CHAPTER 10

2.2K 536 35
                                    

Tiga hari menjelang perayaan festival.

Alun-alun menjadi sibuk beberapa hari ini, sebagian besar hunter dan anggota bantuan dari Faksi Alokasi sibuk mereparasi setiap sudut alun-alun. Jaga-jaga agar tidak terjadi kesalahan saat festival berlangsung.

Watanabe yang juga ikut berpartisipasi dalam reparasi itu melihat Takata yang berdiri tidak jauh darinya, mengawasi para hunter yang bekerja dari balik layar iPad-nya.

Watanabe mendekat dan menyapa saudaranya itu.

"Ada apa?" tanya Takata dengan nada malas.

"Bisa luangkan waktu sebentar?" ujar Watanabe. "Ada yang mau saya bicarakan."

"Bicara saja."

"Di ruangan tertutup lebih baik."

Takata tidak protes lagi, memilih mengikuti Watanabe yang berjalan lebih dulu ke dalam sebuah ruangan.

"Sebenarnya apa yang mau kau bicarakan sampai membawa saya ke sini?"

Watanabe terlihat mengeluarkan sebuah file dari dalam kotak dan menyodorkannya pada Takata.

"Apa maksudnya ini?"

"Buka saja."

Takata membuka file tersebut dan membaca isinya. File itu rupanya daftar anggota-anggota hunter yang telah diberhentikan oleh Takata setelah mendapat izin Kenamada.

"Ya, lalu apa hubungannya dengan yang mau kau bicarakan?"

Ekspresi wajah Watanabe berubah serius.

"Alasanmu memberhentikan mereka secara tiba-tiba terlalu berlebihan," katanya. "Pasti ada alasan lain, kan?"

Tidak langsung menjawab, Takata balas menatap Watanabe dengan raut dingin.

"Kenapa diam? Sebenarnya apa rencanamu?"

"Tidak ada rencana lain, mereka diberhentikan murni karena kondisi mereka sudah tidak dalam keadaan bisa bekerja keras."

Watanabe tetap tidak bisa menerima alasan itu.

"Mereka rata-rata hanya terluka, 2-3 bulan lagi, dalam sebulan lagi kondisi mereka akan kembali prima."

Takata menghela napas seraya berdiri.

"Kalau tidak ada lagi yang mau dibicarakan, saya permisi."

Watanabe ikut berdiri.

"Saya yakin kamu merencanakan sesuatu." Watanabe mengambil kembali file tersebut. "Apa pun itu, suatu hari pasti akan terkuak."

Takata memberi tatapan sinis.

"Sebelum itu terjadi, mungkin salah satu dari kita sudah jadi mayat," ucapnya sebelum berlalu pergi.

Meninggalkan Watanabe yang syok mendengar ucapan sarkas dari Takata.

"Apa maksudnya?..."


















Di Aerl, pagi-pagi sekali Yoshi dan Junkyu sudah bersiap menjalankan misi.

Setelah memakan waktu perjalanan, keduanya pun tiba di lokasi tujuan.

Gedung-gedung tinggi tampak menjulang di depan sana. Meski begitu, suasana kota sangat sunyi, tidak seaktif wilayah-wilayah lainnya.

Mereka kemudian menyusuri lorong-lorong gedung tinggi tersebut. Sebelum tiba di perbatasan, keduanya harus melewati pasar swalayan dulu.

Setelah beberapa saat, tembok tinggi perbatasan menyambut mereka. Dari jauh, keduanya bisa melihat sekelompok hunter di pos penjagaan menjaga gerbang perbatasan Aerl.

Junkyu melihat sekeliling, tapi tidak ada yang aneh.

"Gimana?"

"Gak tau, gue belum bisa mastiin," jawab Junkyu.

Merasa tidak mendapat petunjuk, mereka akhirnya pergi dari sana.

"Sumpah, aneh banget gak sih kita?" ujar Yoshi.

"Aneh gimana?"

"Gak tau, kayak orang kesasar kita di sini," kata Yoshi. "Kita jalanin misi yang kita sendiri gak tau misinya apa."

"Bukannya misi kita nyari tahu keanehan di Aerl?"

"Iya itu, tapi kita belum juga nemu keanehannya apa."

"Kita liat-liat aja dulu."

Setelah berjalan-jalan di sekitar situ, keduanya memutuskan untuk makan siang di salah satu kafetaria.

"Pesan apa?" tanya pelayan di kafetaria itu.

Junkyu dan Yoshi menyebutkan pesanan masing-masing.

Keduanya duduk menunggu dengan tenang .

"Mau?" Junkyu menawarkan permen.

"Thanks," kata Yoshi sambil menerima pemberian Junkyu.

Tiba-tiba seseorang menggebrak meja, membuat beberapa pengunjung kafetaria berjengit kaget. Termasuk Yoshi dan Junkyu.

"Menyebalkan, sejak perang atar bangsa ghoul dan hunter berakhir, keadaan Aerl semakin krisis!"

Samar-samar Yoshi dan Junkyu mendengar percakapan pengunjung yang menggebrak meja barusan, mereka duduk di belakang mereka.

Keduanya refleks pasang telinga.

"Benar, masalahnya bukan di bangsa ghoul," ujar pengunjung yang satunya. "Sejak perjanjian damai, mereka sudah tidak pernah datang merusuh di wilayah ini."

"Ya! Justru sekarang kita seperti diteror oleh kaum hunter!"

"Gara-gara tokoku digusur oleh mereka, pendapatanku jadi berkurang."

"Sudah satu bulan dan pemimpin hunter tidak peduli sama sekali dengan laporan-laporan keluhan kita! Atau mereka memang sengaja mengabaikan wilayah Aerl?"

"Maksudmu, Mr. Kanemoto?"

"Siapa lagi? Berengsek sialan itu sepertinya bermalas-malasan saja sejak perjanjian damai!"

"Hei, kecilkan suaramu, jika seseorang mendengar kau bisa diberi hukuman."

Mendengar percakapan itu, Yoshi  terenyak. Kaget mendengar percakapan yang berbicara buruk tentang hunter dan ayahnya itu.

"Jangan-jangan... ini yang dimaksud Kakek..." gumam Yoshi.

Ghoul 2 | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang