૮₍ halaman kedua ₎ა

1.9K 213 10
                                    

Jam istirahat makan siang sudah mulai dari 5 menit yang lalu Chenle masih terdiam menatap isi dari kotak makan siang yang diberikan Jisung, tak ada yang aneh hanya ada semangkuk nasi, ayam, sosis, gimbap dan sup rumput laut di dalam kotak makan siang itu.

Sepotong gimbap buatan Jisung masuk ke dalam mulut, di kunyah perlahan kemudian menelan potongan gimbap itu, ekspresi Chenle tak terbaca kemudian pria itu membatin. 'Ah, sepertinya aku tak akan menolak kotak makan siang ini lagi'

"Sedang menikmati kotak makan siang? Berbagilah bungsu zhong!." entah darimana Jaemin kini berada di hadapan Chenle dan mengambil sepotong gimbap dari kotak makan sang adik, Chenle tak terima mengambil kembali lalu melahapnya sekali suapan dan menutup kotak makan siangnya, mengamankan kotak itu dari pencuri makanan.

"Yak, pelit sekali."

.

Jam menunjukkan pukul 18.05 malam, Jisung baru pulang sehabis di ajak mertuanya berbelanja barang dan keperluannya, tentu dibayar oleh mertuanya. Jisung segera membersihkan badannya, mengganti baju dan menyiapkan makan malam untuk Chenle yang pulang sekitar jam 19.45 malam.

20.05,  Jisung duduk di ruang televisi untuk menunggu suaminya yang tak kunjung pulang padahal sudah lewat 20 menit. Dering ponsel memenuhi rumah mewah yang hanya di tinggali oleh Jisung ini, itu panggilan masuk dari suaminya.

"Saya tak bisa pulang, akan menginap di kantor. Besok bawakan makan siang seperti tadi ke kantor."

Belum Jisung menanyakan atau mengeluarkan sepatah katapun, panggilan diputus secara sepihak, Jisung menghela nafas kemudian beralih kedapur menatap meja miris, banyak makanan yang tak termakan. Seharusnya, ia bertanya apa Chenle akan pulang atau tidak.

Kakinya melangkah naik keatas kemudian berbaring di atas kasurnya kelelahan, menatap langit-langit kamar yang sudah ia tempati selama dua bulan ini.

"Kapan kami bisa seperti pasangan normal yang saling mencintai."

.

Jaemin mengetuk pintu apartemen dengan tak sabaran, wajahnya menahan kesal pada pemilik apartemen ini. Apa yang terjadi?

Chenle membuka pintu dengan wajah mengantuk, ini sudah jam 23.30 malam, ia sangat lelah jadi tidur lebih awal tapi kakak sialannya itu malah berkunjung malam-malam begini. Eh tunggu, bagaimana bisa anak itu mengetahui bahwa Chenle di sini?.

"Sedang apa kau di sini ?." Pertanyaan terlontar dari sang adiknya matanya sangat berat, ia lelah ingin tidur namun kakaknya datang menganggu sekarang menatapnya tajam dan kesal. Yang lebih tua berdecak.

"Pulang, Chenle." Chenle mendongak menatapnya angkuh dan tajam, suasana menjadi tampak tidak mengenakan di antara kedua kakak beradik itu.

"Lalu membuatnya merasakan ketidak pedulianku padanya begitu?  Kau ingin ia terus terusan ku acuhkan?." Jaemin mendecih kemudian tersenyum miris, kesalahan apa yang adiknya buat di kehidupan sebelumnya sampai mendapatkan takdir yang sangat tidak mengenakan ini.

"Apa sangat sulit untuk belajar menerimanya?." Chenle menatap sinis yang lebih tua kemudian beranjak duduk di sofa, memijat keningnya pusing.

"Kau pikir aku tak pernah belajar menerimanya?." Jaemin menghela nafas lelah kemudian duduk di depan adik kandungnya, menatap miris adiknya yang memijat kening sendiri.

"Menerimanya dan belajar mencintainya itu sangat mudah, namun ketika melihat wajahnya itu benar benar membuatku gila." Helaan nafas terdengar dari Chenle, kini ceo muda itu menyalakan sebatang nikotin yang biasa ia nikmati ketika masalah menerjang.

"Kau akan tidur di sini atau pulang?." Pertanyaan terlontar dari bibir Jaemin untuk Chenle tentunya membuat ceo muda di depannya mengerutkan keningnya.

"Jika aku tidur di sini apa yang akan kau lakukan?." Jaemin menaikkan alisnya, berpikir sejenak kemudian tersenyum kecil.

"Aku hanya akan melakukan panggilan video bersama mama dan baba kemudian memperlihatkanmu yang tidur di apartemen." Chenle mendecih kemudian memutar bola matanya malas, mengambil kunci mobil yang tergantung di dinding kemudian berjalan keluar, tak lupa pamit pada kakaknya.

"Aku pulang."

.

Pintu utama terbuka, suasana begitu sepi dan sunyi.  Chenle melangkah menuju dapur untuk menghilangkan dahaga setelah menutup pintu. Dilirik meja makan yang penuh dengan makanan, sial, dia menyia-nyiakan masakan enak lagi.

Setelah menghilangkan dahaga, pria muda itu berjalan naik menuju kamarnya. Objek yang ia lihat pertama kali tentu saja kasur dengan seorang lelaki manis tertidur tak memakai selimut padahal sepertinya kedinginan.

Chenle melangkah mendekati kasur lalu menaikkan selimut, menyelimuti lelaki manis yang berstatus istrinya itu. Wajahnya masih datar kemudian mengambil handuk dan piyama kemudian masuk ke kamar mandi.

Jisung membuka matanya ketika merasa sesuatu menutupi badannya, hanya selimut tapi siapa yang menyelimutinya kemudian suara gemericik air di kamar mandi membuat Jisung was-was, siapa yang mandi di tengah malam begini? Ini sudah jam setengah satu malam.

Jisung bangkit kemudian mendekati pintu kamar mandi hendak berteriak namun pintu terbuka menampilkan Chenle yang memakai piyama dan berusaha mengeringkan rambut menggunakan handuk.

"Apa yang kau lakukan? tidur." Chenle menatap jengah Jisung kemudian berjalan ke kasur meninggalkan Jisung yang lega setelah tau itu Chenle lalu berjalan mengikuti suaminya itu

"Kau sudah makan?." Chenle berdehem sambil melirik Jisung sinis kemudian berbaring di sisi kiri kasur, di ikuti Jisung yang berbaring di sebelahnya.

Keduanya tak bisa tidur namun tak saling saling berbincang juga, bingung ini membicarakan apa lagipula jika Jisung memulai percakapan pasti hanya di balas dingin oleh Chenle dan sangat tak mungkin jika Chenle memulai percakapan. Jadi keduanya hanya berdiam-diaman saja, tidur tidak bisa saling berbincangpun sangat canggung. Menyebalkan sekali.

"Bagaimana kantormu Chenle." setelah mengumpulkan keberanian selama beberapa menit akhirnya sebuah pertanyaan Jisung lontarkan dengan gugup.

"Baik-baik saja, dua hari lagi proyek yang sedang saya kerjakan akan selesai dan ibu menyuruh kita berlibur selama seminggu di pulau jeju." ujar Chenle dengan nada datar nan dingin tentunya, Jisung mengangguk kemudian menatap langit-langit kamar mereka.

"Sudah bisa menerimaku?." tak ada jawaban dari Chenle, Jisung tentu sudah tau jawabannya bahkan sebelum ia bertanya. Lelaki itu tersenyum miris menatap  Chenle yang tidur membelakanginya.


Membosankan? ya memang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membosankan? ya memang.
Maklumi jika ada kesalahan dalam ketikan karna jari penulis lebih besar dari keyboard.

 I'm an angel • ૮₍ ˃ ⤙ ˂ ₎ა Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang