Keesokan harinya saat istirahat pertama tiba, Naren memilih untuk tidak pergi ke kantin bersama Rifan dan Abas, ia lebih memilih pergi ke ruang BK untuk konsultasi mengenai jurusan yang akan ia pilih dalam SNM.
Tok..tok..tok..
Naren mengetuk pintu ruang BK yang terbuka dan mengucap salam kepada guru yang ada dalam ruangan
“Permisi, Bu Siti,” ucap Naren sopan
“Eh Naren, masuk aja sini Nak,” pinta Bu Siti selaku guru BK yang ada di SMA Angkasa
Bu Siti memang sudah mengenali sosok Naren karena Bu Siti adalah tetangga sekaligus teman dekat alm, Ibu Naren. Bu Siti yang sudah menduga bahwa Naren akan konsultasi dengannya langsung mempersilkan Naren duduk di kursi yang ada di hadapannya.
“Jadi begini Bu, saya kan Alhamdulillahnya mendapat kesempatan masuk perguruan tinggi melalui jalur undangan, nah saya ingin meminta pendapat Bu Siti, semisal pilihan pertama saya di teknik industri UGM begitu bagaimana ya, Bu?” tanya Naren
Bu Siti yang mendengar ucapan Naren pun sedikit terkejut karena dari tahun-tahun sebelumnya tidak ada alumni yang bisa tembus jurusan teknik industri di UGM
“Waduh…kalau teknik industri UGM peluangnya kecil banget Ren, Ibu nggak bisa jamin kamu bakal keterima disitu,” jelas Bu Siti hati-hati agar tidak menyinggung Naren
“Loh kenapa, Bu?” tanya Naren penasaran
“Kalau di sekolah kita ini dari dulu belum pernah ada alumni yang masuk ke teknik industri UGM, Ren. Nah, record alumni di sekolahan itu kan juga ngaruh ke sistem penilaian SNMPTN, makanya peluang kamu buat masuk ke jurusan itu tipis,” jelas Bu Siti
Bu Siti pun dapat melihat dengan jelas perubahan raut wajah Naren yang awalnya gembira menjadi murung. Beliau pun berusaha memberi semangat kepada Naren.
“Ren, kalau kamu masih tetap ingin mendaftar di jurusan itu ya tidak apa-apa, yang penting kamu berdoa sama Allah supaya bisa diterima, dan kalau sayangnya kamu belum lolos, kamu masih bisa ikut jalur SBMPTN atau bahkan jalur Mandiri juga,” ucap Bu Siti.
“Baiklah kalau begitu, Bu. Terima kasih ya bu, nanti saya pikir-pikir lagi,” ucap Naren yang sudah bangkit dari kursi mulai berjalan keluar meninggalkan ruangan.
Bu Siti pun hanya mengangguk dan tersenyum manis kepada Naren. Setelah melakukan konsultasi dengan Bu Siti, Naren langsung menyusul kedua temannya. Sedari pagi perut Naren keroncongan karena seperti biasanya ia engga sarapan dengan mantan ibu tirinya itu.
“Tumben kalian duduk disini, biasanya juga di tengah sana,” Tanya Naren yang kelelahan mencari keberadaan Rifan dan Abas yang ternyata makan di meja kantin paling pojok.
“Tau tuh si Abas, mentang-mentang disitu ada mbak crush langsung ngajak duduk di sini,” ucap Abas sambil mengarahkan kedua bola matanya ke sebelah kiri meja mereka. Meja tersebut ditempati beberapa siswi kelas 11 yang sedang asyik bersenda gurau sambil makan cilok.
“HEH NGADI-NGADI LO, ngga ya gua ngajak duduk disini ya emang pengen aja,” sangkal Abas
“Halah lu Bas, gausah alesan deh, gua udah tau kali,” ucap Naren malas sambil meninggalkan mereka berdua untuk memesan satu porsi nasi soto dan segelas es jeruk.
Naren pun rela mengantri demi nasi soto kesukaannya itu. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Naren datang ke meja Rifan dan Abas dengan membawa mangkok di tangan kanannya dan segelas es jeruk di tangan kirinya. Mereka pun menghabiskan makanan dengan lahap dan tak bersisa. Dua puluh menit waktu istirahat mereka sudah habis, ketiganya bergegas masuk ke dalam kelas dan melanjutkan pembelajaran hingga waktu pulang tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUKA JADI LUKA
Teen FictionMengisahkan tentang sosok Naren mahasiswa teknik Industri'19 yang menyimpan segudang masalah dan ditutupi dengan sifatnya yang dingin, emosian, dan tak mau dikekang. Ia bertemu dengan gadis rupawan bernama Shena yang tak lain adalah mahasiswi baru d...