Jangan lupa vote dan komen
Happy reading***
Jeffry menggeliat pelan ketika sinar matahari mengganggu tidurnya. Ia membuka matanya perlahan dan mengusap wajahnya sebelum benar-benar membuka matanya.
Jeffry tersenyum tipis ketika mendapati Lalice yang masih tertidur di pelukannya. Ia sedikit menggeser tubuhnya agar semakin leluasa untuk menatap wajah istrinya yang masih tertidur itu, tapi ternyata pergerakannya itu justru malah membuat Lalice terusik.
Lalice melenguh pelan sebelum membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang langsung meneranginya ketika ia membuka mata.
"Kok bangun?" Jeffry mengusap pipi Lalice. "Tidur lagi aja kalau masih ngantuk."
Lalice menggeleng lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Jeffry. "Morning." ucapnya dengan suara yang sedikit serak.
Jeffry terkekeh lalu mencuri satu kecupan dari bibir Lalice. "Morning babe."
"Gak ada kelas kan lo hari ini?"
"Gak ada." jawab Lalice. "Lo sendiri ada kelas gak?"
"Gak ada juga." jawab Jeffry dengan memeluk Lalice, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher gadis itu.
"Terus gak ke kantor?"
"Engga— EH ANJIR!" Jeffry yang tadinya akan kembali memejamkan matanya langsung terduduk ketika mengingat bahwa hari ini ia ada meeting penting. "Gue lupa kalau hari ini ada meeting."
"Dih goblok." ucap Lalice. "Meeting jam berapa?"
"Sembilan."
Keduanya lalu melirik kearah jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.
"Telat, sekarang udah mau jam sebelas." ucap Lalice. "Lagian lo kenapa gak ngomong dari semalem kalau hari ini ada meeting?"
"Ya gue mana inget kalau hari ini ada meeting, orang semalem aja pikiran gue penuh sama kegiatan kita doang."
Lalice memukul lengan Jeffry. "Gak usah dibahas!"
Jeffry tertawa. "Kenapa? Padahal seru banget loh kegiatan kita semalem tuh."
"Bacot Jeff."
Tawa Jeffry semakin keras ketika melihat wajah Lalice yang mulai memerah, mungkin karena malu. "Lagi yuk." ajaknya dengan memeluk tubuh Lalice.
"Apaan lo, kagak mau gue!"
"Dihh, dosa lo nolak ajakan suami."
"Ya lo mikir dong anjir! Dikira gak capek apa." ucap Lalice dengan mendengus sebal.
"Loh kan yang gerak gu—"
"Stop! Gak usah ngomong lagi lo." sela Lalice lalu mendorong pelan tubuh Jeffry. "Udah sono lo pergi ke kantor."
"Udah telat kali, meeting nya juga pasti udah selesai."
"Lagian pasti udah diurus sama Samuel atau mungkin sama Papi juga."
"Dih gak ada tanggung jawabnya banget lo. Udah sana pergi ke kantor."
Jeffry menghela napasnya. "Yaudah iya bentaran gue pergi ke kantor nya."
"Tapi kok Samuel gak ada nelpon gue ya?" Jeffry lalu mencari ponselnya. "Handphone gue mana sih?"
"Noh." Lalice menunjuk ke lantai, dimana ponsel milik Jeffry tergeletak disana.
"Kok ada di lantai?"
"Ya kan semalem sama lo dilempar gara-gara ada yang telpon terus."
Memang semalam itu ketika Jeffry dan Lalice tengah melakukan kegiatan panasnya itu ponsel milik Jeffry tak henti-hentinya berdering yang membuat Jeffry berdecak sebal karena merasa sangat terganggu dan berakhir dengan ia yang melempar benda persegi itu dengan asal ke lantai.