64. Hampir Saja

23 5 38
                                    

"Mencurigakan banget, tuh orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencurigakan banget, tuh orang."

Aby Redric Mahatama.
.
.
.

Ujian kenaikan kelas akan segera dilaksanakan, pastinya para siswa siswi akan belajar untuk mempersiapkan dirinya. Terutama bagi siswa siswi yang ingin memperoleh nilai tertinggi, mereka akan belajar segiat mungkin. Berbeda dengan beberapa siswa siswi yang hanya fokus ke kata 'asalkan bisa naik kelas', golongan mereka itu biasanya akan belajar seperlunya saja.

Contohnya July sendiri, dia tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Asalkan dia bisa naik kelas, maka itu adalah hal yang sudah paling dia syukuri. Di rumah saja, July hanya belajar selama satu jam, dan paling lama selama dua jam pada malam hari. Prinsip seorang Julyana Amanda Clayton adalah, dia tidak ingin menyiksa dirinya sendiri hanya karena menginginkan hasil terbaik yang belum tentu langsung bisa dia dapatkan.

"Berusaha aja semampunya, tapi nggak usah paksakan diri sendiri. Hasil yang bakal kita dapat nanti, itu upah buat kita yang udah berusaha. Nah, upah itu yang harus kita syukuri, dan satu lagi. Jangan bandingin upah kita dengan upah orang lain, karena setiap orang itu udah ditentukan upahnya masing-masing." Ujar July sebelum dirinya dihantam bantal yang dilemparkan Rey ke wajahnya.

"Bilang aja, kalo lo malas belajar."

"Udahan napa Bang, lemparin bantal ke gue. Lama-lama bucin juga gue, sama ni bantal." July mengembalikan bantal tersebut kepada abangnya. Namun dia tidak melemparnya, melainkan langsung memukulkan bantal tersebut ke tubuh Rey.

"Biarin, bersyukur gue malah. Daripada lo bucin sama kulkas keliling itu." Rey melirik ke arah laki-laki yang duduk tak jauh dari posisi adiknya.

Juna? Iyap, benar sekali. Sedari tadi mereka memang berkumpul di ruang tengah kediamannya keluarga Clayton. Selain mereka bertiga, di sana juga ada Aby. Hanya saja makhluk bermata sipit itu berubah menjadi kalem, karena sedang sibuk dengan buku dan alat tulisnya.

Paham dengan istilah 'kulkas keliling' yang disebutkan Rey, July segera membalas perkataan abangnya tersebut. "Dih, serah gue lah. Orang dia pacar gue, hak gue lah, mau bucin sama pacar sendiri."

Tersenyum, sudah pasti seperti itu. Juna langsung tersenyum sesaat setelah July berbicara demikian.

"Kalo gue bucinnya ke Aby, baru itu nggak wajar."

"Boleh kok, Ly. Boleh banget, ikhlas malah gue." Seru Aby dengan antusias.

"Hiliiih." Juna tak terima, dia pun melempar bolpoin yang ada di hadapannya ke arah Aby, dan tepat sasaran. Bolpoin itu mengenai kepala laki-laki bermata sipit itu.

"Heh?! Apa-apaan nih, lempar-lempar pulpen ke gue? Sirik la, yo?! Asal lo tau aja, ya. Andai gue nggak ngalah waktu itu, July udah gue dapetin."

"Nyenyenye."

My 'Rese' Brother [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang