Haxane memandang bingung ruangan dimana ia berada.
Setelah malam itu Jeno membawanya, dia berakhir terkurung disini.
Ruangan ini mewah, sangat mewah malahan.Meski dia juga dari kalangan bangsawan, tapi kemewahan yang ia dapat saat ini adalah puncaknya.
Dia tak pernah melihat ruangan yang penuh berlapis emas, tirai-tirainya terbuat dari kain sutra paling mahal.
Bahkan hampir seluruh permukaan lantai tertutup bulu.Ini bulu apa? Beruang kah?
Haxane melangkah mengitari kamar yang luasnya bisa lima kali kamarnya diistana.
Memandang setiap arah, seakan tengah mencari celah untuk lari."Apa yang kau lakukan ratuku?" Haxane tersentak kaget ketika sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya.
Sejak kapan?
Dia bahkan tak tau bahwa Jeno sedari tadi bahkan tak keluar dari kamar, mengamatinya dalam diam disudut ruangan.Kecupan-kecupan kecil Haxane terima pada bahunya.
Begitu lembut, tapi juga aneh, membuat perutnya terasa panas dengan sensasi tergelitik."Kau suka kamarnya? Aku bisa mengubahnya jika kau tak suka"
Haxane menahan nafas kala hembusan nafas panas Jeno mengenai area lehernya.
"T-tidak perlu" ucapnya terbata.
Jeno senang tentu saja, tak ada perlawanan berarti dari calon ratunya ini untuk menolaknya.
Haxane sangat penurut, dia akan memberikan banyak hadiah untuk Laguna Biru karna telah melahirkan sosok seindah ini untuknya."Aku menginginkanmu sayang" tak ada permintaan persetujuan disetiap kalimat yang Jeno ucapkan.
Dia hanya berkata bahwa dia ingin, ke aroganan tergambar jelas pada pria itu.
Haxane melepaskan diri dari rengkuhan Jeno, tidak! Ini tidak boleh terjadi.Otaknya dipaksa berfikir keras, mencoba menemukan cara untuk menolak ajakan bersetubuh dari Jeno, namun juga tak membuat kerajaannya bermasalah karna kemarahan pria itu.
"Kanapa?"
Haxane tersentak, kemana perginya suara lembut tadi? Seakan dua orang berbeda, yang ia lihat sekarang hanyalah pria dengan tatapan tajam dan suara dingin yang menusuk.
"A-aku lelah yang mulia, bukankah kita baru saja melakukan perjalanan sangat panjang untuk sampai disini" lirihnya.
Jeno memicing, sebelum mendengus kasar setelahnya.
Dia bukan type orang yang penyabar, tapi demi Haxane, dia akan mencobanya."Baiklah, lepaskan pakaianmu, kita mandi bersama lalu tidur"
Seperti tersambar petir disiang bolong, Haxane makin gelagapan dibuatnya.
Mandi bersama? OH REALLY?!
sebelum sempat Haxane menolak, Jeno lebih dulu menarik jubah bulu yang ia pakaikan pada Haxane dalam perjalanan kembali ke istananya itu kasar.
Lalu dengan tak sabaran menarik kemeja tipis polos itu hingga kancing-kancingnya meloncat berjatuhan dilantai."T-tidak yang mulai" Haxane ingin menolak, namun hanya cengkraman dipergelangan tangannya yang ia peroleh ketika akan menahan tangan Jeno.
"Akhhhh!" Pemuda mungil itu berteriak kaget kala tubuhnya dibuat melayang, terangkat hingga berakhir tersampir pada pundak kokoh sang Raja.
Jeno tanpa rasa malu merenggut celana yang Haxane pakai, membuah tubuh mungil tanpa cacat itu terpampang polos tanpa sehelai benangpun.
"Kau menggemaskan sekali sayang" tangan kurang ajar sang raja beralih meremas bongkahan bulat dibelakang tubuh calon ratunya.
Membuat pekikan kaget lagi-lagi menggema diruangan besar itu.
"Ayo kita mandikan tubuhmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ribs
FanfictionSi permata mungil milik kerajaan terpencil yang direnggut paksa oleh takdirnya. "dia milikku, dengan atau tanpa seizin kalian, aku akan tetap membawanya"