Bab 2: Aku Kuat

769 68 0
                                    

Lin Miao selalu menjadi anak kecil yang baik hati. Menurutnya, dia bisa dibilang sebagai seseorang yang telah melihat dunia, jadi dia tidak takut apapun.  Lagipula, ada banyak anak kecil di desa, dan dia satu-satunya yang bersekolah SD di kota. Banyak orang dewasa di desa yang bilang kalau itu bagus, bahkan lebih baik ketimbang anak-anak lelaki. Lambat laun, dia juga berpikiran demikian.

Di luar desa, dia bertanya pada si Tuan, "Jika aku bekerja di siang hari, bisakah aku pulang di malam hari? Papa dan adikku berada di kota, dan Mama di rumah sendirian. Aku khawatir tentang ketidaknyamanannya berada di rumah sendiri karena tak ada yang akan memakaikan koyok untuknya." Pundak ibunya kerap kali sakit jadi dia perlu Lin Miao untuk membantunya memakaikan koyok. 

Tuan itu menundukkan kepalanya, dan menatap wajahnya yang lugu, "Terlalu jauh, kau tak bisa jalan kembali."

Lin Miao merasa kalau dia pasti tidak tahu kalau dirinya bisa berjalan sendiri di malam hari hanya dengan obor. Tuan itu pasti mengira kalau dia adalah salah satu anak desa yang takut akan kegelapan. Jadi dia merespon, "Tidak masalah, aku janji tak akan membuang waktu. Aku biasa pergi ke sekolah di kota."

Tuan itu tak tahan untuk mengelus kepalanya. "Tujuan kita akan lebih jauh dari kota, sangat jauh."

Lin Miao berhenti bicara. Pantas saja kakak-kakak perempuan dan laki-laki di desa yang pergi keluar desa untuk bekerja hanya kembali saat Tahun Baru.

Kepala desa di samping mereka melihat ke arah Lin Miao, mengernyitkan dahinya. 

Lagipula, dia menyaksikan pertumbuhannya. Setiap hari, sepulang sekolah, gadis kecil itu menyapanya, dan akrab dengan semua orang di desa. Dia akhirnya bertanya dengan cemas, "Kakak, anak ini..."

"Jangan khawatir, dia tak akan mengalami kesulitan. Hidupnya akan lebih baik daripada di sini. Aku telah mengunjungi banyak tempat untuk menemukan seorang anak yang memiliki tanggal lahir yang sama dengan Tuan Muda, aku tak akan membuat hidupnya kesulitan." Tuan berkata, "Ngomong-ngomong, ini juga takdir. Nyonya Besar bersikeras untuk mencari seorang anak kecil dari pinggir kota, berkata bahwa ini keinginannya, tapi setelah mencari ke berbagai tempat, gadis kecil ini satu-satunya."

"Bukakankah kau bilang itu untuk mencegah malapetaka?" Kepala desa bertanya.

"Siapa yang bisa memprediksi hal misterius dan tak biasa itu. Kita kembali dulu. Mereka tahu kalau kita menemukannya dan sedang kemari untuk menjemput kita. Mereka pasti sangat terdesak, ku dengar kalau Tuan Muda demam dan tidak sadarkan diri lagi." kata Tuan dengan jubah kuning.

Kepala desa sedikit terkejut. "Kenapa mereka tak ke dokter?"

"Apa maksudmu? Mereka telah mengunjungi berbagai dokter keluarga." Tuan mendesah, "Masalahnya, bahkan jikau kau kuberitahu, kau tak akan mengerti. Aku pergi dulu."

Tidak ada jalan aspal yang terhubung ke desa. Jadi, untuk keluar dari desa ini, mereka harus melalui jalan-jalan kecil gunung. Tuan itu berjongkok dengan luwes. "Aku akan menggendongmu turun gunung."

Lin Miao menggelengkan kepalanya. "Aku sangat akrab dengan jalan ini."

Dia berlari keluar desa ketika mengatakannya, tas ransel besarnya memantul ketika dia berlari turun gunung. 

Meskipun jalannya menurun, tak sedikitpun mudah untuk dilalui. Tuan itu berjalan dengan hati-hati dan melihat gadis kecil itu di depannya menuruni gunung seperti kupu-kupu. Siapa yang sangka dia ahli. Setiap pijakan yang dia ambil kuat dan juga cepat.

Ketika mereka turun dari gunung, ada banyak jalan-jalan aspal dan orang-orang yang menunggu mereka di sini.

Tuan itu menaikkannya ke kursi belakang mobil dan mengencangkan seatbelt untuknya.

[END] I Give Half of My Life to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang