1

7.4K 813 28
                                    

"Pangeran mahkota, yang mulia raja memanggil anda untuk menghadap"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran mahkota, yang mulia raja memanggil anda untuk menghadap"

Pria manis berkulit Tan itu tak menjawab, melesatkan anak panah yang sedari tadi ia genggam, dan..

Sreeb

Tepat sasaran, dia adalah pangeran mahkota, si pemanah terhebat, Haxane Blaise Cyrilo.

"Aku akan kesana"

Haxane menyerahkan busurnya pada salah satu pengawal, sebelum melenggang pergi bersama tangan kanan ayahnya.

"Yang mulia" dua pria berbadan besar dengan kulit berbeda warna membungkuk hormat ketika berpapasan dengan Haxane.

Keduanya adalah panglima perang Kerajaan Laguna Biru.

Mingyu dan Jaehyun, anak dari dua selir sang raja.

"Tidak ada ayah disini Hyung, jangan memanggilku begitu" rendah hati, itulah sifat yang diturunkan sang ratu pada Haxane.

Jaehyun mengusap belakang kepala adik kecilnya.
Baru Minggu lalu Haxane dinobatkan sebagai pangeran mahkota, dan anak itu seakan sudah diserahi separuh dari tanggung jawab sang raja.

Raut letih tergambar jelas diwajah Haxane.
Bocah ceria yang dulu hanya tau bermain dan makan sekarang harus menanggung beban seberat ini.

Tidak ada yang bisa disalahkan, sang raja memilihnya karna dia adalah yang paling mampu, meski usia Jaehyun dan mingyu berada tiga tahun diatasnya.

"Ayo, ayah sudah menunggumu didalam" Mingyu tersenyum manis dan merangkul Haxane.

Tak ada pertikaian antar saudara untuk perebutan tahta disini.
Laguna Biru adalah surga bagi kedamaian.
Wilayah kerajaan yang tak seberapa besar ini dihuni oleh para orang dengan jiwa malaikat.
Kehidupan yang makmur, serta kekayaan alam berlimpah.
Ditambah mereka memiliki Xhapire.
Si permata biru yang menjadi lambang terbentuknya kerajaan ini.

Tak banyak yang tau selain anggota kerajaan bahwa Xhapire hanya akan muncul sepuluh ribu tahun sekali.
Yaitu berupa sosok bayi laki-laki dari keturunan ratu atau selir.
Yang memiliki tanda unik dilengan kanannya.

Dalam sejarah, Xhapire digambarkan sebagai sosok kokoh bertubuh besar dan tangguh.
Tapi lihat ini? Seakan tengah dipermainkan takdir, permata Laguna Biru yang telah dinanti-nanti kehadirannya sekarang menjelma menjadi pria mungil dengan tubuh ringkih yang amat dijaga.
Dibalik itu semua, Haxane memiliki kecerdasan otak diatas rata-rata manusia pada umumnya.

Memang telah digariskan takdir bahwa ialah sosok pelindung Laguna Biru selanjutnya.
Pemegang kekuasaan dan kebijakan tertinggi, hingga sang Xhapire generasi berikutnya lahir.

"Yang mulia pangeran mahkota memasuki ruangan" suara sang perdana menteri diikuti pukulan gong dan seluruh anggota kerajaan langsung berdiri.

"Putraku" sang raja menyambut kedatangan si bungsu dengan sebuah pelukan hangat.

Haxane membungkuk hormat setelahnya beralih ke kursi besar disamping sang Ratu.
Diikuti dua pangeran lain yang menduduki kursi yang berada agak jauh dari ketiga kursi tersebut.

"Mulai" titah sang raja.

Para perdana menteri, penasihat dan penjaga perbatasan mulai menjelaskan soal keadaan yang menimpa kerajaan mereka belakangan ini.

Jaehyun dan Mingyu mendengarkan dengan saksama, begitupun Raja dan Ratunya.
Berbeda dengan Haxane yang kini malah menggigit bibir bawahnya.

Dia tak tau kenapa perasaannya berubah jadi gelisah, diikuti perasaan lain yang membuatnya seolah tengah ketakutan.

"Itu kerajaan Black Pearl, mereka sedang melakukan perluasan wilayah, hanya ada dua pilihan, menyerah dan menjadi sekutu untuk menghindari peperangan, atau menyerang"

Sang raja mengalihkan pandangannya pada Haxane, anaknya itu terlihat sedang berfikir.

"Bagaimana pendapatmu putraku?"

Haxane mengangkat wajahnya, menatap langsung pada manik tajam sang ayah yang masih tampah begitu kokoh diusianya yang sudah mencapai 60 tahun.

"Kita adakan perundingan terlebih dahulu, aku akan menemui pemimpinnya untuk berunding"

"Tidak yang mulia!" Ini Jaehyun dan Mingyu yang berucap secara bersamaan.
Mereka berdiri dari kursinya.

"Lebih baik kami berdua yang menemui pemimpinnya, sangat berbahaya jika anda yang turun tangan secara langsung" lanjut Mingyu yang diangguki oleh Jaehyun.

"Itu benar putraku" ini adalah suara sang raja.

Haxane tersenyum tipis saat melihat kedua kakaknya begitu peduli soal keselamatannya.

"Biarkan aku turun tangan sendiri kali ini, dari apa yang aku dengar, pemimpin Black Pearl adalah seorang raja arogan dan tentramental, akan sangat sulit berunding dengannya, jadi aku mohon, ayah... Izinkan aku untuk menemui pemimpinnya, kedua jenderal akan menemaniku jika ayah khawatir tentangku"

Sang raja menghela nafas pasrah, keputusan yang diambil Haxane tak bisa diganggu gugat.
Dia tau, sangat tau malah bahwa Haxane sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil langkah ini.

"Jangan dulu mengibarkan bendera perang jika tidak dalam keadaan terdesak, kita lakukan apapun untuk mencegah peperangan terjadi, keselamatan rakyat adalah yang harus kita utamakan" berakhirnya klimat itu dapat anggota kerajaan dibubarkan.

Besok, Haxane dan dua jenderal akan berangkat untuk melakukan misi perundingan.

Semalam suntuk sang ratu berada dikamar putra satu-satunya itu.
Menangisi akan keputusan yang diambil sang anak, seakan Haxane tak akan kembali jika pergi.

"Tidak bisa kau batalkan saja sayang?" Ini sudah kesekian kalinya sang ratu bertanya pada Haxane.
Tapi pemuda bersurai madu itu tetap lekeh menggeleng.

"Perundingan harus segera dilakukan ibu, sebelum peperangan benar-benar terjadi"

Sang ratu memeluk Haxane erat, air mata kembali mengaliri pipi tirus wanita cantik itu.
Dia benar-benar belum siap untuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Mendengar soal gambaran dan cerita mengenai sosok raja Black Pearl saja sudah membuatnya ketakutan setengah mati.
Bagaimana dia bisa melepaskan anak semata wayangnya untuk bertemu dengan pria kejam itu?

"Tenanglah ibu, Haechan akan baik-baik saja, anak kecil kesayangan ibu ini akan kembali kepelukan ibu"

Haxane mengusap air mata yang masih saja terus membasahi pipi ibunya itu dengan lembut.
Sengaja menggumamkan kalimat penenang dengan menyebut namanya ketika kecil agar ibunya sedikit lega.

"Haechannie harus kembali pada ibu, berjanjilah"

"Haechannie berjanji"




My RibsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang