Bab 10: Nomor Telepon

356 45 0
                                    

Lin Miao sadar bahwa Tuan Muda sangat cerdas. Dia kalah menyedihkan dalam permainan tic tac toe mereka. Dia akan menghargainya jika Tuan Muda tidak memanggilnya "Bocah bodoh".

Keduanya bermain cukup lama. Dokter bahkan harus datang untuk mengomeli mereka, "Shuishui, sudah waktunya tidur. Berhentilah bermain di kamar Tuan Muda."

Lin Miao melihat waktu, memang sudah waktunya untuk tidur.

Jadi Lin Miao mengucapkan selamat malam kepada kakaknya dan kembali ke kamarnya.

Hari-harinya tidak sesulit yang dia bayangkan. Tapi, ketika dia kembali ke kamarnya dan melihat ranselnya, dia mulai merindukan ibunya, adiknya, ayahnya, dan teman-temannya di desa.

Tanpa dia, ibunya akan sendirian di rumah sejak ayahnya dan adiknya pergi ke kota. Tidak ada yang akan hadir untuk membantunya membawa jagung atau memasang koyok. Dia seharusnya mengingatkan ibunya untuk pergi ke kota bersama ayahnya ketika dia pergi.

Dia tidak tahu apakah penyakit adiknya sudah lebih baik, atau apakah dia bertambah tinggi atau tidak.

Teman-temannya di desa pasti menunggunya untuk membawa pulang permen untuk mereka selama Tahun Baru.

Lin Miao memeluk selimutnya, hidungnya mengkerut, mengantisipasi Tahun Baru.

Dia bisa kembali mengunjungi mereka saat itu.

Sebenarnya, kepala desa memiliki telepon di dalam rumahnya; setiap anak muda yang bekerja di luar biasanya akan menelepon kembali melalui dia.

Tapi dia lupa mencatat nomornya pada hari dia pergi.

Lin Miao menghela nafas dalam pikirannya. Dia sangat ceroboh dalam melakukan hal-hal ini.

Membalik-balikan badannya, dia berusaha untuk tertidur.

Lin Miao mengeluarkan batu giok yang ada di lehernya. Menggosoknya, batu giok hijau yang diukir dalam bentuk ikan terasa nyaman.

Sebuah ide tiba-tiba muncul di benak Lin Miao.

Dia ingat bahwa Master dipanggil kakak oleh kepala desa, jadi dia pasti tahu nomor kepala desa.

Lin Miao mengerutkan kening lagi. Masalahnya adalah dia tidak tahu kapan Master akan datang lagi karena dia tidak memikirkan hal ini sebelumnya hari ini ketika Master berkunjung.

Lin Miao menunggu dan menunggu, tetapi Master tidak muncul lagi.

Orang lain di vila akan berbicara satu atau dua kalimat kepadanya, tetapi mereka masih tampak sibuk. Pengurus rumah masih galak, tetapi Lin Miao menyadari kalau dia tidak akan pernah meneriakinya.

Dari percakapannya dengan Tuan Muda, Lin Miao akhirnya mengetahui bahwa Tuan Muda telah berada di kelas lima meskipun berbagi tanggal lahir yang sama dengan Lin Miao. Dia kelas akselerasi dan keluar sekolah untuk beristirahat karena tubuhnya yang lemah.

Lin Miao semakin mengaguminya.

Dia sangat baik. Dia hanya pernah mendengar tentang tidak naik kelas sebelumnya; ini adalah pertama kalinya dia bertemu seseorang yang naik beberapa tingkat kelas (akselerasi).

Tuan Muda masih harus minum obat, diinfus, dan tetap di tempat tidurnya.

Tapi, Lin Miao menemukan banyak permainan yang menghibur.

Tuan Muda juga meluangkan waktu untuk mengajarinya membaca dan menulis.

Waktu berlalu. Orang tua Tuan Muda kembali dua kali dan pergi dengan tergesa-gesa.

Setiap pagi, Lin Miao dengan cepat menyelinap ke kamar Tuan Muda dan menariknya turun dari tempat tidur setelah dia menggosok gigi dan mencuci muka.

Tuan Muda menggosok matanya, "Biarkan aku tidur sedikit lagi!"

Lin Miao tidak takut padanya lagi, dia bisa tidur sampai jam sepuluh tanpa sarapan jika dia membiarkannya tidur lebih lama. Jadi, Lin Miao mengabaikannya dan membantunya ke toilet untuk mandi.

Tuan Muda dalam suasana hati yang buruk pagi itu, tetapi dia tidak dapat mengungkapkannya kepada orang yang tersenyum, yang mengasuhnya ini.

Jadi dia menggembungkan pipinya, "Aku sangat marah."

"Tidak tidak tidak, Gege jangan marah." Lin Miao meleleh karena pipinya yang mengembang, mencoba menidurkannya.

Kemarahan Tuan Muda mereda melihat dia mencoba menenangkannya.

Musim panas ini sangat cerah. Lin Miao senang berada di bawah sinar matahari, jadi dia diam-diam mengajak Tuan Muda untuk berjemur juga.

Dia sering merasa bahwa Tuan Muda seperti jamur di bawah daun yang membusuk, membutuhkan sinar matahari. Ibunya sering meletakkan selimut di bawah sinar matahari, katanya untuk mendisinfeksi.

Tuan Muda juga perlu didesinfeksi.

Tanpa sadar, wajah Tuan Muda menjadi kemerahan. Dia bisa bangun di pagi hari dan tidak akan tertidur secara acak di siang hari.

Jadi, Lin Miao belajar dan bermain dengan Tuan Muda di siang hari. Dia jauh lebih beradaptasi sekarang daripada hari-hari pertamanya di sini. Tapi dia masih bertanya-tanya kapan Master akan kembali ...

Sang Master akhirnya kembali tepat saat Lin Miao hendak menyerah.

Tuan Muda masih tidak menyukainya. Dia menarik Lin Miao kembali ke kamarnya setelah melihatnya.

Di dalam kamar, Lin Miao agak gelisah. Melihat Tuan Muda, dia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak tahu caranya.

"Ada apa?" Tuan Muda bertanya, menatapnya.

"Aku ingin meminta nomor telepon orang itu." Lin Miao diam-diam menjawab.

Tuan Muda mengerutkan kening, tidak senang. Hubungannya lebih baik dengan Lin Miao, jadi dia secara alami mengatakan apa yang dia pikirkan, "Shuishui, mengapa kau meminta nomor teleponnya? Dia bukan orang baik."

Lin Miao memikirkan ibunya, saudara laki-lakinya, teman-temannya, dan gunung-gunung yang dipenuhi jamur yang menunggunya untuk dipetik. Hidungnya tiba-tiba terasa asam dan air matanya hampir tumpah. Dia berkata dengan suara teredam rendah, "Semua anak yang bekerja di luar desa akan menelepon kembali ke kepala desa dan berbicara dengan orang tua mereka. Aku sudah bekerja di sini begitu lama, dan aku tidak pernah menelepon kembali ... "

Saat mereka berbicara, dan saat pemikiran Lin Miao mengikuti di sana, dia merasa sedih dan akhirnya kehilangan kendali atas emosinya, air mata menetes dari wajahnya.

Tuan Muda terkejut dengan ledakan tiba-tiba ini. Dia buru-buru menyeka air matanya dan berkata, "Aku akan memintanya."

Lin Miao menghentikannya. Dia tahu Tuan Muda tidak menyukai Master itu, jadi dia menyeka air matanya dan berkata, "Aku akan bertanya sendiri padanya."

Pikiran anak-anak kecil semuanya sangat sederhana; mereka benci meminta bantuan kepada orang yang tidak mereka sukai.

Jadi, Lin Miao jelas tidak membiarkannya pergi dan pergi sendiri.

Master itu mendengar bahwa dia menginginkan nomor kepala desa. Dia berhenti sebentar, dan kemudian meminta Lin Miao untuk menunggu sebentar sampai dia menulisnya.

Master itu kemudian menulisnya di secarik kertas dan menyerahkannya kepada Lin Miao.

Lin Miao sangat gembira sekarang karena dia memiliki nomor itu dan dapat menelepon ke desa. Dia bisa bertanya kepada ibunya apakah adiknya baik-baik saja, dan memberi tahu dia bahwa dia belajar banyak karakter baru dan memiliki kakak laki-laki yang sangat baik.

Tapi tiba-tiba, dia menyadari bahwa dia tidak punya cara untuk menelepon.

Dia kembali ke kamar Tuan Muda dan melihat Tuan Muda duduk di tempat tidur dengan telepon di tangannya. "Ayo, beri aku nomornya. Aku akan menghubunginya untukmu."

"Ge!" Lin Miao melemparkan dirinya ke Tuan Muda dan memeluknya, "Kau sangat baik!"

Tuan Muda, setelah menerima "kartu orang baik", dengan bangga menjawab, "Apakah kau tidak melihat siapa aku?"

[END] I Give Half of My Life to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang