"Kalau bisa, aku tidak akan pernah merepotkanmu lagi"
-Rania
Berdandan dengan rapih, menyisir rambut panjangnya, dan bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Rania berniat untuk menjenguk Tia yang sudah pulang dari rumahnya dan masih menjalani istirahat sementara.
"Mah aku berangkat yah!" Rania beranjak pergi menggunakan angkutan umum.
Ia membawa sekantung buah-buahan dan juga cemilan kecil berserta susu kotak. Rania berharap Tia akan senang jika sahabatnya datang untuk berkunjung. Jikalau hati boleh jujur sosok Rania merasa kesepian jika tidak ada Tia di sampingnya, tidak ada teman baik, tidak ada teman curhat dan tidak ada teman yang membantunya.
Meskipun banyak orang yang masih bisa seperti itu, tapi perihal ikatan hati tidak bisa dibeli dengan apapun. Tia adalah sahabat yang paling berarti bagi Rania, dirinya yakin dia adalah orang yang tepat untuk ia perdulikan dan ia jaga.
Sesampainya di rumah Tia.
"Permisi." Sambil mencoba memasuki rumah.
"Iya, siapa yah?" Tanya Ibu Tia pada Rania.
"Ini Rania bu," Ujar Rania.
"Eh Rania toh! Silahkan masuk. Ibu lupa gak pake kacamata jadinya burem deh." Monna selaku Ibu Tia mempersilahkan Rania masuk, ia bersikap sangat ramah kepada sahabat anaknya itu. "Gimana kabarmu Rania?" Sembari duduk di ruang tamu.
"Baik bu, Rania udah pulih," Jawab Rania. "Syukurlah kamu harus sehat terus ya." Rania mengangguk pelan. "Oh iya, sebentar yah ibu panggil Tia dulu." Sambil mempersilahkan Rania untuk minum dan bersiap memanggil Tia.
Setelah beberapa saat, Tia pun muncul.
"Rania!!"
"Tiaa!!"
Suara keduanya saling bersautan.
Mereka berpeluk hangat pertanda mereka berdua saling rindu, tak bisa dibayangkan oleh kata-kata ketika seseorang bertemu kembali setelah pisah dengan orang yang mereka sayangi. "Kamu apa kabar?" Tanya Rania kepada Tia, "Baik, kamu apa kabar?" Tanya Tia berbalik.
Setelah mengobrol menanyakan kabar dan saling melepas rindu, Rania berniat untuk meminta maaf kepada Tia karena sudah merepotkan.
"Aku bener-bener minta maaf yah! Ngerepotin kamu sampe sakit begini," Ujar Rania dengan lemah lembut.
"Ah sudahlah, kau kan sahabatku. Jangan pernah merasa perhitungan lah!" Sambil menepuk pundak Rania dan mencoba melarutkan rasa bersalahnya.
Namun, tiba-tiba raut wajah Tia berubah, yang awalnya tersenyum kini terlihat ingin menanyakan sesuatu yang serius pada Rania. "Bagaimana sama kamu? Masih sering melakukan hal itu?" Tanya Tia mencoba serius dengan pertanyaanya.
"Masih melakukan hal itu?"
Raut wajah ceria dari Rania seketika hilang atas pertanyaan sahabatnya tersebut. Ia tidak merasa tersinggung, tapi ia memaknai hal itu sebagai kepedulian. Rania mencoba menjawab pelan.
"Em ... sebenarnya aku lagi berusaha, semoga saja berhasil."
"Aku berharap kamu ga ngelakuin hal—"
"KUE DATANG!!!" Seru Monna menyajikan kue bolu yang tercium sedap dan menggiurkan.
"Silahkan dimakan yah! Tia makan bareng sama Rania jangan diabisin sendirian!" Monna akhirnya meninggalkan mereka berdua mengobrol dan kembali menuju dapur.
"Iya Mah!" Jawab Tia, "Ayo Rania dimakan dulu bolunya, sumpah enak banget ini."
"Okey!" Rania menyambar bolu pemberian Monna, rasanya sangat lezat dan ramah dirasakan oleh lidah remaja yang menginginkan hal manis juga rasa unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Running After You (Revisi)
Novela JuvenilKetika jalan hidup memaksa dirimu untuk memilih salah satu yang kau cintai, dari dua yang berarti untuk dirimu. Maka korbankanlah salah satunya.