xiv. akhirnya

391 74 14
                                    

Happy Midyear✌❤
---

Nanon mengeratkan pelukannya, menghirup dalam-dalam aroma yang beberapa hari ini menjauh darinya.

"Seneng banget ya? "

Chimon mendongakkan wajahnya, melihat raut bahagia Nanon yang tampak berseri.
Nanon tak menjawab, hanya terkekeh kecil sembari menelusupkan wajahnya di anatara leher Chimon.

"Non, kamu seneng ya Papii pulang? "

"Iya."

Nanon reflek mengangkat kepalanya, menatap Chimon dengan pandangan rasa bersalah.

"Eh, bukan gitu maksud aku. "

"Gpp, aku ngerti kok. "

Chimon hanya tersenyum manis, kembali menyamankan diri dalam pekukan Nanon.

Sudah berapa hari mereka tak merasakan sensasi hangat seperti ini?
Hanya tiga hari, tapi rasanya seperti tiga abad tak bertemu. Terlalu rindu.

Tiga hari yang lalu mereka dijadikan seperti orang asing, tak boleh bertemu seperti pengantin baru.
Ah, bahkan pengantin baru saja selalu menempel sana sini.

Selama tiga hari ini Chimon bagaikan kembali menjadi putra kecil Off, diikuti kemanapun seakan jika Chimon berlari terlalu cepat, maka dia akan jatuh.

Tapi syukurlah, Gun menelfon dan mengatakan sudah kembali pulang. Maka dengan senang hati Off kembali ke rumahnya sendiri.

"Ehemk, ehemk. Disini masih ada orang kali. "

Nanon dan Chimon terlalu hapal dengan si pemilik suara, maka dari itu tak perlu dipedulikan, mereka kembali dalam dunia keduanya.

Marc menatap kesal pemandangan di depannya, bermesraan tapi tidak tau tempat.
Mentang-mentang ini rumah mereka, jadi seenaknya saja menjadikan ruang tamu sebagai tempat melepas rindu.

Marc menyerobot masuk di antar kedua orang tuanya, duduk di tengah-tengah Nanon dan Chimon. Sehingga pelukan mereka terlepas dan diganti tubuh bongsor Marc.

"Kok berenti pelukannya? Ayo dong pelukan lagi. Abang gpp kok, anggep aja Abang tiang. "

"Iya, tiang penghalang. "

Kepala Marc maju ke depan, menghindari jitakan Ayahnya yang akan segera mendarat.

"Gk kena, wlee. "

Marc terbahak sembari memegangi perutnya, wajah masam Nanon bagai silent komedi untuknya.

"Cieee keluarga bahagia, lupa ya masih punya anggota lain? "

Cheese datang sembari bersedekap dada, dengan bibir mengerucut minta dicubit.

"Gk kok, keluarga kita udah lengkap. Ya kan Pah, Yah? "

Cheese seketika murka mendengar jawaban Marc, tangannya telurur membawa rambut gondrong sang Abang di kedua kepalan tangannya.

"Arghhh, lepas-lepas sakit Dek. "

"Gk mau, Abang jelek, nyebelin. "

"Maaf, gk lagi deh. Lepas dong sakit. "

"Gk mau, maaf Abang gk ikhlas. "

"Ikhlas kok, ikhlas. Sumpah. Maafin Abang ya, ganteng. "

Melihat keseriusan dalam kalimat Abangnya itu, Cheese melepas jambakannya dengan kasar.

"Papa, liat rambut Abang rontok huhu. " Adu Marc.

"Rasain." Timpal Cheese.

Anak itu sekarang sudah anteng di pangkuan Nanon.

"Makanya, jangan nyebelin. "

Tangan Chimon telurur ke surai arang milik Marc, mengelus sisa jambakan yang dilakukan si bungsu.

"Adek juga, lain kali jangan kasar gitu ya. Gk baik. "
Nasihat Chimon.

"Tuh dengerin. " Timpal Marc.

"Iya Papa. Diem, Adek gk ngomong sama Abang. "
Jawab Cheese

"Ya udah, jangan ngomong sama Abang lagi. "

Si sulung dan si bungsu, saling membuang muka. Tak ingin melihat wajah satu sama lain.

"Lah, kok jadi berantem sih? "
Nanon heran dengan kedua Anaknya ini, gampang sekali ribut hanya untuk hal kecil.

"Abang tuh, nyebelin. "

"Daripada kamu, galak. "

"Ayah, Abangnya suruh diem. Adek gk mau denger suaranya. "

"Papa, Adeknya bilangin tuh. Jangan galak-galak, ntar mirip kuntilanak. "

"Ayah... "

"Papa... "

Nanon dan Chimon saling menatap, seolah berbicara lewat pandangan mata.
Beruntung mereka peka satu sama lain, dan saling mengerti bahwa sekarang mereka ada di titik malas paling akhir.
Malas meladeni perdebatan tak berguna yang Anak-anaknya lontarkan.

TBC.

'Semua tak sebebas dulu,
ada hal lain yang selalu merecoki. '-D

















Kangen gue gk?

Keluarga Masa Gini? (NaMon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang