vii. sedikit berbicara

478 72 12
                                    

Happy Midyear✌❤
---

Marc berjalan gontai memasuki rumahnya. Siang hari begitu panas, beruntung sudah beranjak sore, jadinya sejuk lagi.

Hari ini Marc pulang terlambat ke rumah. Karena kerja kelompok sialan yang tidak bisa ditinggal.
Sebenarnya Marc sangat malas, tapi bagaimana? Kata Ayahnya, kewajiban adalah kewajiban, tidak seharusnya ditinggalkan.

"Cape banget anjir, jadi mau berendam di kolam duit. "
Marc bergumam sembari mengipas-ngipasi wajahnya, dengan beberapa lembar uang dolar. Maklum, orang kaya.

"Pantes bau terasi, ternyata Abang baru pulang. "
Marc menengokkan kepalanya ke samping, dan melihat Adik manisnya itu sedang minum jus dengan santai.

"Apa hubungannya? Kamu pikir Abang udang, bau terasi? "
Jawab sinis Marc.

"Emang udang bau terasi? " Tanya Cheese.

"Ya gatau, Abangkan bukan udang. "

"Tapi tadi kata Abang, udang itu bau terasi. " Ucap Cheese.

Marc memijit keningnya pusing, sudah lelah belajar, ditambah lelah dengan kelakuan Adiknya pulak.

"Ah udahlah. Abang capek, mau mandi. "
Marc beranjak dari duduk dan berniat menuju kamarnya.

"Bukannya kalo capek itu istirahat ya, bukan mandi? " Cheese mengerjapkan matanya polos, sembari menatap Marc.
Membuat Abangnya itu tak jadi untuk beranjak.

"Terserah Abang dong, yang punya badan Abang. Kenapa kamu yang komen? " Ucap Marc dengan kesal.

"Cheese kan cuman nanya. "

"Pertanyaan kamu enggak berfaedah. " Sarkas Marc.

"Biarin, kata Papa, jadi orang itu harus banyak nanya. "

"Ya, tapi jangan pertanyaan gk penting juga kamu tanyain. "

"Kata siapa gk penting, itu penting kok.
Kan Adek pengen tau, emang udang itu baunya kaya terasi ya?
Terus, Adek juga heran. Abang kan capek, kok malah mandi? Bukannya istirahat. "
Cerocos Cheese, dengan sesekali bibir mungilnya itu akan menyedot jus alpukat yang sedari tadi di minumnya.

Astaga, Marc rasanya ingin resign saja jadi Abangnya cheese. Ingin membelah diri menjadi Abangnya Sisca Kohl saja dia tu. Capek, pengen lelepin Cheese ke lelehan keju.

"Abang gk tau baunya udang gimana. Tapikan udang itu jadi bahan pokok pembuatan terasi udang, jadi Abang pikir kalo udang itu bau terasi.
Terus kalo capek ya istirahat. Tapi Abang mau mandi dulu sebelum istirahat, biar rebahannya tetep ganteng. Gk buluk bau terasi kaya sekarang. "

Setelah menjawab pertanyaan Cheese dengan jawaban panjang lebar, yang hampir membuat mulutnya penuh dengan  air liur.
Marc dengan kesal pergi menaiki tangga, ingin pergi ke kamar.
Tidak, lebih tepatnya ingin pergi dari Cheese yang selalu penasaran.

Adiknya itu menyebalkan, dan juga menggemaskan. Marc jadi ingin membanting, dan mencium Cheese secara bersamaan.

Ntah apa yang akan dilakukan Papa dan Ayah jika tau akan niatnya ini. Marc pasti sudah ditelantarkan menjadi abu jalanan.

Tidak sih, itu tidak mungkin. Orang tuanya tidak akan tega membuang anak setampan, dan sepintar dirinya.

Yang ada nanti, keluarga Kirdpan kehilangan salah satu generasi terbaik dalam tujuh belas keturunannya.

Marc itu tidak picisan. Ia bukan Roman yang setiap detiknya, memberikan puisi kepada Wulan.

Ia ini, Marc Pahun Kirdpan.
Si sulung yang penuh kekuatan.
Marc memang tak bisa memberikan seribu puisi untuk keluarganya.

Tapi ia punya seribu perhatian, untuk ditunjukkan kepada keluarganya.
Contoh kecil seperti tadi, walau lelah ia tetap meladeni omong kosong dari Adiknya.

Beberapa detik berbicara, bisa menumbuhkan sejuta kasih sayang. Itu sedikit pelajaran yang Marc petik dari Orang tuanya.

TBC.

'Segala pertanyaan,
pasti ada jawaban. '-D














Tadinya mau buat angst, kok malah fluff gini?
Efek ngantuk kali ya😪

Keluarga Masa Gini? (NaMon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang