6

334 61 6
                                    

Budayakan sebelum membaca kasih vote dulu ya






"Eren" [name] terlihat ragu untuk memulai percakapannya kali ini dengan eren. Sementara pria itu hanya bergumam sebagai respon panggilan [name].

"Kemarin seorang senior menyatakan perasaanya
kepadaku." Eren menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya untuk menatap wajah gadis
dibelakangnya. Wajahnya menunjukan ekspresi terkejut yang segera ia samarkan dengan ekspresi datarnya. [name] menatap mata eren. Mencoba menerka apa yang akan dikatakan oleh pria itu.

"Lalu?" Satu kata yang terucap dari bibir tipis pria itu. Wajahnya masih menampakan ekspresi datar andalannya.

"Aku bilang akan ku fikirkan dulu. Bagaimana
menurutmu?" [name] nampak bingung, pandangannya mengarah kembali ke kedua bola mata hitam milik pria didepannya.

"Kenapa bertanya padaku?"

"Karna kau kan sahabatku" ucap gadis itu dengan bibir yang mengerucut sebal. Eren kan sahabatnya, seharusnya pria itu mengerti keadaannya yang sedang dilanda kebingungan.
Eren tersenyum kecut. Gadis itu benar, ia adalah
sahabatnya. Yap hanya sahabat. Bolehkah ia berharap lebih?

Sekian lama ia bersama gadis semenarik [name], tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan mencintai gadis itu. la hanya pria normal yang akan tertarik pada seorang gadis dan [name] adalah gadis pertama yang berhasil menarik perhatiannya. Tapi apa, disaat ia mulai tertarik dengan seorang gadis. Gadis itu justru sahabat nya sendiri.

Sempat terlintas dipikirannya untuk menyatakan
perasaannya pada gadis itu. Tapi ia urungkan, ia tidak ingin merusak persahabatan mereka dan membuat hubungan mereka menjadi renggang. Sebut saja ia pengecut karna tidak berani menyatakan perasaannya ini. Eren membuka mulutnya, hendak membalas perkataan [name].

"[name]!" Seru seorang pria berambut merah yang berlari menghampiri mereka. Eren mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan [name] tadi saat pria itu sampai kehadapan mereka.

"Selamat pagi [name]." Menyapa [name] dengan senyum lebar tanpa peduli pada sosok pria disamping gadis itu.

"Pagi senior" [name] balas tersenyum kemudian ia menggapai lengan eren, menarik pria itu agar lebih dekat kepadanya.
Eren sedikit tersentak saat merasakan tangan lembut [name] menarik lengannya. la menatap [name] dengan pandangan penuh tanya. Bolehkah ia berharap?

"Senior kenalkan dia Eren Yeager, sahabatku." Floch tampak menunjukan rasa tidak sukanya pada eren.

Walaupun mereka hanya sekedar sahabat tapi tetap saja ia merasa tidak suka.
"Floch forster" Floch mengulurkan tangannya di hadapan eren dan disambut oleh tangan eren. Nampak aura tidak mengenakan dari kedua pria yang masih bertatapan itu.

"Ayo [name]" eren meraih tangan [name], menarik tangan sang gadis untuk segera pergi dari tempat itu. Langkahnya terhenti saat merasakan sesuatu menahan langkah [name].
Floch menahan tangan [name] yang satu nya. Pria itu menatap eren dengan pandangan yang sulit diartikan.

[name] menatap heran kedua pria disampingnya. Perlahan ia mulai melepaskan tangannya yang ditahan kedua pria itu. Berdehem sebentar untuk memecahkan keheningan yang tiba-tiba tercipta diantara mereka.

"[name], mari aku antar ke kelasmu" floch memutus pandangannya pada eren. Beralih menatap wajah [name].

"Ahh maaf senior, aku akan ke kelas dengan eren saja. Permisi." Menundukan kepalanya sedikit sebagai salam perpisahan. Kemudian menarik tangan eren dan segera pergi karna sebentar lagi kelas pertamanya akan dimulai.

"Sial! Kenapa dia selalu bersamanya." Floch menatap kedua orang itu dengan kedua tangan terkepal disisi tubuhnya dan mata menatap mereka.







Destiny (Eren x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang