"Kalau mau narik perhatian dia, jangan pakai cara biasa
Coba dengan hal unik yang kamu punya."
"Udah elu jangan nangis terus, bukannya lu cowok yah? Masa kalah sama dia yang udah ga sayang sama elu!" Ezra mencoba menenangkan Arsen yang sedang bersedih karena putus dengan kekasihnya.
"Nih buat elu!" Awang membawakan tiga minuman kaleng bersoda, dengan tujuan dapat membantu sahabatnya yang sedang bersedih. Dengan mengusap tangisannya Arsen mencoba meraih minuman pemberian Awang. Lalu kaleng soda itu dibukakan satu persatu dan mereka bersulang lalu meminumnya secara bersamaan. Cara yang sederhana untuk menghibur seseorang yang kehilangan adalah mengingatkan tentang keberadaan.
Arsen sekarang sudah membaik perasaanya setelah sebelumnya selama lima hari ia terus bersedih dan bersedih. "Makasih yah kalian, setidaknya gua masih ada elu berdua sebagai sahabat gua." Arsen sungguh dibuat haru oleh Ezra dan Awang.
"Iya santai, gua ngerti kok sesedih apa elu yang udah ngejalani hubungan tapi malah berakhir gitu aja. Kita bakal selalu ada kalau lu butuh apa-apa. Ya setidaknya kalau mampu kita bantu," Ucap Ezra dengan bijaknya.
Lalu mereka bertiga beranjak dari bangku belakang kelas dan menuju kantin untuk sekadar menghibur diri juga memanfaatkan waktu istirahat dengan memenuhi dahaga mereka.
"Elu mau apa?" Tawar Arsen kepada Ezra dan Awang.
"Biasa!" Jawab mereka berdua secara bersamaan. "Giliran makanan lu pada kompak yah haha!" Cela Arsen.
"Ya soal perut kita jagonya ..." Seru Ezra.
Akhirnya mereka memesan makanan, mereka bertiga menyantap makanan kesukaan yaitu mie ayam pangsit dengan sepertiga daging ayam coklat penuh dengan lapisan kecap, dan beberapa pangsit sebagai peramai mangkuk, juga sambal yang cukup menggugah selera makan, setelah melalui beberapa jam pelajaran.
"Oh iya gimana hasilnya?" Arsen bertanya kepada Awang. "Ya, belum ada perubahan, masih gitu-gitu aja." Raut kekecewaan dari wajah Awang tak bisa disembunyikan. "Sabar yah! Nanti gua bantu elu," Ucap Ezra. Awang hanya menjawab dengan senyum simpul sambil meneguk es jeruk pesanannya tadi.
Arsen ikut terpikirkan apa yang menjadi kekecewaan Awang, dan akhirnya ia mempunyai sebuah saran. "Hmmm ... kayaknya elu harus melakukan sesuatu hal yang berbeda Wang," Ujar Arsen dengan yakinnya. "Apa?" Tanya Awang singkat.
"Pake cara yang gak pernah ia pikirkan sebelumnya."
Awang mulai agak tergugah dengan ide yang Arsen paparkan, "Terus gimana? Gua udah pake cara ngasih perhatian ke dia, kirim coklat dan susu kotak. Semuanya udah gua lakuin, apa aja hal yang dia suka selalu aku kasih," Jelas Awang dengan memaparkan satu-satu rupa alasan yang ia lakukan.
"Membosankan!" Cela Ezra, "Apa yang salah emangnya?" Awang masih penasaran, pasalnya ia sudah melihat itu semua di internet dengan judul 'Cara menaklukan wanita yang kita sukai' juga melihat beberapa rayuan dan gombalan.
"Nah betul apa yang dibilang Ezra, cara elu membosankan, atau bisa dibilang itu hal yang lumrah buat seorang lelaki deketin cewek." Arsen memang selalu memberikan saran-saran kepada sahabatnya, entah mungkin dia yang paling pintar jikalau membicarakan soal insting.
"Kalau mau narik perhatian dia, jangan pakai cara biasa. Apalagi sampai nyari di internet, bakal kaku banget tuh!" Awang yang merasa tersindir dengan apa yang ia lakukan mencoba menahan malunya, pasalnya memang itulah hal menyebabkan dirinya dianggap kaku dan membosankan.
"Coba dengan hal unik yang kamu punya," Ucap Arsen. Walau terdengar menarik tapi Awang masih kebingungan mencari cara lain untuk mencari perhatian seseorang yang ia suka. Nampak Awang harus berpikir keras.
"Jangan terlalu bego lu wang! Lu kan jago dalam hal merangkai kata-kata, nah kenapa lu gak buat aja sesuatu hal tentang kata-kata?" Ezra mencoba menggugah kemampuan yang ada pada diri Awang.
"Nah bener kata Ezra! buat kata-kata yang ga biasa juga dibumbui dengan misteri, pasti klepek-klepek tuh cewek!"
Saran dari Arsen dan Ezra memang benar adanya, Awang menjadi tergugah untuk tetap berjuang mencari perhatian dari Rani perempuan yang berada dikelas sebelah, lorong paling ujung kelas XI. Rani memikat Awang karena perangainya yang cantik, pintar dan bibir merah jambunya yang tak bisa dilupakan.
****
Satu hari yang lalu nampak Rani sedang berjalan dengan kedua temannya. Mereka sedang asik mengobrol sambil berjalan melewati lorong kelas XI. Awang mencegatnya dengan penuh percaya diri. Dirinya membenarkan rambut dan merasa sudah tampan dihadapan Rani.
"Ngapain lo!" Rani membentak. Kedua temannya merasa aneh dengan tingkah Awang yang tiba-tiba mencegat mereka. "Kenalin gua Awang, anak kelas XI Ips dua." Sambil mengulurkan tangannya berharap mereka bisa saling berjabat tangan dan berkenalan.
"Gak penting!" Rani dan kedua temannya melewati Awang begitu saja, "Eitss... Nih susu kotak kesukaan lu kan?" Awang masih berusaha mencairkan hatinya. "Gak butuh!" Rani melewati dirinya lagi. Saat hendak mencegatnya lagi.
"Diem lu ya! Gausah sok ngedeketin temen gua!" Bentak Tia salah satu teman baik Rania, ia menatap tajam Awang yang mengintimidasinya untuk menepi. Akhirnya Awang menyerah hari itu.
Keesokan harinya, suasana kelas Rania yang masih sepi diwaktu pagi dan hanya beberapa orang saja dikelas, dengan beraninya Awang menghampiri Rania yang sedang duduk dibangku paling kiri yang berada didepan dan dekat dengan pintu.
"Kenalin gua Awang, sekali lagi gua Awang." Tangan diulurkan untuk mengharapkan ada yang menyambutnya.
"Gua Tia!" Dengan tiba-tiba Tia mengejutkan Awang yang tak menyadari keberadaannya, ternyata Tia membuntuti tingkah laku Awang sedari tadi. "Jauhin dia! Atau aku lapor ke wali kelas lu!" tatapannya kembali tajam mengintimidasi Awang. Dia kali ini mencoba tak gentar dengan adanya gertakan itu.
"Gua mau kenalan sama dia, bukan sama elu!" Ambisi Awang membuat Tia dan Rani jengkel, "Gua sebagai sahabatnya ga terima, Rani dideketin orang se aneh elu! Walaupun emang lu ganteng, tinggi, putih! Tapi kalau cara lu gini, mana bisa diterima!" Awang sekarang benar-benar terintimidasi. "Udah sanah!" akhirnya Awang menyerah dan kembali ke kelasnya.
****
Akhirnya mereka bertiga selesai menyantap makanannya. Mereka bertiga memutuskan untuk segera beranjak menuju kelas dan membuat obrolan kecil disana. Sesampainya dikelas, mereka duduk dibelakang ruangan kelas, Ezra mengambil ponselnya, Awang memainkan gitarnya dengan asal, dan Arsen memikirkan bahan obrolan.
"Oh iya, ngomong-ngomong gimana keadaan adiklu?" Tanya Arsen.
"Gak ada perubahan," Jawab Awang singkat. Ia tidak mau terlalu memikirkan keadaan adiknya jika berada disekolah. "Semoga dikasih yang terbaik yah!" Ucap Ezra turut bercampur rasa. "Makasih," Jawabnya singkat.
Sejak tiga bulan terakhir, adik perempuannya sudah tak seperti biasa lagi, ia mesti dirawat diruang IGD selama satu bulan. Bukannya sembuh, adiknya malah butuh beberapa perawatan itensif. Dia terkena kanker yang entah apa penyebabnya.
Sebagai seorang kakak, kehilangan kebahagiaan adik adalah masalah terbesar. Rara adik Awang yang kini harus terbaring lemah dirumah sakit. Ayahnya yang tak bisa pulang karena menjadi TKI di negeri Tiongkok dan ibunya sibuk dengan kerjaanya dikedinasan, membuat Awang menjaga Rara sehabis pulang sekolah.
Bahkan, seminggu terakhir ruang rawat rumah sakit ia anggap sebagai rumahnya, ia relakan demi menjaga adiknya yang sedang sakit. Bukan hanya itu, para suster dan perawat yang berada dirumah sakit hampir semua telah mengenal Awang yang terkadang menjadi teman asik mengobrol saat waktu senggang.
Kini harapan yang paling besar yaitu melihat adiknya dapat tersenyum bahagia. Meski ia tahu bahwa kanker adalah pembunuh berbahaya, tetapi Awang tak mau berharap kematian adiknya. Rara yang tersayang harus segera menang melawan kankernya, meski perhitungan keberhasilannya kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Running After You (Revisi)
Teen FictionKetika jalan hidup memaksa dirimu untuk memilih salah satu yang kau cintai, dari dua yang berarti untuk dirimu. Maka korbankanlah salah satunya.