DS |29 •Kamu Hanya Pelampiasan•

11.6K 1.4K 162
                                    

Yuk yang mau masuk grup Diskusi Semesta berikut adalah link gc nya

https://chat.whatsapp.com/Bz717nCWunX2MOnnbdhqwd

com/Bz717nCWunX2MOnnbdhqwd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah jam 00.00 malam Khadafi masih saja menunggu kabar dari Xaula. Notifikasi ponselnya tiba-tiba berdering, dengan sigap dia membuka ponselnya. Semangatnya kembali meredup, itu pesan dari Damar. Awalnya mau di abaikan, namun Damar langsung meneleponnya.

“Wa’alaikumussalam. Ada apa gus malam-malam telepon?”

“Lo di mana tadz?”

“Di rumah, kenapa?”

“Cewek yang lo suka ada di club malam.”

Khadafi langsung membulatkan matanya. Apa-apaan ini, wanitanya sedang berada di club malam? Tunggu, tunggu, berarti Damar juga berada di club malam dong. Ya Allah semakin kacau suasana. Khadafi segera mengambil jaket tanpa melepaskan baju gamis yang ia kenakan. Dia pun segera meminta alamat club itu pada Damar agar dirinya bisa langsung masuk ke dalam sana.

“Gus, kirimkan alamat clubnya. Saya ke sana sekarang.”

“Lo kalau mau ke sini jangan pakai gamis, tadz. Nanti malah di usir, pakai baju biasa okey. Gue kirim alamatnya, cepet ya, noh cewek lo udah di godain sama cowok lain.”

Khadafi baru saja melangkah, dia berbalik badan melihat pakaiannya yang masih mengenakan gamis dan kopeah. Sepertinya dia sudah tidak perduli dengan pakaiannya ini. Langsung saja dia pergi ke club yang Damar maksud.

Semakin memanas dirinya saat membaca pesan teks dari gus Damar jika Xaula di goda dengan laki-laki lain.

Sesampainya di sana. Benar saja Khadafi di larang masuk oleh satpam. Dia semakin memaksakan untuk masuk. Dengan kegaduhan yang di sebabkan Khadafi membuat semua orang menatap dirinya.

Dia menelpon gus Damar. Damar yang melihat Khadafi berpakaian seperti itu hanya menepuk jidat dari kejauhan. Dia menghampiri Khadafi, lalu menyuruh satpam untuk keluar.

“Dia teman saya pak, tenang saja dia cuma mau ketemu saya.”

Ucapan Damar langsung di percaya oleh satpam yang mengejar Khadafi.

Laki-laki ini sudah pusing dengan musik dan lampu yang berkerlap-kerlip. Dia baru pertama kali masuk ke tempat yang penuh maksiat ini. Damar membawa Khadafi untuk duduk dulu di kursi, namun Khadafi langsung menolaknya dan menanyakan keberadaan Xaula.

“Gus, istri saya dimana?”

“Hah. Istri? Kapan lo nikah? Halu aja nih.”

“Cewek yang kamu maksud adalah istri saya Gus. Capatlah, hati saya sudah sangat khawatir dan merindukannya.”

“Noh. Lagi sama cowok. Lo yakin dia istri lo? Kok begitu sih.”

Khadafi melihat ke arah pandang Damar. Benar saja Xaula sedang bersama laki-laki lain. Dia bahkan memakai baju ketat dan duduk di sebelah laki-laki itu. Emosinya kian meledak, langsung saja Khadafi menghampiri mereka yang sedang asik berduaan.

“Robia,” panggil Khadafi dengan penuh kekecewaan.

Xaula terkejut dan langsung berdiri menutupi pahanya yang terpampang jelas. Khadafi langsung membuka jaketnya dan memakaikannya di bagian paha Xaula. Untung saja dia membawa jaket, seperti ada yang memberitahunya jika jaket itu sangat berguna, dan yah—sangat berguna untuk menutupi jenjang aurat Xaula.

“Ustadz, lo ngapain di sini?”

“Harusnya saya yang menanyakan itu ke kamu. Kemana saja kamu selama tiga hari ini? Kenapa susah dihubungi? Katanya kamu lagi nginap di rumah budeh kamu, tapi kenapa sekarang kamu di sini sama laki-laki lain? Bermesraan pula? Kenapa Robia? Saya butuh penjelasan dari kamu.”

Khadafi sudah menahan air matanya agar tidak jatuh begitu saja di hadapan Xaula. Hatinya sungguh hancur melihat wanita yang ia cintai bahkan sudah menjadi istri, bermesraan dengan laki-laki lain di tempat haram seperti ini.

Xaula mengusap wajahnya gusar. Dia tidak tahu harus menjawab apa dengan semua pertanyaan Khadafi. Hanya kesiapan hati yang ia punya untuk kembali menyakiti Khadafi kesekian kalinya.

Baru saja Xaula ingin menjawab semua pertanyaan Khadafi, laki-laki itu berdiri dan merangkul Xaula layaknya kekasih. Khadafi semakin membulat, kan, matanya. Dia ingin memisahkan Xaula dengan laki-laki itu, namun terlebih dahulu Xaula mengecup pipi laki-laki itu.

“Ro—robia, kenapa kamu menciumnya? Di—dia siapa?” lirih Khadafi dengan menahan sesak di dadanya.

“Maaf tadz. Gue nggak bisa lanjutin nikah di KUA sama lo. Gue mohon ceraikan gue, toh kita baru nikah siri. Jadi gue mohon, lo mending pergi aja dari kehidupan gue, karena orang yang selama ini gue tunggu udah kembali. Lo cuma pelampiasan gue doang selama dia pergi.”

Xaula langsung melepaskan cincin pertunangannya, lalu mengembalikan pada Khadafi yang masih terkejut dengan semua ini. Gadis itupun langsung pergi dengan laki-laki itu.

Air mata Khadafi tidak bisa di tahan lagi. Dia menjatuhkan dirinya, dan menangis sesegukkan di dalam club ini. Damar hanya bisa menenangkan Khadafi dengan sebisa mungkin. Dia pun terkejut melihat temannya yang sangat tulus ini di tolak mentah-mentah, padahal mereka sudah menikah siri.

“Ustadz, pulang yuk. Di sini banyak setannya.”

“Sakit Gus. Dada saya sesak mendengar istri saya lebih memilih laki-laki lain hiks
... Gus, bolehkah saya menyicipi alkohol? Pikiran saya sangat kacau, Gus,” lirih Khadafi berucap tanpa akal sehatnya.

 Gus, bolehkah saya menyicipi alkohol? Pikiran saya sangat kacau, Gus,” lirih Khadafi berucap tanpa akal sehatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀

Yuk ah difollow, vote dan komen biar makin semangat akunya

Follow Instagram
@melati_dipr
@ale.rgnrx
@ale.zwienarx
@pouridiper

Jangan lupa bahagia💓

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang