chance O7

1.4K 191 23
                                    

Mungkin saat ini tidak ada yang perlu di khawatirkan oleh Ashel. Semestinya. Maksudnya, dia hanyalah seorang murid SMA. Untuk bidang akademi, dia masih bisa mengikuti dengan baik. Selain bernyanyi di publik, dia juga masih bisa menyalurkan hobinya di sekolah dengan mengikuti grup choir sekolahnya.

Menjadi penyanyi membuatnya merasa senang. Apalagi banyak orang yang memujinya. Punya banyak penggemar juga lagi. Walaupun banyak hate comment juga yang datang ke dirinya, tapi banyak juga yang mendukungnya.

Walaupun Mamanya sedang terkena kasus, tapi Mamanya memiliki pengacara yang sangat hebat. Sudah sangat terkenal karena keberhasilannya memenangkan kliennya.

Jadi Ashel seharusnya tidak perlu khawatir.

Sampai-sampai, seorang bodyguard Zee yang bernama Gita mendatanginya dan menyampaikan hal yang membuatnya kaget. Mestinya gak kaget juga karena toh Ashel sudah tahu akan hal itu. Tapi tetap saja ... karena hal itu disampaikan kepada dirinya.

Untuk menjaga jarak dengan Zee?

Karena dirinya sudah membuat Zee melewati beberapa kelas hingga bahkan melewati jam tidur yang berlaku di dorm mereka.

Membuat lengan Ashel terkulai lemas mendengarnya. Kenapa para bodyguard itu gak bilang ke Zee aja sih?

Untuk menjauhi dirinya gitu. Untuk gak nawarin bahu ke dia ketika Ashel sedang sedih. Untuk gak nemenin dia. Untuk gak nawarin bantuan ke dia. Untuk gak selalu mendatangi dia dengan wajah bodohnya yang tersenyum lebar ke arah Ashel.

Sebal banget Ashel sama wajah penuh dengan senyum milik Zee itu.

Ashel rasa akan lebih mudah jika semua itu dibilang saja ke Zee biar gak dilakukan ke dia.

Ashel hanya bisa menghela nafasnya.

Tuhkan, hari ini padahal persidangan pertama Mamanya, dia malah jadi memikirkan Zee.

--

--

--

Suara musik kencang memenuhi lambo kuning yang melaju dengan cepat. Mobil itu mengarah ke Sentul. Hari masih pagi namun lambo itu sudah memamerkan kecepatannya kepada mobil-mobil lain di jalan tol.

Pengemudi mobil itu membenarkan sunglasses yang bertengger di atas hidungnya itu.

Tidak, hari tidak silau. Tapi ingin saja dia memakai kacamatanya.

Sang pengemudi merasakan suhu udara di hari ini yang dingin bahkan hingga ke tulang. Dia lalu mengeratkan jaketnya ke badan. Ingin membenci dirinya sendiri untuk tidak membeli kopi di rest area yang tadi dia lewati.

Pagi hari bukanlah waktu favoritnya untuk menyetir. Dia lebih menyukai malam hari. Dimana jalanan lebih sepi. Di mana dia juga bisa membawa mobilnya dengan kecepatan yang dia sukai. Tidak seperti hari ini. Ke Sentul. Pagi hari pula. Dia harus sampai ke Sentul jam 9.

Kini dia membenarkan posisi cincin dan jam di tangannya. Tujuan yang dia set di map sebelum berangkat sudah mulai terlihat. Sebuah sekolah prestige dan mewah yang mempunyai bangunan bergaya klasik.

Sekolah yang terkenal karena mempunyai banyak alumni yang sangat sukses di segala bidang.

Ya, sekolah ini yang menjadi tujuannya di pagi ini. Ada seseorang yang harus dia temui. Sampai di depan lobi dorm, mobil mewah berwarna kuning yang menemani dia dari tadi pagi dihentikan dengan baik.

Di lobi itu dia melihat sosok seseorang yang sangat dia kenal. Tentu saja.

"Hai Ashel." sapanya setelah turun dari mobil. Jaket di badan dia rapikan dan makin dia eratkan ke tubuh. Ternyata di luar tidak kalah dingin dari dalam mobilnya.

Can You Zee Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang