14

39 5 0
                                    

"Andai aku bisa mengubah alur kehidupan, mungkin saat ini aku sedang bahagia."
.
.
.

Di saat semua orang belajar dan menatap papan tulis yang penuh akan coretan angka maupun tulisan, gue dan Rista malah bermain bulu tangkis dilapang tanpa ada siapa pun selain kita berdua.

Tek tok tek tok

Suara pantulan cock terdengar, membuat kakak kelas yang berada dilantai dua penasaran.

"Re kayanya kita diliatin deh dari atas," ucap Rista seraya masih bermain.

Gue melihat ke arah yang dimaksud Rista, ternyata di sana terdapat beberapa kakak kelas cowok yang asik melihat ke arah gue dan Rista. "Ah iya Ris ternyata lumayan banyak yang liatin." Gue akui kenapa kita berdua dilihat seperti itu, sebab sekarang seharusnya masih jam pelajaran.

"Rea mana Rea? Yang namanya Rea?" Tanya Kakak kelas yang berada dilantai dua.

Terdengar ada yang memanggil nama gue, otomatis gue mengangkat tangan seraya tersenyum lalu melanjutkan bermain bulu tangkis bersama Rista.

"Rea semangat Rea!!"

"Rea semangat."

Ntah kenapa mereka memberi semangat kepada gue. Ya walaupun gue gak tau siapa yang ngomong, tapi gue tau orang yang disebelahnya. Ya, Kak Farhan, orang yang disebelah orang yang memberi semangat kepada gue.

Fiks, gue rasa hari ini gue seperti sedang tanding serius dan diberi support oleh mereka. Padahal ya gue sama Rista cuma main-main aja, menghilangkan rasa bosan di kelas karena kelas gue jamkos.

Dari sisi lapang terlihat Bela sang adik kelas laknat sedang melihat ke arah gue dengan wajah datar. Emang ya adik kelas sekarang gak ada sopan santunnya sama kakak kelas. Bukannya gila hormat, tapi di sekolah kita belajar bagaimana caranya saling menghormati dan menghargai sesama murid atau pun guru.

"Rista gue cape sumpah, udah berapa lama kita panas-panas an? Haus gue Ris," keluh gue sambil berjongkok untuk menghilangkan rasa lelah sejenak.

"Kayanya udah satu jam kurang deh Re. Kalo ada yang mau minjem raketnya bilang aja nih kita udah bosen gitu mainnya hahaha," ucap Rista dengan raket yang diputar-putar.

Kringg.. kringg... Kring..

Tak lama jam istirahat tiba, suara bel berbunyi di seluruh penjuru kelas. Membuat seluruh murid berhamburan keluar kelas.

"Baru istirahat tuh, balik ke kelas yu. Males gue kalo ketemu banyak orang," ajak gue pada Rista untuk kembali ke kelas.

"Kuy lah, simpen dulu raketnya Re ke ruang olahraga."

Gue mengangguk. Akhirnya kita berdua berjalan menuju ruang olahraga dan menyimpan raket serta cock nya.

Setelah itu kita berdua kembali ke kelas untuk beristirahat tanpa ke kantin terlebih dahulu.

***

Rangga || Siang Re, mbb ya aku baru pulang.
11.00

Rangga || Udah makan belum Re?
11.01

Begitulah notif dari Rangga yang gue lihat. Gue akui Rangga terlihat peduli sama gue tapi gue belum bisa membalas perasaan nya saat ini. Karena gue masih belum bisa melupakan Davian, meskipun dia telah membuat gue terluka.

ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang