Bagian 36

403 38 11
                                    

Serah terimanya cukup sederhana dan sekarang Kasus Haengchi—sebagaimana Chayoung menyebutnya—dengan aman diterima dan diurus oleh Kang Hana. Persidangan kasus perkosaan dan pelecehan seksual segera dimulai. Vincenzo dan Chayoung dengan semangat mengikuti proses persidangan tertutup sore itu dan kemudian menghabiskan sisa hari minum bersama Hana dan Doki.

Persidangan selanjutnya menuntut mereka untuk membawa korban, saksi mata, atau barang bukti lanjutan untuk memperkuat pembelaan mereka. Chayoung dan Vincenzo dengan senang hati membantu untuk mengumpulkan kebutuhan tersebut. Persidangannya berlangsung lancar dengan putusan sementara Hakim yang berpihak pada mereka, walau mereka masih harus menunggu keputusan resmi seminggu kemudian. Setelah persidangan mereka berpisah dengan duo Rainbow Taxi karena mereka ada urusan sendiri. Vincenzo dan Chayoung berjalan menuju mobil mereka ketika tiba-tiba empat orang laki-laki dengan setelan rapi menghadang langkah mereka.

"Hong Chayoung byeonhosanim dan Vincenzo Cassano?" Tanya salah satu lelaki pada mereka.

"Siapa kalian?" Tanya Chayoung balik.

"Kalian harus ikut dengan kami." Ujar lelaki itu.

"Kami harus menolaknya dengan sopan jika kalian tidak mengatakan siapa kalian dan mengapa kami harus ikut bersama kalian terlebih dahulu." Chayoung menuntut. Laki-laki itu menatap laki-laki lainnya dan yang terakhir menganggukkan kepalanya.

"Ketua Mahkamah Agung ingin bertemu dengan kalian."

"Mahkamah Agung?" Chayoung mencicit, menatap ke arah Vincenzo sebelum bertanya lagi kepada petugas itu. "Untuk apa?"

"Kami tidak tahu, beliau hanya memberi perintah untuk menjemput dan mengantar kalian ke kantornya."

"Dan bagaimana kalau aku menolaknya?" Tanya Chayoung.

"Yang jelas dia tidak ada niat jelek, hanya ingin mendiskusikan sesuatu. Sebaiknya kalian ikut dengan kami untuk mengetahui lebih jelasnya."

"Ikuti saja." Ujar Vincenzo.

"Tapi bagaimana kalau mereka orang jahat?" Chayoung berbisik khawatir.

"Sepertinya mereka terlihat sungguhan, tapi kalau ada apa-apa di tengah jalan kamu pastikan tetap ada di dekatku." Ujar Vincenzo pelan. Chayoung mengangguk pelan. "Kami boleh bawa mobil sendiri?" Tanya Vincenzo.

"Boleh." Ujar mereka. Vincenzo dan Chayoung mengembuskan napas pelan.

"Bagus. Kalau begitu tunjukkan jalannya."

***

Vincenzo mendengus ketika mereka berdua memasuki ruangan Ketua Mahkamah Agung, Shin Dongho. Musuhnya dari tahun lalu muncul lagi di depan batang hidungnya. Chayoung hanya menatap bingung ekspresi kecut Vincenzo.

"Kalian boleh duduk." Ujar Shin Dongho.

Vincenzo mempersilakan Chayoung untuk berjalan maju dan duduk terlebih dahulu sebelum dia menyusul di kursi lain, di seberang musuhnya.

"Aku penasaran bagaimana Ketua Mahkamah Agung mengetahui keberadaanku tapi sekarang aku tahu mengapa." Ujar Vincenzo tanpa perlu bersopan-santun di hadapan pejabat tinggi yang tengah duduk di tengah lobi ruangannya tersebut, di antara dirinya dan Kim Seokwoo.

"Senang bertemu denganmu lagi, Vincenzo Cassano. Aku dengar kau mati di Karibia?" Ujar Kim Seokwoo, mantan tim sukses calon presiden dan pejabat gagal itu.

"Aku rasa aku masih punya sisa nyawa banyak. Mirip denganmu." Seloroh Vincenzo.

"Terima kasih atas pujiannya. Bagaimana denganmu, Nona Hong Chayoung?" Kim Seokwoo menoleh ke arah Chayoung.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang