Jangan lupa vote dan komen
Happy reading****
Jeffry langsung membuka pintu apartemennya dan melangkah masuk. Ia tidak pergi ke rumah sakit karena Yura memberitahunya bahwa Lalice telah pulang ke apartemen. Walaupun gadis itu sempat membentak-bentaknya ketika ditelepon Jeffry tetap berterimakasih karena Yura sudah memberitahu tentang keadaan Lalice dan menjaganya.
Lalice yang sedang berada di ruang tengah bersama Zaiden dan temannya sontak menoleh ketika mendengar pintu terbuka.
"Wuihh ada yang baru pulang nih." Zaiden tersenyum lebar melihat Jeffry. "Bawa oleh-oleh gak bang?"
Salsa— gadis yang Zaiden bawa untuk bertemu dengan Lalice untuk meminta bantuan tentang tugas sekolahnya sontak saja memukul paha pemuda itu karena menurut Salsa tidak sopan berbicara seperti itu.
Jeffry tak memperdulikan perkataan Zaiden dan langsung duduk disebelah Lalice yang hanya diam. Jeffry menghela napasnya lalu menatap Zaiden. "Den, lo bisa balik ke unit lo dulu gak?"
Zaiden yang menangkap sinyal ketidakberesan antara pasangan tetangganya itu langsung mengangguk. Tanpa bertanya pun ia bisa menebak bahwa sepertinya Jeffry dan Lalice sedang tidak berbaikan, karena kentara sekali jika mereka sedang seperti itu ia tidak melihat kebucin keduanya yang selalu membuatnya berdecak sebal.
"Ayo Sal ke unit gue aja." ajak Zaiden pada Salsa.
Salsa mengangguk lalu tersenyum pada Lalice. "Kak makasih ya udah bantuin kita buat ngerjain tugas."
"Iya sama-sama." balas Lalice dengan tersenyum. "Nanti kalau masih ada yang belum kalian pahami kalian kesini lagi aja."
"Iya kak."
"Jangan aneh-aneh lo Den berduaan sama cewek di unit lo." pesan Lalice pada Zaiden.
"Iya kak gue gak bakal aneh-aneh ini kali." ucap Zaiden seraya berdiri setelah membereskan buku-bukunya. "Yaudah gue sama Salsa ke unit gue dulu ya."
Lalice hanya menganggukkan kepalanya. Setelah Zaiden dan Salsa keluar Jeffry pun langsung memfokuskan dirinya pada Lalice.
"Babe ada yang harus kita bicarain."
"Katanya baru pulang besok, kok sekarang udah disini aja?" Lalice mengabaikan perkataan Jeffry itu dan malah mengalihkan pembicaraan.
"Itu gak penting. Sekarang aku mau jelasin semuanya dulu." ucap Jeffry lalu menghela napasnya. "Boleh aku liat handphone kamu?"
Lalice tak menjawab dan hanya mengarahkan pandangannya keatas meja dimana ponselnya berada. Jeffry langsung mengambil benda persegi itu dan menghidupkannya, ada satu nomor yang tidak dikenalinya yang menjadi perhatiannya.
Jeffry pun membuka ruang obrolan dengan nomor yang tidak dikenalinya itu dan mengeraskan rahangnya ketika melihat foto dirinya yang memang seperti tengah berciuman dengan seorang perempuan, persis seperti yang dikatakan oleh Yura ketika ditelepon.
"Foto ini..." Jeffry menunjukkan foto yang berada di ponsel Lalice. "Gak kaya yang kamu liat dan kamu kira. Aku gak mungkin ciuman sama cewek lain. Aku disana bener-bener sibuk sama kerjaan dan gak pernah ada pikiran atau niatan buat ngekhianatin kamu dan ngelakuin hal kaya gitu dibelakang kamu."
Jeffry lalu beralih menggenggam tangan Lalice. "Kamu percaya kan sama aku?"
Lalice tersenyum tipis dan menarik tangan dari genggaman Jeffry. "Apa yang bisa buat gue percaya sama lo?"
"Aku bakal buktiin kalo semua ini cuma salah paham. Aku gak mungkin ngelakuin itu babe, tolong percaya sama aku oke?"
Lalice mengedikkan bahunya. "Gue gak tau Jeff, gue gak bisa percaya sama lo gitu aja sebelum gue liat kalau semua itu emang cuma salah paham kaya yang lo bilang."