Senja penuh duka di kawasan perumahan Naren kini mulai tergantikan oleh suasana malam yang kelam. Orang-orang yang sedari tadi berkumpul di rumah Naren satu persatu sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini hanya tersisa Naren yang sedang merenung di ruang tamu dan Bi Inem yang sedang mengurusi uang duka.
Ting..ting..ting..
Bunyi bel yang ada di samping pintu utama rumah Naren berbunyi beberapa kali yang menandakan adanya tamu yang berkunjung. Bi Inem yang mendengar suara bel itu pun langsung bangkit dari duduknya dan membuka pintu besar putih dengan gagang berwarna emas itu. Bi Inem tak asing dengan sosok wanita yang berdiri dihadapannya.
“Nyo..Nyonya..,” ucap Bi Inem dengan nada sedikit gemetar
“Halo Bi, udah lama ga ketemu ya, Naren di dalem?” tanya mantan istri Ayah Naren
Ya, orang itu adalah mantan ibu tiri Naren yang datang kembali ke rumah setelah kepergian Ayah Naren. Bi Inem hanya bisa menunduk dan enggan menjawab pertanyaan dari Rosa, mantan istri majikannya. Tanpa izin, Rosa melenggang masuk ke dalam Rumah dan mendapati Naren yang sedang melamun di sofa warna abu-abu yang ada di ruang tamu.
“Ibu turut berduka cita ya, Nak,” tutur Rosa dihapadapan laki-laki yang bermuka murung itu.
Sontak, Naren pun terkejut ketika mendengar suara yang familiar baginya. Mata Naren terbelalak ketika mendapati wajah seorang wanita yang kehadirannya tidak pernah diharapkan.
OH SHIT HERE WE GO AGAIN, batin Naren.
“Ada perlu apa sampai Anda harus datang kesini?” Tanya Naren dengan nada tinggi
“Kamu kok gitu sama Ibu, kamu belum tau ya kalau sertifikat rumah ini atas nama ibu?” ucap Rosa enteng.
“SIAL,” umpat Naren yang langsung meninju meja kayu yang ada dihadapannya.
Ternyata wanita itu tidak hanya kejam tapi juga licik, diam-diam ia mengubah hak kepemilikan rumah ketika Ayah Naren sedang sakit. Setelah Ayah Naren meninggal ia datang kembali untuk menjadi penguasa di rumah yang menjadi satu-satunya tempat berteduh bagi Naren.
“Tenang.. tenang.. kamu nggak bakal Ibu usir kok, kamu masih bisa tinggal disini kalo kamu mau nurut sama Ibu,” jelas Rosa dengan menyunggingkan senyuman sinis kepada Naren
Naren tidak merespon ucapan sang Ibu, ia langsung pergi ke kamarnya untung menenangkan diri
***
Keesokan harinya, raut wajah Naren tak seceria biasanya, ia masih tak terima dengan kejadian yang ia alami semalam. Bi Inem yang sudah bangun sejak adzan Shubuh sudah menyiapkan dua piring nasi goreng cumi yang dihidangkan di meja makan. Rosa juga sudah bersiap di meja makan dan mengenakan pakaian kantor.
Naren turun dari tangga dengan seragam yang masih berantakan, rambutnya pun tidak disisr dan terlihat masih basah. Ia melenggang keluar rumah tanpa menoleh ke arah ruang makan sedikit pun.
“Naren sarapan dulu sini sama Ibu,” pinta Rosa yang melihat Naren
Sayangnya, Naren sudah sampai teras rumah dan tidak merespon ucapan Ibu tirinya itu. Rosa langsung mengumpat karena tindakan Naren
“Dasar tuli,” umpat Rosa.
***
Naren tiba disekolah dan langsung memarkirkan motor ninja hitam kesayangannya. Pasca meninggalnya sang Ayah, Naren berubah menjadi murung dan tak banyak bicara. Bahkan dengan kedua temannya pun belum bisa bercanda tawa. Ia hanya berangkat sekolah, mengerjakan soal ujian, pulang ke rumah lalu menyendiri di kamar. Hal itu terus berlangsung hingga UNBK selesai dilaksanakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUKA JADI LUKA
Genç KurguMengisahkan tentang sosok Naren mahasiswa teknik Industri'19 yang menyimpan segudang masalah dan ditutupi dengan sifatnya yang dingin, emosian, dan tak mau dikekang. Ia bertemu dengan gadis rupawan bernama Shena yang tak lain adalah mahasiswi baru d...