CHAPTER 3

4.1K 1K 101
                                    

"Kenapa kalian nolong gue?"

Pertanyaan itu Niki lontarkan saat Junkyu selesai mengobati luka tembakan Haruto tadi.

Haruto yang melipat kedua tangan sambil bersandar di tembok ruangan itu, masih saja menatap sinis Niki. Mashiho memasang tampang biasa, tidak menunjukkan rasa tidak suka pada Niki tapi tidak juga terlihat senang dengan keberadaan pemuda itu di dalam rumahnya.

Junkyu menyimpan kembali kotak obat khusus di lemari kecil, kemudian menghampiri Niki lagi dan duduk di bangku depan pemuda itu.

"Seperti yang gue bilang tadi, gue butuh informasi dari lo." Junkyu berujar pelan.

Niki memasang tampang malas. "Ya, informasi apa yang lo butuhin?"

"Lo bilang lo gak bunuh manusia dan ghoul KW tadi ngincar lo," kata Junkyu. "Jelasin kenapa mereka bisa sampai ngincar lo."

Niki diam beberapa saat. Air mukanya kembali suram, teringat oleh insiden yang menimpa dirinya dan teman-temannya beberapa hari lalu.

Haruto berdecak. "Woi! Ngomong lo!"

Niki tersentak oleh teriakan Haruto yang disusul bunyi degung ketika kepalan Haruto menghantam rak buku.

Mashiho terkekeh dengan ketidaksabaran Haruto sementara Junkyu memberi tatapan tajam pada saudaranya.

"Lo berdua tunggu di luar aja," pintah Junkyu.

Haruto mendelik kesal sebelum membuka pintu dan membantingnya keras-keras, entah kenapa mood-nya belakangan ini begitu buruk. Benar-benar masa puber yang tidak stabil. Bawaannya selalu menguarkan aura ingin membunuh.

Untung saja Haruto sudah jadi manusia normal, jika  masih jadi half ghoul atau paling buruknya menjadi ghoul permanent, bisa dipastikan sudah banyak korban berjatuhan karena kelemahan Haruto mengendalikan hasrat.

Junkyu melirik Mashiho yang masih menertawakan Haruto.

"Lo juga."

Tawa Mashiho berhenti.

"Kenapa? Gue nggak bakal ganggu kayak Haruto, kok."

Junkyu memberi isyarat mata yang segera Mashiho pahami. Tanpa komplain lagi, Mashiho langsung keluar dari ruangan, menyusul Haruto yang kini rebahan di sofa.

Junkyu kembali menghadap Niki.

"Sekarang lo boleh cerita semuanya ke gue."


























Ke eseokan harinya, 2 mobil yang memuat masing-masing enam orang itu berhenti di pelataran rumah Junghwan.

Teman-teman Junghwan menunggu di teras rumah sambil mengobrol ringan.

"Mama sebenarnya khawatir biarin kamu pergi, tapi Mama juga nggak tega kalo temen-teman kamu yang lain liburan sementara kamu nggak," kata Mama Junghwan sembari menyerahkan tas berisi  pakaian Junghwan.

Junghwan terkekeh pelan, menaruh ransel di sampingnya.

"Khawatir kenapa, Ma?"

"Ya, kamu kan tahu sendiri cuma kamu anak Mama satu-satunya, terus juga ini pertama kalinya kamu bakal keluar kota."

"Mama tenang aja, ada Kak Hyunsuk sama Kak Jihoon yang bakal jagain Junghwan."

Mama menarik senyum paksa. Wanita itu benar-benar khawatir membiarkan Junghwan libur di kota lain dalam waktu seminggu. Sejak Junghwan lahir, Mama Junghwan tidak pernah beepisah jauh apalagi tidak bertemu dalam waktu lama. Wanita itu sangat menyayangi Junghwan.

Ghoul 2 | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang