૮₍ halaman lima ₎ა

1.8K 182 25
                                    

Chenle menaikkan satu alisnya menatap sang kakak ipar yang duduk di depannya, ngomong-ngomong mereka sedang di salah satu cafe tak jauh dari kantor Chenle. Entah ada hal penting apa yang hendak Jeno katakan hingga berdalih mengajak Chenle makan siang di sana.

Jeno menyesap teh yang ia pesan sebelum diletakan kembali di meja. Tatapan mengintimidasi dari sang kakak ipar sangat bisa di rasakan Chenle, apa dirinya melakukan kesalahan fatal hingga membuat kakak iparnya seperti ini?

"Sesuatu terjadi kala kau di busan Chenle Zhong?" Kening Chenle mengerut mendengar kalimat yang keluar dari bibir Jeno, ia tidak paham apa maksud sang kakak ipar lebih memilih diam menunggu penjelasan dengan bahasa yang lebih mudah di mengerti menurutnya. Chenle menyesap minuman, otaknya masih tidak paham akan maksud ucapan dari sang kakak ipar.

"Saya tidak paham apa yang Jeno-ssi maksud." Setelah beberapa menit terdiam akhirnya Chenle memilih mengeluarkan suara walaupun Jeno tidak mengharapkan jawaban ini yang dipilih, ia akui lumba-lumba ini memang punya tingkat ketidak pekaan yang tinggi.

"Kabar kembalinya devil sudah sampai telingamu ya?" Chenle mulau paham, pasti Jisung sudah bercerita pada kakak iparnya tentang anniversarry dua hari yang lalu. Sejujurnya ia tidak masalah namun ia malas dituduh yang tidak-tidak oleh kakak atau kakak iparnya, ia hanya ingin belajar mencintai istrinya kenapa mereka menganggapnya seperti hendak belajar merampok bank, Chenle menghembuskan nafasnya kasar.

"Jeno-ssi, saya tidak peduli dengan devil di masa lalu saya. Saat ini saya hanya ingin belajar mencintai istri saya, apakah salah?"

Hening, Jeno terdiam mendengar jawaban dari adik iparnya. Sejujurnya, ia paham tidak seharusnya ia terlalu ikut campur dengan urusan sang adik ipar. Namun, ia hanya tidak ingin Jisung mendapat prilaku yang tidak sepantasnya di dapatkan hamster itu. Ia tau tidak mudah bagi Chenle untuk melupakan kejadian di masa lalu bersama dendam yang ada di dalam lubuk hatinya dan Chenle sangat berpotensi menyakiti istrinya.

"Jika tidak ada yang perlu dikatakan lagi, saya akan kembali ke kantor sebentar lagi jam makan siang selesai." Chenle bangkit dari kursinya, membungkukkan setengah tubuhnya kemudian hendak berjalan meninggalkan Jeno sebelum suara dari kakak iparnya membuat langkahnya terhenti.

"Jangan permainkan perasaan istrimu Zhong Chenle," ucap Jeno kemudian bangkit lalu berjalan perlahan menghampiri Chenle yang terdiam, Jeno menepuk bahu adik iparnya lalu berlalu dari sana tak lupa membayar makanan yang ia dan Chenle pesan meninggalkan Chenle yang masih terdiam berdiri di cafe tersebut.

.

Weekend kali ini Chenle habiskan untuk menemani istrinya belanja keperluan rumah lebih tepatnya dapur yang telah habis, Chenle mendorong troli berisi barang-barang mengikuti kemanapun istrinya melangkah sedangkan Jisung sibuk mencari barang-barang yang diperlukan. Chenle menatap istrinya jengah, ia lelah mendorong troli selama setengah jam, padahal Chenle sudah menyarankan untuk mengajak supir agar bisa mendorong troli namun ditolak mentah-mentah oleh Jisung katanya biar sekalian Chenle berolahraga karna setiap harikan cuma duduk di depan layar laptop.

"Daripada lelah berjalan-jalan mencari barang lebih baik kita beli semua isi supermarket ini." Jisung meletakan kedua tangannya di pinggang kemudian menatap marah suaminya yang sedikit takut, hanya sedikit.

"Coba kau pikirkan pelanggan lain jika kita membeli semua isi supermarket ini lagipula kita tidak membutuhkan semua yang ada di supermarket ini, kau ingin menjadikan rumah kita supermarket hah? kita hanya akan membeli semua yang kita perlukan saja dan yang tidak diperlukan tidak usah dibeli jika tetap dibeli itu boros, boros itu tidak baik."

Chenle menghela nafas pasrah seharusnya ia tidak mengeluarkan suara tadi, Jisung sama cerewetnya dengan sang ibu. 'apakah saat ayah menemani ibu belanja seperti ini? Sepertinya lebih parah, saya beruntung Jisung tidak seganas ibu.' Chenle membatin sambil melihat ayah dan ibunya di depan sedang berbelanja kebutuhan rumah juga namun sang ayah sedang dimarahi sang ibu sehabis dipukul.

 I'm an angel • ૮₍ ˃ ⤙ ˂ ₎ა Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang