DS|01 •Qalaq•

33.6K 3K 105
                                    


Jangan lupa difollow

🔹Selamat Membaca🔹

Mobil Taxi berhenti tepat di depan pekarangan rumah keluarga Alexander, Khadafi turun menatap rumah tersebut dengan senyuman yang penuh dengan rindu pada ayah dan bunyanya dan juga pada adik kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Taxi berhenti tepat di depan pekarangan rumah keluarga Alexander, Khadafi turun menatap rumah tersebut dengan senyuman yang penuh dengan rindu pada ayah dan bunyanya dan juga pada adik kesayangannya.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum bunda, ayah, Khadafi pulang," salamnya mengetuk pintu.

Tidak lama pintu terbuka menampakkan wanita cantik yang sudah merawatnya sejak di dalam kandungan hingga sekarang.

"Kakak," Zwiena langsung memeluk Khadafi menariknya masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu.

"Ayah, Khadafi pulang nih," teriak Zwiena dari bawah.

Regan selaku ayah dari Khadafi langsung turun menghampiri anak pertamanya dengan penuh kerinduan.

"Apa kabar, Khadafi? Gimana kuliahnya?"

"Alhamdulillah baik, lancar kok yah, tenang aja," saat Regan melepaskan dekapannya, Khadafi celingak-celinguk mencari keberadaan adiknya. "Ade kemana?" Tanya Khadafi.

"Ade belum pulang, katanya lagi ngerjain tugas kelompok dirumah temannya," kata Zwiena.

Khadafi mengerutkan dahinya, tugas kelompok sampai jam sebelas malam, apa wajar dibilang tugas kelompok?

"Bunda sama ayah udah telepon ade? Udah jam segini loh, masa iya tugas kelompok sampai jam segini," Khadafi langsung mengeluarkan ponselnya mencari nama adiknya, lalu meneleponnya.

Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif.

"Ya Allah. Ade, kemana sih, jam segini belum pulang," gumam Khadafi khawatir.

"Kakak duduk dulu, tenangin pikirannya, sebentar lagi juga pasti pulang," ucap Zwiena dengan lembut.

"Ngga bisa tenang bunda, kakak mana yang biarin adiknya belum pulang jam segini? Terlebih lagi dia perempuan, bahaya banget," ucapnya semakin cemas.

Khadafi, Regan dan Zwiena menunggu didepan pintu sambil memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 01.45 dini hari, Khadafi semakin dibuat uring-uringan karena sang adik belum terlihat batang hidungnya dirumah ini.

"Bunda, Ade kemana sih? Abang mau lapor polisi aja deh sekarang," kata Khadafi berjalan mengambil kunci motor, namun lengannya dicekal oleh Regan.

"Khadafi, duduk!"

"T-tapi, yah,"

"Duduk, Khadafi. Percuma kamu melapor polisi, adik kamu belum 48 jam menghilang. Jadi kita tungguin saja ya, sambil menelepon teman-temannya Mila," ujar Regan menenangkan Khadafi.

"Ayah, gimana kalau ade kenapa-kenapa? Kakak khawatir, jam segini Ade belum pulang,"

Khadafi kembali duduk, dan menelpon semua teman adiknya itu, tapi sayangnya kata semua yang mencangkup disini hanyalah untuk dua orang, kerena hanya merekalah yang Khadafi punya nomornya.

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang