PROLOG

65.8K 4.6K 285
                                    

Sebelum baca di follow dulu yuk biar aku seneng.

Sequel of Crazy Man

🔹Selamat Membaca🔹

🔹Selamat Membaca🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Ro-robia, dia siapa?" Tanya Khadafi dengan suara paraunya.

"Maaf Daf, gue gak bisa nikah sama lo, dia udah kembali," Xaula langsung melepaskan cincin pertunangannya dengan Khadafi, lalu mengembalikannya dan pergi bersama lelaki yang berada disampingnya.

***

"Robia, saya sakit,"

"Lo udah gede Daf, jangan apa-apa ngadu ke gue! Gue lagi sama Adit, JADI JANGAN GANGGU GUE LAGI"

***

"Bunda, kakak kangen Xaula,"

"Sayang, Xaula sudah memilih pilihannya sendiri. Belajar ikhlas ya, gantengnya bunda."

Pagi yang cerah membawa seorang laki-laki muda nan tampan kedalam ruang kelas pesantren Al Falah. Sangat terlihat jelas bahwasanya lelaki itu sedang bersiap-siap untuk bergilir hafalan dengan seorang guru disana atau bisa disebut ustad.

Teman depannya sudah berdiri, lalu berjalan kebelakang tanda dia sudah selesai dengan hafalannya, sekaranglah giliran Khadafi untuk hafalan pada ustadz tersebut.

"Sudah hafal, Ale?" Tanya ustadz tersebut sambil mencari nama Khadafi di buku jurnal absennya.

"Ustad, sudah saya bilang jangan panggil saya Ale," protes Khadafi saat hendak menyetorkan hafalannya.

"Loh kenapa? Ale 'kan bagus."

"Khadafi ya ustad jangan Ale, nanti jadi ale-ale," ucap Khadafi mendatangkan canda tawa saat dia ingin menghafal. Lumayan biar tidak tegang-tegang banget saat hafalan.

"Ya sudah ayo setoran, Khadafi."

"Bismillahirrahmanirrahim......." Awal yang bagus saat Khadafi mengucapkan basmalah dengan nada panjang, namun sangking panjangnya sampai sang ustadz menepuk-nepuk punggungnya.

"Khadafi. Hei. kepanjangan itu baca basmalahnya," tegur sang ustad membuat Khadafi tersadar lalu terkekeh.

"Maaf ustad saya lupa hadist apa yang harus disetorkan pada ustad, soalnya banyak banget hafalan hadist sama ustad lain hehe," seru Khadafi mengeluarkan senyum manisnya.

Ustad itupun hanya menggelengkan kepalanya, sudah tidak heran lagi perihal lupa, karena hanya Khadafi satu-satunya santri yang terlalu cepat belajarnya dengan kecerdasan yang dimilikinya. Bahkan di umur 21 tahun Khadafi sudah masuk semester 8, siap untuk sidang skripsi.

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang