"wilayah Utara sudah selesai kami bereskan yang mulia, begitupun area kerajaan yang berada disebelah selatan, kini hanya tinggal satu tempat yang belum terjamah"
Jeno mengangkat wajahnya dari gambar peta besar yang penuh dengan tanda merah.
Jemari kokohnya mengusap satu bagian yang berada paling ujung, satu-satunya wilayah yang belum diberi tanda."Laguna Biru?"
"Ini hanya sebua kerajaan kecil yang letaknya juga terpencil, dekat dengan pantai, jika kita menaklukkannya, jalur perdagangan dan transportasi dari laut akan semakin mudah dilakukan yang mulia" salah satu penasihat kerajaan mulai memberikan pendapatnya.
Jeno mengangguk singkat, lalu kembali memutari meja besar tempat dimana peta itu digelar.
"Panglimaku sudah melakukan start?" Tanyanya lagi.
"Sejauh ini baru beberapa prajurit biasa yang diluncurkan untuk mengukur sekuat apa kerajaan kecil itu, panglima Park belum turun ke lapangan"
Jeno tersenyum puas, semua orangnya benar-benar sudah terlatih.
Tak perlu dikomando dua kali untuk melakukan penyergapan.
Mereka bisa mengatur strategi penyerangan yang matang tanpa harus menunggu titah darinya, benar-benar luar biasa.
Dia tak pernah salah memilih orang."Yang mulia, utusan dari kerajaan Laguna Biru ingin bertemu" Kim Doyoung, salah satu orang kepercayaan sang raja menghadap.
Jeno menaikkan satu alisnya, well.. perang belum dimulai, tapi apa ini? Sudah ingin melakukan genjatan senjata?
"Persilahkan mereka masuk ke camp, aku sendiri yang akan menemui mereka"
Doyoung membungkuk hormat sebelum menghilang dari ruangan itu.
"Hm, unik sekali, sepertinya kerajaan ini lebih mengutamakan keselamatan rakyat dari pada harga diri mereka"
_
Yang Jeno lihat pertama kali adalah dua lelaki berbadan tinggi besar dengan dua tone kulit yang berbeda ketika memasuki camp besar yang prajuritnya dirikan sebagai ruang pertemuan.
Keduanya berwajah datar, dan menunjukkan ekspresi tak bersahabat sedikitpun.
"Wah, apa ini? Ingin menyerah sebelum bertempur?" Mencoba memprovokasi dua pria itu, Jeno mulai melontarkan kalimat hinaan.
Keduanya mengeraskan rahang, Jeno tertawa dalam hati, mudah sekali ternyata.
"Hyung, jangan terpancing" Haxane menggenggam dua pergelangan saudaranya.
Jaehyun dan Mingyu menoleh bersamaan kearah Haxane yang berada dibelakang mereka.
Sebelum memberikan anggukan kecil, lalu kemudian menyingkir, guna memberi celah untuk Haxane maju.Jeno terkejut tentu saja saat melihat pria mungil berkulit Tan muncul diantara kedua pria tadi.
"Salam hormat dariku yang mulia, kami perwakilan yang dikirim kerajaan Laguna Biru untuk melakukan perundingan"
Deg
Jeno merasa seakan waktu berhenti berputar.
Netranya yang sekelam malam terpaku pada hazel coklat milik pemuda manis dihadapannya.
Meski dari jarak yang cukup jauh, dia bisa memperhatikan setiap detail keindahan yang memanjakan matanya.Mata bulat dengan hazel cantik, hidung kecilnya yang mancung, bibir mungil tapi berisi itu yang berwarna kemerahan... Jeno tak pernah merasakan ketertarikan pada apapun sebelumnya, tapi kali ini dia bersumpah, bahwa objek dihadapannya lebih dari cukup untuk membuatnya bertekuk lutut.
"Siapa namamu?"
Haxane menaikkan alis bingung, sedari tadi Jeno tak terlihat mendengarkan apa yang dia sampaikan, pria dewasa itu sibuk memandangi dirinya, dan sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ribs
FanfictionSi permata mungil milik kerajaan terpencil yang direnggut paksa oleh takdirnya. "dia milikku, dengan atau tanpa seizin kalian, aku akan tetap membawanya"