KEPINDAHAN DAN TEMPAT MISTERIUS

16 3 4
                                    


Happy reading

Hari ini akan menjadi hari baru dalam hidupku. Yang dulunya aku hidup bebas menikmati hidup tanpa bayangan kini harus tinggal disebuah gedung khusus yang akan seperti apa aku tidak tahu dan pastinya tanpa bayangan.

"Kau akan membawaku atau tidak? Tolong jangan tinggalkan aku." Kulihat dia yang saat ini sedang memasang wajah sedih namun bagiku itu menjijikkan karena hanya dibuat-buat. Dengan sabar aku segera mengambil cermin pemberian ibu lalu memasukannya kedalam tas ransel.

"Bagaimana kalau ketahuan? Aku yakin mereka akan menyita untuk penelitian selanjutnya."

"Tidak akan karena hanya aku, ibu, dan kau yang tahu bagaimana bentuk dari cermin ini jadi jika kau ingin muncul jangan terlalu sering dan beri tanda seperti biasa padaku agar tidak ada yang curiga." Selesai semua mengepak kini aku berjalan menuju ruang tengah dengan dirinya yang tentu mengikutiku melalui cermin atau kaca di rumah ini.

"Keluarlah jika kau ingin keluar tapi segera masuk kembali ke tempat asalmu, disaat kau tahu mereka akan datang." Ia tersenyum senang lalu keluar dari kaca lemari di sebelah televisi. Kemudian duduk di sebelahku dengan uluran tangan untuk memelukku. Merasa bahuku basah segera aku menatapnya dalam bingung. Dia menangis tersedu melihatku dan ini bukan pertama kalinya tapi melihat matanya membuatku berpikir ada apa dengan dirinya?

"Aku senang bisa memelukmu ini karena efek sinar matahari pagi dan aku mungkin akan merindukan tempat ini." Dia merindukan tempat ini tentu saja karena tempat ini adalah awal kita berjumpa tapi jika tentang efek matahari pagi sudah lama aku tahu. Dia hanya akan keluar disaat aku memanggil atau mengijinkannya namun jika tentang sentuhan itu karena matahari pagi.

"Jangan begitu tenang saja, tempat ini akan aman aku menitipkannya pada Mahesa saudaraku yang akan tinggal disini kau sudah mengenalnya, jadi tenang dan jaga perilaku jika tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa" Dia mengangguk. Ada banyak hal yang ingin kuketahui dan itu harus tertahan sampai waktunya tiba. "Aku ingin bertanya, kenapa kita harus harus terpisah? Bukankah kita adalah satu kesatuan utuh tapi kenapa harus dengan media cermin kita baru bisa bertemu?"

Aku tidak tahu harus menjawab bagaimana, karena apa yang dia bilang memang benar. Manusia dan bayangan itu adalah satu kesatuan yang memang sudah dari lahir ada. Seperti sisi manusia yang saling bersama menjaga keseimbangan agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Karena inilah mereka menarikku untuk masuk ke gedung khusus agar mengetahui apa yang terjadi padaku.

Jangan tanya kenapa aku menerimanya karena sejatinya aku tidak mengerti bagaimana aku mengiyakannya dengan begitu mudah. Mereka bilang ini menyangkut tentang sisi didalam diriku dan aku akan mengetahuinya saat berada di gedung U.tara. "Kita akan tahu jawabannya saat berada di sana yang terpenting tetap bersama dan ikuti alurnya" setidaknya ini cukup untuk menenangkannya. Selain itu aku juga masih bertanya tentang dia yang memiliki wajah hampir mirip denganku.

Jika dia adalah bayangan harusnya berwujud hitam tanpa terlihat wajah ataupun tubuhnya namun dia tidak. Semua tampak seperti manusia pada umumnya yang membedakan hanyalah sedikit cahaya di sekitar tubuhnya, tempat ia tinggal, dan sentuhan. Dia tidak bisa disentuh didalam atau diluar cermin karena sejatinya dia hanyalah bayangan. Tapi pagi ini sungguh membingungkan, hanya dengan sinar matahari pagi dia bisa merasakan sentuhan?

Berjam-jam lamanya aku habiskan dengan tenggelam didalam pikiran sampai terdengar suara mesin terparkir di depan rumahnya. Ia melihat sosok disebelahnya dia kira sudah kembali tapi ternyata malah tertidur bersandar di bahunya. Ingin membangunkan dengan menyentuh bahunya tapi sudah tidak terasa apa-apa jadi terpaksa ia berbisik sedikit keras akar yang diluar tidak tahu kalau dirinya tidak sendiri. "Bangun cepat mereka sudah datang" bisiknya membangun sosok itu dengan muka cemberut menatapnya.

Diary Of Me: MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang