73. Haruskah Pergi?

21 5 47
                                    

"Tenang aja, Dad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tenang aja, Dad. Daddy nggak usah pusing-pusing, ada July yang bakal ngebujuk abang."

Julyana Amanda Clayton.
.
.
.

Setelah selesai beradu mulut, Juna pun pergi lebih dulu meninggalkan Rey, sedangkan Rey sendiri masih senantiasa berdiri di depan ruangan adiknya itu. Merasa sudah cukup mengumpulkan mentalnya, laki-laki itu perlahan membuka pintu namun tak langsung masuk. Melainkan dia terlebih dahulu menyembulkan kepalanya, memeriksa apakah July benar-benar sudah bangun.

Benar saja apa yang dikatakan Juna, bahwa July telah bangun. Bahkan gadis itu langsung menoleh saat kepala Rey muncul di sela-sela pintu yang terbuka.

"Dari mana aja sih, Bang?"

Alhasil Rey cengengesan dan berjalan masuk menghampiri adiknya itu. "Abis nyari cemilan tadi, gue tiba-tiba lapar."

"Nggak mau bagi ke gue gitu, ceritanya?"

"Nggak, gue pelit." Rey menggeleng, setelah itu celingak-celinguk seakan mencari sesuatu. "Mommy mana, Dek?"

"Pulang bentar, kata mommy mau ngambil baju ganti."

Rey ber'oh' ria seraya duduk di kursi samping ranjang July. Selanjutnya dia dapat melihat tangan kanan July yang dibalut perban. Seketika rasa sesak itu kembali menyeruak di hatinya, dan lagi mata itu ingin kembali menumpahkan isinya. Tapi itu tak mungkin, sebab kali ini dia benar-benar tidak boleh menangis.

"Bang, kira-kira gue kap-" July langsung terdiam, setelah menoleh dan menyadari tatapan Rey berbeda dari sebelumnya. "Maaf, Bang."

Mendengarkan kata maaf yang baru saja diucapkan July, seketika membuat Rey tersadar dari lamunannya. "Eh, kok tiba-tiba minta maaf sih?"

"July minta maaf, Bang. Gara-gara July, Abang dan mommy jadi repot." Ucap July seraya menundukkan kepalanya, turut menatap tangannya.

"Kamu kok ngomong gitu sih, Dek. Nggak ada yang ngerasa repot, baik itu Abang, mommy ataupun daddy. Karena itu memang suatu keharusan kami, buat ngurusin kamu." Rey meraih tangan July, dan mengelusnya pelan. "Jadi kamu nggak perlu khawatirin apa pun. Karena yang paling penting sekarang, kamu harus cepat sembuh sayang."

"Tapi Bang, July takut."

"Takut kenapa, hmm?"

"July takut. Kalo nanti, July bakal balik kayak tadi lagi. July takut, bakal nggak bisa bedain, mana sesuatu yang ada, sama sesuatu yang sebenarnya nggak ada."

Rey terdiam beberapa saat, kemudian dia pun menghela napas panjang. "Udah, kamu nggak perlu takut Dek. Kan Abang dah bilang tadi. Kamu nggak perlu khawatirin apa pun, kamu cuma harus fokus sama kesembuhan kamu sekarang. Masalah yang itu, Abang bakal omongin sama daddy dan mommy. Oke, sayang?" July perlahan menganggukkan kepalanya dan sesaat kemudian tersenyum tipis.

My 'Rese' Brother [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang