengan pikirannya sendiri , namun keheningan di ruangan tersebut tak berlangsung lama kala ada suara seorang pria yang terkesan  serak-serak basah dan membuyarkan lamunan Alexa.

" Apa kamu akan tetap bersembunyi di sana, baby Al " ucap pria tersebut penuh penekanan namun ia lembut kan di akhir kalimatnya.

Menyadari dirinya telah ketahuan, ia langsung keluar dan melompat dari tempat persembunyiannya dengan gaya terjun bebas.

" Kayanya tulang gue bakalan patah deh, setidaknya jangan tulang rusuk " batin Alexa pasrah dan menutup kedua matanya.

Namun sebuah tangan besar nan kekar menangkap tubuhnya sebelum rapat dengan lantai.

" Apa kau bodoh, membiarkan tubuhmu terjun bebas dari atas sana. Kalau kau jatuh tadi kaya mana huh, apa ada yang sakit?, Beri tahu aku kalau ada yang sakit?, Hei apa kau mendengar ucapan ku " dengan nada dan tatapan khawatir pria tersebut tunjukkan kepada Alexa. Walau ruangan tersebut gelap dengan penglihatan tajam miliknya, Alexa dapat dengan jelas melihat raut wajah khawatir pria tersebut. Jangan lupa pertanyaan yang di lontarkan kepada Alexa yang menanyakan keadaannya.

Plak..

Hening seketika,  pria tersebut yang tadinya mengoceh  langsung memberhentikan ucapannya kala pukulan tak terlalu kuat tapi terasa sangat sakit bagiannya menghantam pipinya. Biasannya ia akan bereaksi marah dengan pelaku pemukulan dengan menghajar secara membabi-buta.

Tapi kali ini tidak, rasanya tubuhnya tiba-tiba lemas di sertai dadanya yang tiba-tiba sakit, dan poin plus nya adalah matanya yang kini mulai memanas.

Grep...

Sebelum cairan bening merosot di pipinya. Matanya yang tadinya memanas kini melotot tak percaya pada tindakan gadisnya yang tengah ia gendong ala bride style .

" Sorry reflek " mendengar ungkapan maaf dari gadisnya, seketika kedua sudut bibirnya mengukir senyum tulus. Ia sudah tak dapat berkata-kata sekarang, entah seperti apa yang harus ia ungkapkan tentang perasaannya sekarang setelah menerima sebuah pelukan hangat dari gadisnya. Tak mau melewatkan kesempatan yang tak datang sekali-kali, dengan cepat iya membawa tubuh gadisnya dan meletakkan tubuh gadisnya dengan posisi duduk di atas meja kebesarannya.

Tak berhenti sampai disitu, dengan lembut ia memeluk pinggang gadisnya, membawa tubuh kecil itu baginya ke dekapannya. Sekarang tak ada jarak di antara mereka.

" Aku maafin kok, asalkan setiap kali kamu tampar, tapi stelah itu kamu peluk aku kaya gini." Ucapannya dengan nada lembut dan tersirat rasa rindu di dalamnya.

" Bodoh sekali everybody " ucap Alexa dengan kekehan kecil.

" Oi, kita sudahi dulu pelukan nya yah, gue ngerasa kaya Teletubbies sekarang, kalau ketemu pasti pelukan padahal tiap detik ketemu, Herman gue " ucap Alexa dan perlahan-lahan ingin melepaskan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya, tapi tubuhnya kembali menabrak dada bidang pria di depannya yang malah makin mengeratkan pelukannya.

" Eh "

" Biarin kaya gini dulu, dan Teletubbies sama aku itu bedah, kalau mereka ketemu dan pelukan tiap detik sedangkan aku kalau mau peluk kamu bahkan ketemu sama kamu butuh keajaiban takdir " ucap pria tersebut dengan nada polos.

" Et dah, kalau mau ketemu yah silaturahmi ke rumah lah ogep "

" Memangnya kamu bakalan bukain pintu? " tanya pria tersebut dan menjajarkan wajahnya lurus dengan wajah Alexa.

" Ya iyalah, Zen  Maulana Vernando atau lebih tepatnya................ " Alexa menggantungkan kalimat akhirnya,ia tersenyum tipis atau lebih tepatnya smirk khasnya, lalu melanjutkan ucapannya.





" Zen kedua "

ALEXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang