"Euhm ... Chel." Zee menoleh ke orang di sebelahnya. Saat ini mereka sedang berada dalam perjalanan ke Jakarta dari Sentul. Sangat sunyi mobil yang mereka tumpangi dari tadi. Shani dan supir mobil berada di kursi depan. Mereka fokus dengan pandangan di depan dan pekerjaan masing-masing.
Shani sedang membuka aplikasi map di handphone untuk melihat lokasi rumah sakit yang terdekat dari tempat itu. Jaga-jaga untuk bila ada suatu hal yang terjadi. Yang semoga saja tidak ada apa-apa. Shani sudah merencanakan, nanti setelah sampai dia akan segera turun memutari club yang menjadi tujuan mereka. Agar mengetahui letak pintu darurat ataupun pintu belakangnya.
"Apa?" Ashel menjawab dengan nada dingin.
"Nanti ... aku boleh masuk juga kah?" tanya Zee.
"Terserah, yang penting nanti aku duluan. Gak mau barengan masuk ke club nya." balas Ashel yang sampai sekarang pun tidak melihat ke arah Zee. Hanya melihat ke luar mobil. Juga lengkap dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.
Kecewa karena mendengar jawaban dari Ashel, Zee hanya bisa mengeluarkan nafas panjangnya, "Oke Chel ... aku ada sweater kalau mau, pakai aja ya."
"Who wears sweater in a club sih Zee?" tanya Ashel keheranan. Dia akhirnya melihat ke arah Zee. Ashel yakin kalau ada Eve di mobil ini pasti Zee bakal dibilang frik.
"Iya sorry. Aku aja yang pakai." balas Zee.
"Nerd." hanya itu yang Ashel ucapkan. Dia lalu melihat ke jalan lagi di luar jendela mobil dia duduk.
Zee diam sesaat. Dia awalnya khawatir kalau Ashel tidak mengijinkan Zee untuk mengantar Ashel ke club. Jujur, Zee khawatir. Bukan kah Ashel sedang dalam keadaan galau.
Biasanya, setahu Zee, orang galau kalau ke club bakalan minum alkohol. Zee takut teman Ashel yang lain membiarkan Ashel mabuk. Tapi karena ada bodyguard di sekelilingnya, Zee menjadi sedikit lega. Setidaknya dia memiliki bala bantuan untuk menjaga Ashel malam ini.
"Chel." panggil Zee lagi.
"Apa lagi Zeeee?" balas Ashel.
"Udah mau sampai."
"Oh." Ashel balas dengan singkat. Dia dan Zee saling melirik.
"Ati-ati di dalam ya Chel."
"Cuman mau ke club. Bukan mau ke Amerika tiba-tiba Zee." jawab Ashel.
"Aku gak kemana-mana lagi kok ... janji," Zee meraih dagu orang disampingnya itu agar mengalihkan pandangan dari jendela mobil ke dirinya. Zee ingin melihat ekspresi wajah Ashel dulu sebelum mereka benar-benar sampai tujuan. Kini Ashel dan Zee saling berhadapan. Walau terpesona dengan kecantikan Ashel, ada hal yang ingin Zee sampaikan, "Chel, aku janji bakal bilang semuanya sama kamu. Aku yang dulu sama yang sekarang beda Shel." Zee katakan sambil meraih tangan Ashel dengan hati-hati.
"Apaan sih pegang-pegang? Sotoy. Lidah tak bertulang Zee," jawab Ashel. "Lagian aku bukan asisten kamu. Gak perlu kamu bilang semua sama aku."
"Kamu mulut satu lidah bertopang Chel. Siapa yang nganggep kamu asisten coba. Lagian aku udah ada gugel assistant di hape aku. Nih, okay gugel." Zee katakan pada handphonenya.
Tidak dapat tertahankan, kelakuan orang di depannya membuat Ashel tiba-tiba mengeluarkan tawa kecilnya, "Dork." Ashel menggelengkan kepala tidak bisa biasa saja melihat kelakuan Zee.
"Zee sampai." Shani beritahu dari depan.
Ashel langsung merapikan outfitnya dan mendorong Zee agar menjauh dari tempatnya duduk. Baru sadar Ashel, dari tadi Zee nempel sekali dengan tubuhnya. Setelah kendaraan mereka benar-benar sudah berhenti, Ashel langsung turun duluan tanpa mengucapkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Zee Me?
FanficDi sekolah baru, Zee happy ketemu lagi sama bullynya(?) Zee baru saja pindah dari Amerika. Papa Zee terpilih menjadi presiden dan dia diminta Mamanya untuk balik dan masuk ke boarding school di Indonesia. Harus meninggalkan teman dekat di boarding...