Oleh karena itu betapa kagetnya Zee ketika dia bertemu dengan Ashel dan hanya dipertemukan dengan perlakuan dingin lagi. Dari orang yang sudah dia peluk sepanjang perjalanan pulang.
Di hari Minggu pagi, Zee membawa 2 gelas kopi dan sandwich yang dia beli di ojol. Ada beberapa permen juga coklat yang dia bawa. Untuk Ashel tentunya dan juga Kak Anin. Setelah itu, Zee langsung ke kamar Ashel.
Membawa gelas kopi dan semua makanan di dalam paper bag ternyata susah. Tapi Zee lakukan dengan riang gembira. Mau dibantu oleh salah satu bodyguardnya pun Zee bahkan menolak.
Setelah mengetuk pintu dan menyerahkan sandwich, Anin langsung dengan semangat melahap sandwich pemberian Zee. Juga girang karena sudah dibelikan kopi.
Ashel?
Tidak memberikan respon yang diharapkan oleh Zee sama sekali. Hanya menyuruh Zee untuk duduk di kursi meja belajar dulu dan langsung permisi.
Hanya bilang 'aku lebih suka teh daripada kopi.'
Jadi Zee tawarkan untuk membahas tugas kelas history di kamar Zee saja. Kan ada banyak macam teh dan kopi di kamarnya itu. Jadi bisa dia bikinin si Ashel.
Tapi Ashel tidak membalas apa-apa.
Lalu ke kamar mandi ... begitu saja.
Bingung Zee dengan Ashel.
Kenapa tidak ada ucapan 'halo' atau 'good morning'?
Kan mereka kemarin sudah sangat dekat. Zee bahkan berkali-kali mengusap tangan dan kepala Ashel di perjalanan pulang.
Lalu kenapa sekarang menjadi dingin kembali gini perlakuan Ashel sama dia?
Menunggu Ashel selesai mandi, Zee memilih duduk di kursi meja belajar menuruti perkataan Ashel. Zee menyesal tidak membelikan teh untuk Ashel.
Zee mengeluarkan nafas panjangnya. Dia lalu memberikan beberapa makanan manis pada Anin.
"Nih Kak. Aku bawain coklat sama permen juga." ucapnya pada teman satu kamar Ashel itu.
"Thanks." jawab singkat Anin sambil lanjut memakan sandwich. "Oh, sama kemarin ... udah bantu Ashel kabur dan antar dia dan kita pulang dengan aman ke sini. Thanks." sambung Anin.
"Sama-sama Kak." jawab Zee sambil tersenyum dan manggut-manggut. Setelah itu Zee tidak mendapatkan balasan apa-apa lagi dari kakak kelasnya.
Seperti itu.
Hanya keheningan yang lalu mengisi kamar dorm.
Untuk beberapa menit Zee dan Anin sama-sama terdiam.
Zee yang duduk di kursi belajar Ashel menoleh ke arah Anin yang sedang makan di kasur. Punggung kakak kelasnya itu menyandar. Anin terlihat fokus makan sambil membuka social media di handphone. Setidaknya itu yang Zee lihat. Berhati-hati, Zee mulai membuka suaranya.
"Ehm ... Kak." panggil Zee.
Anin melihat Zee dengan alis yang diangkat. Seakan mengatakan 'mau ngomong apa?' pada Zee.
Jadi Zee meneruskan ucapannya, "Aku serius mau deketin Ashel Kak."
Mata coklat milik Anin terus mengedip karena mendengar ucapan Zee barusan. "Sebagai teman? Apa ... lebih dari teman?" tanya Anin. Sandwich pemberian Zee sudah Anin lupakan dan dia letakkan di meja belajarnya yang berada di samping kasur.
Mata Zee melihat ke sekeliling kamar itu. Takut.
Dia takut salah bicara pada sahabat Ashel.
"Em ... jujur, aku juga belum yakin Kak mau dekat sebagai apa ..." jawab Zee. Pandangannya kini sudah mengarah ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Zee Me?
FanficDi sekolah baru, Zee happy ketemu lagi sama bullynya(?) Zee baru saja pindah dari Amerika. Papa Zee terpilih menjadi presiden dan dia diminta Mamanya untuk balik dan masuk ke boarding school di Indonesia. Harus meninggalkan teman dekat di boarding...