Rio: Vampire and Psychic

128 110 14
                                    

Rio Hardana, laki-laki yang semasa sekolahnya kerap di tampar para perempuan akibat ulahnya sendiri.

Rio ini laki-laki yang suka kebebasan, namun juga ingin memiliki seorang kekasih.

Dari kalian semua pasti tau setelah memiliki pacar pasti hidup kalian terasa berbeda. Kalian harus memiliki waktu untuk pacar kalian, entah itu untuk sekedar berjumpa atau bahkan menemani berbelanja seharian. Dan itulah yang menyebabkan Rio tidak betah dan akhirnya memutuskan pacar-pacarnya.

Dia sangat penasaran, apakah di dunia ini ada perempuan yang tidak aneh-aneh. Maksudnya yang tidak mengharuskan dalam sehari itu untuk bertemu dengan pacarnya. Jika ada, Rio mau satu.

Apapun akan dia berikan jika mendapatkan perempuan seperti itu, namun sayang dia tidak pernah menjumpainya.

"GILA LO?" teriak Rio spontan.

Hell! Teman-temannya yang bangsat ini menyuruhnya untuk menembak perempuan yang tidak ia kenali lalu memutuskannya setelah 5 menit. Itu ide yang gila, bro!

Sejauh ini dia tidak pernah melakukan hal konyol seperti itu, paling tidak dia akan memutuskannya setelah satu Minggu.

Di sini Rio harus mencari sendiri mana perempuan yang akan dia ajak berpacaran singkat, tidak seperti Nefa yang dipilihkan seseorang untuk tantangannya.

Rio menarik nafas dalam-dalam, dia menemukan satu orang yang dianggap pas dan yang paling penting dia sendirian!

"Hai?" sapaan Rio terdengar halus, namun tidak membuat perempuan itu menoleh sedikitpun dari ponselnya.

"Halo?" kali ini berhasil.

"Saya?" tanya perempuan itu.

Rio mengangguk cepat, dia agak terkejut mendengar perempuan ini menggunakan bahasa formal tidak seperti orang lain. Ah mungkin karena belum saling mengenal.

"Iya, kamu. Boleh berkenalan?" perempuan itu meletakkan ponselnya di meja, kemudian sedikit memiringkan kepalanya mencerna ucapan Rio.

"Kamu anak SMA?"

"Hah? Ah, udah lulus baru aja. Kenapa?" jawab Rio berbalik penasaran.

"Kamu habis dapat tantangan dari teman-temannya kamu kan." Rio dibuat terkejut, lah? Perempuan ini tau? Padahal jarak dia dan temannya berkumpul dari meja ini lumayan jauh tapi- bagaimana bisa?!

"Saya anggap kamu membenarkan pernyataan saya," ucap perempuan itu lagi.

Akhirnya Rio mengangguk ikut membenarkan, toh sudah ketauan. Mau mengelak hanya akan membuatnya seperti orang bodoh.

"Tantangannya?"

"Nembak cewek."

"Saya?"

"Iya, bukan. Maksudnya saya yang milih sendiri," koreksinya.

"Ya udah tembak."

"Kamu mau jadi pacarku?" tidak, Rio tidak merasakan gugup. Biasa saja, malah penasaran dengan jawaban perempuan itu.

Sepertinya penolakan akan Rio dapatkan.

Sepertinya iya.

Tidak!

Eh?

"Kamu mau tau usia saya?" tanyanya.

"Saya mau tau nama kamu."

"Reya."

"Reya, mau jadi pacarku?" ulang Rio.

"Kamu gak mau tanya usiaku dulu? Nanti nyesel lho." Reya memperingati Rio.

Rio menggeleng, "Jawab aja."

"Oke, kita pacaran. Sampai kapan?"

Seakan lupa, Rio mengangkat bahunya menjawab bahwa dirinya juga tidak tahu.

"Saya lebih tua dari kamu," ungkap Reya.

"Saya tau."

"Tebak berapa?"

"Dua puluh?"

"Kamu cenayang?"

"Titisan." ampuh! Balasan nyeleneh Rio membuat Reya terkekeh geli.

"Udah lima menit, gak diputusin?"

"Telinga kamu bisa nangkap suara sampai jarak berapa?" tidak menjawab pertanyaan Reya, Rio malah balik bertanya.

Rio rasa Reya bukan manusia, tidak mungkin dengan jarak yang lumayan jauh perempuan itu bisa mengetahui segalanya. Mungkin Vampir.

"Temen kamu udah nungguin."

"Ayo ke sana," ajak Rio.

Reya menolaknya, dia lebih memilih menunggu di tempatnya tadi. Rio berpesan agar tidak kemana-mana, pulang nanti bersama dirinya.

"Kok gue gak lihat lo di tampar atau di siram air es itu, Yo?" bisik Candra setelah dirinya duduk.

"Yo, berhasil enggak?" tanya Adif.

"Tadi tantangannya apa?"

"Ajak pacaran orang yang lo gak kenal," ucap Sasi.

"Itu berhasil. Terus?"

Vena melanjutkan kalimat Sasi, "Putus dalam waktu lima menit."

"Itu gagal."

"WHAT?!"

"Ya kali cuma putus doang gagal, Yo?"

"Lo serius?!"

Semuanya memberondong Rio dengan pertanyaan. Kalau hanya putus seharusnya itu masalah yang mudah, tinggal bilang putus semua selesai.

"Calm, Bro! Gue milih tetep sama dia, gue rasa dia beda dari yang lain. Ya, walaupun usianya lebih tua dari gue tiga tahun. Tapi gue gak masalah sih," terang Rio tenang sambil memperhatikan Tetapi dari tempatnya.

"RIO NEMUIN CEWEK YANG DICARI-CARI SELAMA INI!!" teriak Sasi dengan suara cemprengnya membuat semua orang menoleh tak terkecuali Reya.

"Mulut lo lemes banget, Sas!" umpat Meta.

"Bikin sukuran ya, Yo?" kata Adam.

"Gue traktir besok di tempatnya Bang Radim."

"ASIK!"

"YES! MAKAN GRATIS!"

"Jangan lupa bawa tuh cewek, Yo!"

-----

RIO HARDANA  [✓]

Gue bangga sama diri gue sendiri karena milih Reya, bukan milih orang lain. Gue rasa sosok perempuan yang gue cari selama ini itu adalah Reya, hoki banget gue malem ini.

Thank you...
See you next chap!

Sabtu, 20 November 2021

OUR STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang