"Nayla...."
Panggil lelaki itu, melihat gadisnya tengah tersenyum melihat bintang malam.
"Aku suka senyum kamu, aku harap kamu selalu begitu."
"Kamu alasan aku buat tersenyum, Galen," jawabnya, menyenderkan kepalanya ke bahu cowok di sampingnya.
***...
"Tadi lo bareng Nayla kan?" Jevan kembali bertanya.
"Bareng, udah gue anter ke kelasnya."
"Lagian mantan lo ngapain muncul lagi, anjir!" seru Jevan dengan suara yang cukup kuat.
Galen memukul lengan Jevan, dan matanya melihat sekeliling kelas yang sepertinya tidak dengar itu. Huh untung saja.
Ya kemarin malam, Galen mendapatkan pesan dari mantan kekasihnya. Hubungan mereka sudah lama kandas, karena Galen di tinggal oleh perempuan itu ke Perancis. Galen pun sudah melupakannya, itulan mantan pacar satu-satunya yang Galen miliki.
"Mulut lo mau gue sumpelin?"
"Maap Boss. Lupa ngerem gue," jawabnya.
"GALEN." Nayla berteriak dari pintu, dan kemudian masuk untuk mendekati Galen dengan membawa bekal berwarna biru.
"Makan ya, tadi aku buatin sarapan buat kamu," ujarnya dengan semangat.
"Makasih sayang, kamu udah sarapan kan?"
"Udah dong!"
Jevan melirik bekal tersebut, dan beralih menatap Nayla. "Gue gak di bawain Nay?
Galen langsung melirik Jevan di sampingnya, melayangkan tatapan maut.
Nayla menggeleng, "Cuma untuk Galen."
"Gue belum sarapan nih," ujarnya mengadu.
Lagi-lagi ia kena pukulan dari Galen. "Diem Jev," sentaknya.
"Ngadu ke gebetan lo sana," suruh Daren kepada Jevan.
"Ide bagus."
"Aku keluar dulu ya, habisin makanannya," ujar Nayla, kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan kelas.