DS|03 •Almar'at thamina•

23.3K 2.6K 143
                                    

Pemandangan indah yang Regan tangkap sangatlah menenangkan hatinya, walau tadi dia sangat khawatir pada putri bungsunya yang belum pulang sampai dini hari, tapi sekarang hatinya tenangan sedikit melihat Zwiena sedang memeluk Camila yang sedang men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan indah yang Regan tangkap sangatlah menenangkan hatinya, walau tadi dia sangat khawatir pada putri bungsunya yang belum pulang sampai dini hari, tapi sekarang hatinya tenangan sedikit melihat Zwiena sedang memeluk Camila yang sedang menangis. Dia tahu pasti putrinya punya alasan kenapa dia pulang selarut ini.

Perlahan Regan masuk dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Assalamualaikum bidadarinya ayah," salam Regan masuk ke dalam kamar Camila.

"Eh ayah, sini masuk. Liat nih si manis nangis terus dari tadi, padahal bunda nggak marahin dia," ucap Zwiena membuat Camila mengeratkan dekapannya semakin kencang menangis.

Regan duduk di sebelah Camila. Dia mengelus pucuk kepala Camila dengan penuh kasih sayang, "Udahan yuk nangisnya, tidak kasihan emang sama matanya? udah lelah banget tuh keliatannya, minta di istirahatin matanya," ujar Regan berusaha memberhentikan tangisan Camila.

Camila menggeleng cepat, dia malu untuk menatap kedua orang tuanya karena kesalahannya yang telah berbohong dan berakhir seperti ini.

"A-ade malu, bunda. A-ade udah bohong sama kalian hiks ... Ade takut dimarahin Allah. Karena udah bohong sama bunda, sama ayah," Gumamnya menangis sesegukan.

Zwiena menatap Regan, seakan menyuruh Regan untuk menenangkan Camila agar tidak menangis terus-menerus.

"Ade mau Allah gak marah sama ade 'kan?" Tanya Regan masih setia mengelus pucuk kepala Camila. camila mengangguk pelan, "Sekarang kamu berhenti nangisnya, abis itu mandi, ambil air wudhu, kita sholat tahajjud bersama, minta maaf sama Allah. Karena Ade udah berani ngebohongin bunda sama ayah dan juga kakak," ujar Regan membuat Camila melepaskan dekapannya pada Zwiena.

Zwiena tersenyum melihat putrinya merasa bersalah atas perbuatannya, "Camila, nanti sehabis sholat cerita sama bunda ya, semua kebohongan yang kamu lakuin, okey," seru Zwiena mengecup pucuk kepala putri bungsunya, Regan pun ikut mengecupnya.

Regan dan Zwiena memang tidak pernah memarahi anak-anaknya. Mereka merawat Camila dan Khadafi dengan penuh kasih sayang. Melihat kehamilan Khadafi yang penuh rintangan dan cobaan, membuat hati Regan teriris karena telah gagal menjaga Khadafi sewaktu di dalam perut Zwiena. Sekarang waktu yang tepat untuk Regan menebus semua kesalahannya selama ini. Dia tidak akan biarkan satu masalah masuk ke dalam hubungan keluarganya ini.

Kini Camila, Zwiena dan Regan sudah siap untuk sholat tahajjud berjamaah. Keluarga kecil yang dibangun Regan sekarang sangat harmonis, bahkan Dimas sangat bersyukur melihat adiknya yang dulu hidup dengan cobaan berat sekarang dia merasakan bagaimana rasanya bahagia bersama keluarga.

Sedangkan diruang bawah, Khadafi masih mengintrogasi Xaula dan Dave yang masih bungkam dan hanya bertengkar setiap salah satu dari mereka membuka suara.

Brak!

"Ya Allah. Cepet kek bilang siapa yang salah? Kenapa ade saya bisa pulang selarut ini dan siapa yang nyuruh ade saya pake baju begituan?!"

DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang