Jeno mencium kening pria mungil yang sudah terlelap disamping dengan sayang.
Untuk pertama kalinya hatinya yang sekeras batu nampak luluh.
Dulu ia mengira bahwa hanya dialah manusia yang tak punya hati, tak bisa merasakan bahagia, kepuasan, kesedihan atau apapun itu sifat yang sewajarnya ada pada setiap manusia.Tapi ketika untuk pertama kalinya ia bertemu Haxane, dia merasa berdebar.
Satu-satunya sifat yang ia miliki dari dulu adalah obsesi, ya! Dia begitu menginginkan Haxane menjadi salah satu property miliknya kala itu, seperti keinginannya menguasai berbagai kerajaan.Namun sekarang? Entahlah.. tolong siapapun bantu Jeno mendeskripsikan apa yang tengah ia rasakan.
Dia merasa senang, dadanya sesak akan sesuatu yang membuncah, membuatnya perutnya geli dengan sensasi berdebar yang menyenangkan.Sudut bibirnya bahkan tanpa ia sadari terus tertarik, membentuk sebuah senyum tulus saat melihat wajah lelah calon ratunya yang tampak lelap dalam tidur.
"Kau cantik sekali sayang, kau yang terindah"
Kalimat itu begitu saja terucap tanpa sempat ia pikirkan terlebih dulu, spontan saja ketika melihat wajah Haxane.
Diusapnya rambut yang berwarna kecoklatan itu sayang, wajahnya mendekat, memberikan satu kecupan dikening Haxane."Kau terlihat semakin cantik ketika terlelap" Jeno tak ingat, sudah berapa kali ia mengucapkan kata cantik ketika bersama dengan pangeran Laguna Biru yang sebentar lagi akan menjadi ratunya ini.
Benar-benar melupakan fakta bahwa kata cantik itu tabu jika diperuntukkan untuk seorang pria.
Iya, Haxane masih pria kan?
_
Pagi ini Jeno terbangun lebih dulu, dia cukup terkejut ketika melihat sekarang sudah pukul 9 pagi, lalu kemudian pandangannya beralih pada pria mungil didekapannya yang masih saja tidur dengan posisi meringkuk, seperti tengah kedinginan.
Jeno menarik naik selimut hingga membungkus tubuh Haxane dengan sempurna, lalu mendekapnya semakin erat.
Bukannya terganggu, Haxane malah merapatkan diri kearah Jeno, mendusalkan wajahnya didada telanjang pria itu, mencari kenyamanan.Jeno mengulas senyum tipis, sebelum ikut memejamkan mata bersama Haxane.
Persetan dengan urusan kerajaan, dia punya bidak untuk menjalankan itu semua."Yang mulia, ibu suri ingin bertemu dengan anda"_Yuta, salah satu jenderal kepercayaannya memberi tahu soal keberadaan sang ibu suri.
Tak ada sautan dari dalam kamar besar itu.
Yuta menaikkan alis bingung, mencoba menerka-nerka apa yang sekiranya terjadi pada sang Raja.King Jeno dikenal dengan sifat disiplinan miliknya, itu kenapa Yuta sangat heran kala rajanya tak menunjukkan batang hidung diruang kerjanya hingga pukul 11 siang, padahal biasanya Jeno sudah berada disana setelah acara sarapan.
Ah dia baru ingat, sang raja bahkan tak keluar dari kamar untuk sarapan.
"Yang mulia" panggilnya lagi.
Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan Jeno dengan jubah mandinya.
Pria itu terlihat sangat segar dan berbeda pagi ini, sepertinya mood sang raja sedang bagus."Katakan padanya Yuta, aku sedang tak ingin diganggu oleh siapapun tanpa terkecuali"
"B-baik yang mulia"
Jeno menyugar rambut basah miliknya, tanpa menghiraukan kekagetan sang Jenderal yang kini menunduk dalam.
Merasa lancang sudah melihat Jeno dalam kondisi hanya memakai jubah mandinya."Ah, tolong panggilkan tabib Shim untuk kemari sekalian"
Yuta mengangkat wajahnya tampak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ribs
FanfictionSi permata mungil milik kerajaan terpencil yang direnggut paksa oleh takdirnya. "dia milikku, dengan atau tanpa seizin kalian, aku akan tetap membawanya"