Bab 3: Pertemuan

465 54 1
                                    

Lin Miao sangat gugup karena dia hanya mendengar tentang perkerjaan dari salah satu sepupunya yang 5 atau 6 tahun lebih tua darinya di desa,

Kakak sepupunya itu bilang bahwa pekerjaannya melelahkan, dia harus bekerja lembur, dan bosnya punya tempramen yang buruk dan sering kali meneriaki orang.

Dia tak takut kerja berat, lembur atau diteriaki. Tapi, Lin Miao agak takut kalau tak disukai. Dia sesumbar ketika pergi, berkata bahwa dirinya akan membawa pulang permen saat Tahun Baru. Jika dia tak diacuhkan dan dikirim kembali, bagaimana caranya menjelaskannya...

Lin Miao melihat ke bawah, ke arah sepatunya. Aku harus berusaha keras, dan lebih rajin, pikirnya.

Pelayan itu membawanya ke Nyonya Besar. "Bawa dia pergi mandi."

Lin Miao mengikuti dengah patuh.

Dia mengikuti dan menaiki tangga ke lantai dua.

Ada banyak yang Lin Miao bisa lihat. Bagaimana bisa ada tempat seindah ini!

Setelah di lantai atas, dia melihat karpet putih yang menutupi seluruh lantai.

Tiba-tiba, pintu ruangan di sampingnya terbuka, membuat Lin Miao terkejut.

Seorang pria mengenakan jubah putih keluar, memapah seorang remaja yang lebih tinggi satu kepala darinya.

Wajah pemuda itu putih pucat dengan alis yang terlihat lebih menawan daripada selebriti di tv. Dia mengenakan kaus putih yang begitu elegan seolah dirinya keluar dari sebuah lukisan.

Lin Miao menatapnya dengan tampang konyol.

Remaja itu mengernyitkan dahi dan melihatnya. Matanya sangat cantik berwarna coklat terang. Lalu, dia berkata, "Ini dia?"

Pengucapan standar, bahkan lebih akurat daripada guru Bahasa Mandarinnya.

Tiba-tiba, Lin Miao sadar, rasa malunya segera membajirinya. Menundukan kepalanya, dia melihat celananya yang masih tergulung dan sepatunya yang berlumpur.

Ditambah lagi, perutnya yang keroncongan...

Seperti itulah satu-satunya suara yang terdengar di udara. Rasanya lebih memalukan dibanding dimarahi lalu disuruh keluar untuk berdiri oleh gurunya.

Sontak, wajah Lin Miao merah padam.

Akan tetapi, pangeran kecil yang elegan itu menatapnya, dan berbicara dengan tajam pada dokter di belakangnya, "Biarkan mereka membawanya kembali, aku tidak membutuhkannya."

Naluri Lin Miao cukup tajam di saat-saat kritis. Meskipun terlihat terkejut, dia dengan cepat merespon. Seolah menjaga harga dirinya lebih penting daripada pekerjaan. "A-aku sangat berguna, aku bisa melakukan apapun..."

"Aku tak butuh bocah delapan tahun untuk melakukan sesuatu." kata pangeran kecil itu terbatuk.

Rambutnya berwarna coklat terang, kulitnya pucat sampai terlihat bercahaya, dengan bibir merah dan gigi yang putih. Bahkan jika dia batuk, dia masih punya aura bangsawan, seolah dirinya terlihat sangat agung.

Saat pelayan tidak tahu bisa melakukan apa, sebuah suara datang dari arah tangga, "Ku rasa gadis kecil ini cukup baik dan dia sehat."

Dan kemudian, dia melihat Nyonya Besar naik dan berkata dengan terkejut, "Xiao Yu, kau siuman? Benarkan, manjur! Dia baru saja datang dan kau terbangun."

"Nenek, kirim dia kembali, aku tak membutuhkannya." pangeran itu berkata seraya batuk seakan dia akan memuntahkan tenggorokannya.

Nyonya Besar bergegas menepuk punggungnya, dan berkata pada pelayan di sampingnya, "Bawa dia untuk mandi dulu."

[END] I Give Half of My Life to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang