chapter: ocean blue eyes, lookin in mine

1.8K 375 6
                                    

Anti-sosial tetaplah anti-sosial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anti-sosial tetaplah anti-sosial. Karina tetap tahu diri dan memilih untuk memendam perasaannya dalam-dalam. Perasaan yang lama-lama berbuah menjadi rasa yang Karina tidak tahu ingin mendeskripsikannya seperti apa. Ia menceritakan kejadian hari itu dari A-Z kepada Wina, satu-satunya teman baiknya, setelah satu setengah tahun menyimpannya sendiri.


"Terus sekarang mana jaketnya? Masih lo simpen? Kayaknya Hesa sengaja kali Rin suruh lo simpen, terus nagih jaketnya, supaya ada alesan buat ketemu lo. Kok lo baru cerita sekarang sih anjir? Udah hampir mau dua tahun lo baru cerita." Desak Wina yang sangat penasaran dengan menyerbu Karina dengan berbagai pertanyaan.

"Jaketnya sekarang masih gue simpen, aman dan tentram di dalem lemari gue. Lo tuh jangan kebanyakan nonton drama korea deh. Dia juga lupa kali gue siapa. Waktu itu pas  kelas sebelas, gue sampe sempet ngehindarin dia, padahal niatannya baik sih cuma pengen nyapa, tapi gue keburu kabur sangking gugupnya.  Gue baru cerita ke lo sekarang soalnya kan kita kelas sepuluh belom saling kenal, kampang. Sekelas aja enggak." Jelas Karina beruntun sambil lanjut memakan soto mie-nya yang mulai dingin karena menjawab pertanyaan  yang dilontarkan oleh Wina non-stop.

"Bener juga. Terus berarti  itu alesan lo tiap Selasa pulang selalu telat kan, nyet? Ngeliatin Hesa main basket, lo pikir gue gak engeh." Buru-buru Karina menyekap mulut Wina yang berisik.

"Anjing. Omongan lo kurang gede, Win," Sarkas Karina.

"Dih lagian itu juga cuma dua puluh menitan kali, bentar doang. Daripada elu, jadi bucin kakap Ojak tiap hari." Saut Karina setelah memakan suapan terakhir soto mie-nya.

"Diem lo, kunyuk. Liat belakang noh, ada pujaan hati lo,"


Karina menengok ke arah belakang, dilihatnya Hesa beserta kompolatannya sedang berjalan ke area kantin. Mengambil tempat tiga meja di depan meja Wina dan dirinya. Seragam yang terpasang tak rapih serta rambut acak-acakannya menambah aura tampan Hesa. Tak lupa para siswa perempuan yang lain, ((kecuali Karina dan Wina yang masih tahu malu)), memuja-muji Hesa dengan tatapan genit mereka.


"Tuh, kaum pemuja Hesa. Gak mau ikutan, Rin?"

"Anjing lo. Gue masih tau diri. Udah ah ayo balik, abis ini pelajaran Pak Sastro," Kata Karina sambil membereskan mangkok-mangkok nya untuk dikembalikkan ke dapur kantin.

"Bentar, gue beli minum dulu. Lo mau gak?" Wina menawarkan.

"Boleh deh. Jus alpukat satu, gausah pake coklatnya."

"Oke."


Sambil menunggu Wina membeli minuman, Karina beranjak ke arah dapur dan menaruh mangkok makan bekas dirinya dan Wina tadi. Ia harus melewati meja Hesa untuk sampai ke dapur.


"Bangsat kok gue tegang. Kalem, Rin, kalem."


Dengan sok tegarnya, Karina berjalan dengan santai ke arah dapur. Usai menaruh mangkok di dapur, ia kembali dan memutar arah. Namun, ada yang janggal. Karina tidak sengaja merasa melihat Hesa sedang memerhatikannya dengan sangat intens.



"Idih geer banget anjing. Gak gak, lo cuma halu, Rin."





"Nih, ayo balik." Setelah Wina menghampiri Karina dengan jus alpukatnya, mereka segera bergegas kembali ke kelas. Karina mencoba untuk tidak memikirkan halusinasinya tadi.


Oh tanpa disadari, kejadian tadi bukanlah halusinasi Karina. Hesa memang sedang memperhatikan Karina, sampai sosoknya sudah tak terlihat lagi di tengah keramaian. Seukiran senyum muncul di bibir Hesa tanpa ia sendiri sadari.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
takes two to tango | ddeungromiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang