1. Tears

1.2K 176 17
                                    

"Mau bermalas-malasan, heh?" ucap pria yang sudah berkepala 5 bernama Bram.

Sungguh, Julia baru saja merebahkan dirinya di kasur 10 menit yang lalu. Dia baru saja pulang dari kampusnya, ia sangat lelah.

"Ayah, aku baru saja ti-"

Belum selesai Julia berbicara, ayahnya sudah menyela ucapannya.

"CEPAT BANGUN! Kamu harus belajar dengan Lily! Saya sengaja menyewa dia menjadi mentor untukmu agar kamu menjadi anak yang berguna! Jika kau ingin cepat istirahat, cepat temui Lily! Ini semua salahmu yang tidak mau menuruti keinginan saya untuk kuliah sesuai jurusan kakakmu!" bentak Bram sambil melayangkan pukulan ke wajahnya, hampir.

Julia menutup matanya, tubuhnya bergetar ketakutan dengan pukulan yang hampir mengenainya. Ini sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Julia. Teriakan dari ayahnya, pukulan dari ayahnya, omong kosong dari ayahnya, semua hal pahit Julia terima darinya. Julia ingin melawannya, namun tak bisa. Hatinya tidak bisa melawan ayahnya  sendiri. Bagaimana pun dia ayahnya.

"Baiklah ayah, aku akan menemui Lily. Tapi tolong jangan pukuli aku."

Julia trauma dengan pukulan yang Bram layangkan kepadanya setiap hari. Bahkan memar memenuhi tubuhnya, sehingga Julia harus memakai pakaian yang panjang untuk menutupinya. Namun, Julia masih bisa bersyukur Bram tidak pernah menampar wajahnya. Julia sudah lelah dengan pukulan-pukulan ke tubuhnya.

"CEPAT! Saya sudah membesarkan kamu selama 19 tahun tapi apa yang kamu berikan untuk saya? Saya tunggu kamu di bawah." ucap Bram sambil melempar buku diary yang ada di meja belajar ke rempat sampah di dekatnya sambil menutup pintu dengan keras.

Tes tes

"Ibu, aku ingin pergi menemuimu ke surga. Ayah tidak sayang padaku."

Julia merasakan air mata keluar dan jatuh ke pipinya. Ia menyeka air matanya. "Aku tidak boleh menangis! Aku harus menahannya sampai aku selesai belajar dengan Lily." ucap Julia sambil mengambil kembali buku diary yang Bram lempar ke tempat sampah. Segera ia menemui Lily.

--~~<[]>~~--

"Julian, aku mencintaimu. Apakah kamu mau menjadi kekasihku?" ucap wanita berambut kuning keemasan yang berkilau.

"Kau tidak mempunyai sopan santun! Minggir dari jalanku!" ucap Kaisar Fromir IX, Julian Emmanuel de Fromir.

"Tapi aku adalah teman masa kecilmu! Kau tidak menganggapku sebagai teman?" ucap Lyana.

"Aku bahkan menganggapmu sebagai hama yang sangat mengganggu. MINGGIR!" teriak Julian.

Hiks

"Lihat saja, kau pasti akan mencintaiku!" teriak Lyana sambil menyeka air matanya dan pergibdari hadapan Julian.

Lyana tidak akan berhenti mengejar Julian sampai ia mendapatkannya. Ia sangat mencintai pria itu. Cinta tidak bisa hilang dengan sekejap mata. Lyana tidak bisa membenci pria yang telah menyinari hidupnya. Ia hidup untuk Julian.

Lyana pov

"Lyana, apakah kau mau menjadi tunanganku?" ucap Julian yang sudah berumur 23 tahun.

"Tentu! Aku mau bertunangan denganmu, Julian." ucapku yang kini berumur 20 tahun.

Ucapanku 5 tahun yang lalu benar, Julian pasti akan mencintaiku. Tapi tidak mudah membuatnya jatuh cinta kepadaku, butuh beribu tantangan hingga aku mendapatkan hatinya. Aku tidak akan membiarkan Julian berpaling dariku. Aku sangat bahagia menjadi kekasih hatinya. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku akan menyingkirkan semua pengganggu hubungan kami.

I Became the Female Lead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang