chance O3

1.4K 225 40
                                    

Yoi, seperti yang dibilang di author's notes ya ges. Cerita ini bakal lebih pendek perchapternya dari cerita lainnya.

-- -- --

Cukup lama mereka berada di perpustakaan itu.

Lebih tepatnya sampai Ashel lebih tenang.

Ashel mengelap air matanya lagi yang dari tadi masih turun membasahi pipinya. Tidak dapat dielakkan, Ashel merasakan kehangatan yang tulus dari orang yang sedang memberinya bahu. Tapi ...

Suara ini ...

Suara yang mengatakan 'I'm here' kepadanya ini ...

Tidak asing ...

Yang benar saja ... adalah ternyata seorang Zee. Ashel memperhatikan orang yang tiba-tiba muncul di tempat andalannya untuk bersembunyi ini. Yang tiba-tiba memberikan bahu ketika dia sedang bersedih tadi.

Yang juga dengan bodohnya entah kenapa dia ceritakan kenapa dia menangis tadi ke orang ini.

Zee.

Orang yang sudah lama tidak dia lihat. Bahkan tidak tahu kabarnya. Zee yang secara tiba-tiba bersekolah di tempat yang sama seperti dirinya. Zee yang seorang anak presiden.

Ashel duga pasti ada beberapa bodyguard di dekat tempatnya ini. Sepertinya dia harus mencari tempat persembunyian baru. Biar tidak ketahuan orang lagi kalau lagi mau sendirian.

"Huft ..." Ashel memberikan jarak diantara badannya dengan Zee. Dia tidak perlu seseorang di saat ini untuk melihat dia dalam keadaan lemah seperti ini sebenarnya. Terlebih lagi di depan seorang Zee. Sungguh, Ashel tidak perlu ada Zee di dekatnya seperti ini. "Thanks."

"Are you ... okay?" tanya Zee kepada orang di depannya itu.

Ashel mengangguk sambil mengusap hidungnya. Mungkin, Ashel sedikit berharap Zee tidak akan pernah menceritakan kejadian hari ini entah kepada siapa. Ashel bahkan gak tahu apakah seorang nerd seperti Zee memiliki teman di sekolah ini.

"Jangan bilang kejadian ini sama siapapun." ucap Ashel sambil berdiri dari kursinya yang seperti terburu-buru. Meninggalkan Zee yang masih duduk terdiam dengan wajah bingungnya.

"W---wait ..." ucap Zee yang lalu berdiri dengan cepat juga. Dia lalu memberikan permen lolipop di kantongnya kepada Ashel yang sudah mau berjalan keluar dari perpustakaan sekolah mereka itu.

Melihat pemberian ditangan Zee, Ashel hanya bisa tersenyum dengan semua kejadian ini. Zee yang tadi memeluknya lalu memberikan dia permen ini ... "Mmm ... sorry but I don't eat free stuff sweets. Especially dari cafeteria kita gitu. Hmh ... but thanks, again." Ashel katakan lalu meninggalkan Zee di area perpustakaan itu. Dengan permen lolipop yang masih berada di tangannya.

Juga kelas history yang sepertinya baru saja selesai beberapa menit lalu.

--

--

--

"Tadi namanya Ashel?" tanya bodyguard nya, Shani ketika mereka sudah mendekat ke kelas sociology.

Dengan sedikit ragu, Zee mengangguk. "Dia dulu satu sekolah ama aku di SD ... emang orangnya kayak gitu. Gak usah terlalu di pikirin Ci."

Sedikit kaget karena Zee bisa menebak isi kepalanya, Shani sempat terhenti langkahnya. "Tapi kalau dia ganggu kamu, bilang ya sama kita Zee."

"Oh ... Ci, trust me. Yang namanya Ashel, gak bakal jadi gangguan di hidup aku. Trust me."

"Ok---ayyy ... percaya deh aku. Dah sana masuk kelas, tadi satu kelas sudah kelewat kan gara-gara Ashel itu."

Can You Zee Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang