9

3.1K 502 42
                                    

"Apa ini?"

Jeno meraih gelas emas yang berada pada nampan salah satu pelayan, mengendusnya, aroma ginseng yang kuat langsung tercium.

"Itu air ginseng dari ibu suri yang mulia, beliau ingin pangeran Hexane meminumnya"

Mata Jeno memicing tajam, memandang sekali lagi pada Yuta yang berdiri tepat dibelakang pelayan ibu suri.

"Beliau tidak akan berani melakukan tindakan kriminal didepan anda yang mulia, jadi saya pikir air itu aman"

Tanpa berkata lagi Jeno menegak habis air ginseng digelas itu, lalu kembali menyerahkan gelas emas pada pelayan.

"Katakan pada ibu suri, air ginsengnya aman diperutku"

Setelah mengatakannya Jeno kembali memasuki kamar, tak mengizinkan satupun orang masuk kesana selain para tabib yang memang bertugas untuk memeriksa kondisi Hexane.

"Masih belum bangun juga hm? Ini sudah seharian sejak kau tak sadarkan diri, apa kau tak lelah tidur terus sayang?" Jeno merutuki kelalaiannya, belum genap sebulan Hexane berada diistana, namun kemalangan sudah meninpanya.

Tangan berurat yang kasar miliknya berusaha sehalus mungkin mengusap pipi bulat sewarna madu yang terlihat sedikit pucat.
Tabib mengatakan bahwa calon ratunya baik-baik saja, lalu kenapa sampai sekarang belum sadarkan diri?

Saat masih sibuk bergelung dengan pikiran dan segala penyesalannya tangan Hexane tiba-tiba bergerak.
Pertama hanya gerakan kecil pada jari-jari miliknya, hingga akhirnya kedua kelopak bulat itu terbuka.

Menatap pada sang raja yang masih menunduk disamping tubuhnya terbaring.

"Haus"

Jeno mengangkat kepalanya, spontan menatap pada Hexane yang sudah membuka mata.
Dengan sigap dia membantu Hexane duduk dengan dirinya berada dibelakang pria mungil itu, menopang seluruhnya tubuh pria manis yang sebentar lagi akan menjadi ratunya itu.

Tangannya yang berurat meraih cangkir perak yang ada dinakas, membantu Hexane meminum air dari sana.

"Merasa lebih baik?"

Hexane mengangguk kecil sebagai jawaban.
Jeno mengulas senyum, mengusap lembut punggung tangan pria mungilnya yang saat ini ia genggam.

"Syukurlah, kau terbaring seharian, membuatku hampir mati karna rasa khawatir"

Hexane menahan senyumnya, sungguh tubuhnya masih sangat lemas sekarang, tapi ucapan sang raja terdengar menggelikan ditelinganya.

"Kepalaku pusing" keluh Hexane.

Jeno memijat lembut kepala mungil dengan Surai kecoklatan itu, terlihat mahir, meski ini kali pertama ia memijat kepala orang, jika memenggal kepala sih sudah se-

"Ingin mencari udara segar?" Saat merasa Hexane sudah rileks, Jeno kembali bertanya, tangannya kini sibuk mendekap tubuh kecil namun berisi itu dari belakang, sesekali mendusalkan hidung mancungnya keceruk leher Hexane membuat pemuda itu merengek.

"Um, aku bosan terus berada dikamar"

Jeno merekahkan senyumnya, dia senang, Hexane sudah dengan suka rela mau meresponnya tanpa adanya raut ketakutan diwajah manis itu.

"As your wish"

Jeno melilitkan selimut tebal ketubuh Hexane yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis senada dengan apa yang Jeno kenakan, bedanya Jeno memakai jubah luaran juga sedangkan Hexane tidak.
Setelah itu mengangkat tubuh Hexane kegendongan bridal.

"Yang mulia!" Pekik Hexane kaget.

"Aku bisa berjalan sendiri, kakiku baik-baik saja" penolakan Hexane tak Jeno indahkan, dia malah berjalan keluar dari kamar.

My RibsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang