xiii. sabar ayah

474 77 12
                                    

Happy Midyear✌❤
---

"PAPII! "

Gebrakan yang terdengar dari arah pintu, mengejutkan semua orang yang berada di dalam.

Chimon masuk dengan senyum lebarnya, matanya memancarkan kerinduan pada sang Papii.

Off menyambut kedatangan Anaknya dengan tangan terbuka lebar, seolah memberi kode untuk segera masuk dalam pelukan.
Keduanya berada dalam satu dekapan, menyalurkan rindu yang selama ini tak tersampaikan.

Off menciumi pucuk kepala Chimon dengan penuh kasih, tangan besarnya mengusap lembut punggung sang Anak. Hal kecil yang sering ia lakukan dulu.

"Kenapa Papii gk ngasih tau aku kalau mau datang? "

"Kejutan? "

Nanon yang sudah kembali dari mengambil air, menyaksikan haru adegan yang dilihatnya.
Tapi sedikitnya ia mendnegus kesal, tadi ia juga bertanya hal yang sama. Namun mertuanya itu menjawabnya dengan sarkas, sekarang lihatlah bagaimana Off menjawab pertanyaan Anaknya sembari tersenyum manis.

"Kalau gitu selamat, Chii terkejut. "
Ah, Chii? Itu panggilan semasa kecil Chimon.

"Sendiri? Papa tidak ikut? "
Tanya Chimon.
Dirinya heran ketika tidak melihat sang Papa di sisi Papiinya.

Biasanya kedua orang itu akan selalu menempel kemanapun.

"Itulah sebabnya Papii kesini, Papa mu ada kerjaan di luar negri. Jadi daripada Papii sendiri di rumah, lebih baik Papii kesini. " Jelas Off.

"Papii tidak ikut Papa? "

"Tidak, Papii juga punya pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan disini. "

Chimon mengangguk paham, selain kerjaan, tak ada hal lain yang dapat memisahkan kedua belahan jiwa ini.

"Ngomong-ngomong, kau habis dari mana? "

Off meneliti penampilan Chimon dari atas sampai bawah. Anaknya itu tampak berkeringat, dengan pakaiannya yang sedikit lusuh.

"Oh itu, aku habis berbelanja di pasar. "

"Pasar? Apa kau tak cukup uang untuk berbelanja di tempat lebih layak, kenapa harus di tempat kumuh itu? "

Nanon memijit pelipisnya mendengar perkataan Off, ia pasti kena lagi.

"Tidak Pii, uangku banyak. Di kamar mandi saja masih ada satu ember lagi. "

Tentu saja itu hanya alasan tak masuk akal yang Chimon berikan.

"Kalau kau kesulitan, Papii selalu ada untukmu. Jangan sungkan Nak. "

Tangan besar Off membelai rambut lebat itu dengan sayang.

"Sudahlah jangan dibahas lagi. Bagaimana kalau kita makan siang? "

Ajakan itu tentu disetujui semua orang, Marc dan Cheese bahkan mengangguk semangat.

"Tapi kita beli makanan saja ya, akan lama jika menunggu Papa selesai memasak.

" Tidak-tidak, Papii ingin makan masakan rumahan saja. "

"Tapi Pii? "

"Kau tau kan, Papii itu tidak bisa memakan makanan sembarangan. "

Chimon mengangguk mengerti. Makanan dari luar belum tentu sehat bukan.

"Kalau begitu aku akan memasak. "

"Tidak Chimon, kau tidak mau berbincang dengan Papii? "

"Kenapa berkata seperti itu? "

"Kalau begitu di sini saja, habiskan waktu bersama Papii mu ini. Dan biarkan suamimu yang memasak, dia juga pandai memasak kan? "

Oh, kepala Nanon semakin sakit sekarang.

"Tentu Pii, Nanon akan memasak makanan terenak untuk Papii. "

Nanon menampilkan senyum selebar mungkin, senyum terpaksa lebih tepatnya.

"Dan ya Chimon, sepertinya Papii akan menginap disini. "

Sekali lagi, perkataan Off berhasil mengguncang seluruh penghuni rumah.

Chimon memekik senang, sedangkan Nanon duduk lemas di soffa.
Marc dan Cheese, keduanya saling berpelukan, sembari menahan tawa yang siap meledak.

Tawa membahana yang siap ditampilkan untuk Ayah mereka yang sedang tak berdaya.

Baru setengah hari Off di rumah ini, tapi Nanon sudah terkena tekanan batin.
Apalagi jika mertuanya itu menginap, jadi apa Nanon?

Tolong do'akan semoga Nanon mempunyai kesabaran lebih.

TBC.


'Sabar, walau entah sampai kapan. '
















Capek gk sih, dari kemaren dibombardir terus
TAPI GPP AKU STRONG KOK✊

Keluarga Masa Gini? (NaMon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang