▼△▼△▼
Mereka duduk di taman dekat rumah Alyssia. Sudah sangat lama tidak mengobrol rasanya sangat canggung. Kali ini Alyssia membuka obrolan.
"Var gue mau nanya satu hal, jawab ya atau gak."
"Hmm." balas Alvaro dengan nada sedikit bertanya.
"Lo pasti ga pernah pacaran ya?" Alyssia terkekeh dengan pertanyaannya sendiri
"Astaga Sia.."jawab Alvaro tidak terima.
"Enggak, gue pernah pacaran." lanjutnya dengan ekspresi santai
"Gue tebak kapan ya?" tanya Alyssia lagi.
"Tebak aja." kata Alvaro
"Sekarang." satu kata dari Alyssia. Mata mereka saling menatap dalam keheningan.
Alvaro mendekatkan wajahnya ke wajah Alyssia, mata yang tadinya menatap Alyssia kini beralih pada bibir tipis miliknya, ia tidak pernah memperhatikan Alyssia sampai sedekat ini.
Alvaro meneguk salivanya entah setan mesum mana yang merasukinya Alvaro sudah mendekatkan diri pada Alyssia dengan tetap menatap bibir itu.
Alyssia hanya diam membatu dengan mata melebar lalu memejamkan matanya dengan pasrah saat merasakan hangat nafas Alvaro menggelitiki kulitnya.
Alvaro yang tidak merasakan penolakan dari Alyssia langsung melanjutkan aksinya, ia menarik tengkuk Alyssia agar mendekat dan mengecup bibir Alyssia sekilas.
Alvaro kembali menatap Alyssia. "Jadi menurut lo gue pernah pacaran atau sekarang gue lagi pacaran?" tanyanya lagi melanjutkan obrolan tadi.
Wajah Alyssia memanas, pasti sekarang sudah memerah."Pipinya kayak tomat tuh." ledek Alvaro.
"Yeee gara-gara lo juga." gerutu Alyssia lalu mecubit perut Alvaro.
"Aduhh, sakit dong Sia..."protes Alvaro.
"Biarin wleee." Alyssia mengeluarkan lidahnya meledek.
Alvaro berdiri dari kursi. "Pulang yuk udah malem." Alvaro mengulurkan tangannya pada Alyssia. Alyssia tersenyum tipis "Yuk." Alyssia memegang tangan Alvaro dan berdiri dari tempat duduknya. Mereka berjalan dengan tangan yang masih setia menggenggam satu sama lain tidak ada obrolan diantara mereka sampai di rumah Alyssia.
"Yaudah gue masuk dulu kalo gitu, lo ati-ati ya, bye." baru dua langkah Alyssia berbalik. "Eh besok gue cuma ada kelas siang abis itu kosong." ucap Alyssia memberi kode pada Alvaro.
Alvaro yang sedang memakai helmnya sudah bersiap untuk pulang menautkan alisnya. "Oke. Yaudah gue pulang yaa, bye Sia." ucap Alvaro. Sebenarnya Alvaro tau apa maksud gadisnya itu, ia hanya ingin sedikit menjailinya.
"Udah gitu? gitu doang?" tanya Alyssia lagi.
"Ya terus lo mau gue ngapain?" Alvaro terkekeh.
"Varo!! masa gitu aja harus dikasih tau." gerutu Alyssia.
"Iyaa besok aku jemput ya." Alvaro terkekeh sekali lagi dengan sikap Alyssia yang menurutnya menggemaskan ini.
"Bye sayang..." ucap Alvaro lembut sembari mengacak rambut Alyssia dan langsung melajukan motornya meninggalkan rumah Alyssia.
"Ya ati-ati jangan ngebut." Alyssi berbalik untuk memasuki rumah tapi langkahnya tiba-tiba berhenti.
"Sayang? sa-yang." Alyssia mematung di tempatnya, mukanya sudah memerah sekarang.
"Non kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya bi Inah bingung.
"Ha? gpp kok bi, aku ke kamar dulu ya..." teriak Alyssia sembari berlari menaiki tangga.
"Jangan lari-lari non!" bi Inah menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alyssia.
Senyum-senyum sendiri sembari menyentuh bibirnya siapa lagi kalau bukan Alyssia. Ia sedang berbaring di ranjangnya kembali membayangkan semua yang terjadi hari ini. Seolah tak percaya karena semua terjadi begitu cepat.
"Kok gue jadi malu sendiri gini sih kalo ngebayangin kejadian tadi." wajahnya kembali memerah.
"Mamiiii!!!." Ia menelungkupkan wajahnya ke bantal untuk meredam teriakannya.
»»————- ⍟ ————-««
Alyssia sudah berdiri sejak tadi di depan rumahnya ia kembali melirik jam di tangannya. "Sesuai aplikasi mba?" suara seseorang tiba-tiba muncul dari mobil hitam yang kini berada tepat di depan Alyssia. "Iyaa mas..." Alyssia berjalan memasuki mobil sembari menunjukkan senyum terpaksanya.
"Kok mukanya ditekuk gitu sih pagi-pagi?." tentu Alvaro bingung dengan tingkah Alyssia karena Alvaro tidak merasa melakukan kesalahan apapun.
"Buruan jalan kamu gak liat udah jam berapa?" Alyssia menjawab tiba-tiba dengan nada tinggi.
"Aku berangkat pagian loh padahal biar gak buru-buru." jawab Alvaro dengan muka polosnya.
"Pagian dari mananya sih sekarang aja udah jam 1 gini." dengus Alyssia.
"Jam 1?" tanya Alvaro kaget sembari melihat ke arah jam yang ada di tangan kirinya yang menunjukkan pukul 12.30 lalu merogoh saku celananya mengeluarkan sebuah benda pipih.
"Ck mati lagi." gerutu Alvaro tapi tak lama Alvaro kembali memperhatikan jarum jam miliknya yang ternyata tidak berputar.
"Astagaa..." Alvaro menepuk keningnya lalu menatap Alyssia.
Wajah yang tadinya kesal kini berubah menjadi bingung. Alyssia mengerutkan alisnya menatap bingung Alvaro.
"Sia...jam aku mati, handphone juga." Alvaro mengangkat kedua tangannya, tangan kirinya menunjukkan jamnya pada Alyssia dan tangan kanannya memegang sebuah benda pipih dengan layar kosong sudah tidak bernyawa beserta dengan cengiran bodohnya.
Alyssia memutar bola matanya malas, merutuki kecerobohan orang yang sudah resmi menjadi pacarnya itu.
Alyssia POV
"Jadi dimaafin ga nih?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku dengan muka yang dibuat-buat memelas. Lalu aku hanya membalasnya dengan senyuman.
"Kok senyum doang sih? sayang...." Aku yang sedari tadi menahan emosiku tiba-tiba merasakan jantungku berdetak kencang, suara lembutnya sampai di pendengaranku bersama dengan panggilan itu lagi. LAGI!
"Iya dimaafin...udah ayo jalan udah siang nih." Akhirnya aku menjawabnya masih sambil menahan senyumku tapi tak berhasil sebenarnya. Astaga pipiku terasa panas sekarang.
"Oke princess." Dengan senyum manisnya dia menjawabku dan mulai menjalankan mobilnya masih setia dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya itu dan aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
Tentu saja aku tidak menyangka Alvaro yang terkenal dengan sifat dinginnya kini bertingkah sangat kekanak-kanakan di depanku. Dan aku juga merasa sangat beruntung karena menjadi satu-satunya orang yang melihat sifatnya yang satu ini.
»»————- ⍟ ————-««
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Boy
Romance»»----- ⍟ -----«« Tadinya mungkin hari ini bakal jadi hari tersial dalam hidup gue, tapi kayaknya Tuhan gak ngizinin gue buat nangisin cowok kayak dia. Bahas soal cowok ini, mungkin dia punya alasan yang sampai sekarang gue gak ngerti kenapa dia nge...