Rahasia kita

27 4 0
                                    

Kebanyakan orang mungkin memilih berpergian atau menghabiskan waktu bersama keluarga saat liburan.

Namun tidak bagi zera putri Roosevelt yang selalu menghabiskan liburannya di rumah. Yang selalu ia lakukan adalah menonton flim kesukaannya di NETFLIX.

Zera membaca berulang kali tulisan itu
dia merasa bahwa kalimat-kalimat itu masih tidak sempurna. Kata demi kata dia hapus dan diganti dengan kata-kata baru yg menurutnya cocok.

"Gue lelah banget," gumam nya.

"Lagian kenapa gue buat beginian sih!?"

Zera mengurut jidatnya yg terasa sakit. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali yg ia pikirkan.

Dia melirik kalender kecil di meja belajarnya, Sebentar lagi ulangan Matematika akan diadakan bersamaan dengan acara penerimaan anggota OSIS baru.

"Hufft"

Dia menarik beberapa buku kearahnya.
Membukanya dan menulis sesuatu disana. Dia mengetuk meja dengan ujung bolpointnya.

Tuk...tuk..

Zera menghentikan aktifitasnya sebentar setelah mendengar sebuah ketukan di pintu.

Tuk.. tuk..

Aduhh siapa lagi sihh? batinnya.

"Zee! Sayang buka pintunya dong,"

"Bunda? Iya bentar," sahut Zera.

Pintu pun terbuka dan sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Zera membiarkan pintu terbuka sedikit, tak membiarkan Asya melihat ataupun masuk kedalam kamarnya.

Asya menghela nafas pelan lalu tersenyum."Kamu masih marah?" tanyanya.

Zera menggelengkan kepalanya."Gak kok," jawabnya.

"Udah dong, jangan cemberut lagi," ucap Asya .

Zera tersenyum." Ada apa kok bunda ke sini?" tanyanya.

"Teman kamu dateng tuh," jawab Asya.

"Hah? Temen yang mana?" tanyanya.

"Nanti kamu juga tau, samperin sana," jawab Asya.

Zera langsung bersiap untuk turun kebawah, Dia menuruni tangga dengan hati-hati sambil sedikit mengintip seseorang yg duduk dibawah.

Kelihatannya orang itu sedikit cemas.
Dia langsung berjalan kearah nya tanpa menghiraukan pakaiannya. Toh, ini juga di rumah.

"Zia?" panggil nya setelah mengetahui orang itu adalah Zia.

Zia melirik kearahnya. "Eh, Zee," sahutnya.

"Lo kenapa kemari? Lo mau ngambil buku catatan?"tanya Zera.

"Ih... bukan-bukan, ada yang mau gue omongin sama Lo," jawab Zia.

"Oh, yaudah apaan? Gue dengerin nih," ucap Zera.

Zia melirik keseluruh ruangan."Bisa gk kita pindah tempat? Kemana gitu?"

"Oh oke,"

                           
     ***

Sebuah ruangan bernuansa Lilac dihiasi furnitur yg tampak indah. Furnitur yg tak bisa dibilang murah itu tertata rapi sesuai tempatnya.

Zia mendudukan dirinya di pinggir ranjang yg kini berwarna Lilac dengan motif bunga Lavender. Zera mengambil tempat di kursi belajarnya dengan mengarahkannya ke Zia.

"Kabar baik atau sebaliknya?" tanya Zera padanya.

"Dua duanya," jawab Zia.

Zera memutar bola matanya."Jadi semua yg lo perhitungkan semuanya terjadi?" tanya nya.

Zia mengangguk."Tapi itu bukan masalah penting, yang lebih penting sekarang ada dimata kita," ucapnya.

Zera menautkan alis matanya."Maksud lo?"

"Lo ingat gak? Saat pertama kali kita mendapat surat dari seseorang yg misterius?" tanya Zia.

"Ah- ternyata lo masih inget itu? Gue ingat kok," ucap Zera.

"Good, sekarang kertas mana?" tanya Zia.

"Lah mana gue tau, klo gue gak salah dibawa Ara, emang buat apaan?"

"Ary kan belum lihat, mungkin aja dia tau maksudnya," jawab Zia.

Zera memijat pelipisnya, kenapa kini mereka harus membuat masalah baru dengan mencari maksud dari tulisan itu. Lagi pula tidak ada yg peduli tuh ditambah mereka juga tidak akan mendapatkan hadiah atas keberhasilan mereka.

"Ya kalo itu yg membuat lo bisa tidur nyenyak lo hubungi aja Ara," ucap nya.

"Yeh, Lo kok gak bersemangat gini sih," kata Zia.

"Tau ah, gue banyak pikiran,"

"Emang apa sih yang lo pikirin? Awas lo cepet tua,"

"Biarin, btw lo cuma mau ngomong itu aja?" tanya Zera.

"Hmm iya," jawab Zia.

"Yaelah lo udh buang waktu gue percuma," kata Zera setengah kesal.

"Ya sebenarnya sih bukan itu aja, cuma gue ragu," ucapnya.

"Lo ragu kenapa lagi?"

"Pokoknya ada yg mau gue omongin tapi  nanti aja. Biar semuanya tau," jawab Zia.

"Paling gue gk suka nih, Lo bikin gue penasaran tau gak?!" kata Zera.

" Huhu, Udh deh ye gue pulang dulu, gue cuma buang waktu aja biar Papa gue gak curiga haha," ucap Zia.

"Oh udah pinter bohong ternyata,"

"Gue terpaksa."

Zera mengantarkan Zia menuju halaman rumahnya. Dia juga melirik gaya berpakaian gadis itu yg tidak biasanya. Dia segera membuang pikiran aneh yg ada di otaknya.

"Gaya lo keren," ucapnya.

Zia mengamati pakaiannya. "Thanks, ini semua ide Zea," ucapnya.

"Oh,"

Zera menatap Zia yg kini berjalan menuju mobil berwarna hitam dan masuk kedalamnya. Dia melambaikan tangan kearah gadis itu. Seketika setelah mobil itu keluar dari pintu gerbang.

Ia berjalan masuk ke dalam, Tapi sebuah deringan handphone membuatnya teralihkan. Dia menyeringit, sebuah pesan dengan nomor yg tak dikenali masuk di handphone nya.

                          
***

                      

+62821----

|Hai
Gue Revian S.
Save ya:)

                         

***

          

haii👋👋

Jangan lupa di vote and komen yaww hehehe.

JANGAN ADA SESUATU DI ANTARA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang