Happy reading
Satu jam lebih aku terdiam di tempat sepi, di depan ku kini terdapat rumah terakhir ibu yang dikelilingi beberapa tumbuhan dan taburan bunga segar dan harum. Entah apa yang aku pikirkan namun untuk saat ini aku memilih untuk menenangkan diri di depan rumah ibuku. Kulihat jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul lima sore dan langit sebentar lagi mulai gelap. "Maaf ibu aku tidak tahu apa yang harus aku katakan selain terimakasih dan aku menyayangimu" setelahnya aku berlalu pergi segera kembali ke gedung dengan sebuah mobil yang mengantar ku kemari.
Perjalanan tidak terlalu memakan waktu dan kini aku sudah berjalan menuju kamarku yang berada di lantai dua gedung. Jika di visualisasikan gedung U.tara memiliki luas yang terbilang hampir seluas kota tempat ku tinggal dulu dengan gedung mereka yang membentuk huruf U dengan sekitarnya yang dikelilingi pepohonan. Meski begitu tempat ini tidak ada yang mengetahuinya entah kenapa mereka setiap melewati jalan dekat gedung ini selalu mendengar orang-orang berbicara namun tidak ada wujudnya atau karena mendengar cerita horor tentang gedung ini yang mana itu tidak ada benarnya.
Karena gedung ini memiliki sistem yang sulit untuk dijelaskan namun intinya orang biasa tidak akan melihatnya hanya tertentu saja. "Shua, ingin pergi denganku atau menitip sesuatu? Aku akan pergi ke kantin" aku melihat Antares yang sedang menutup pintu kamarnya. "Tidak perlu, ada yang harus aku kerjakan lagipula aku masih memiliki makanan" dia mengangguk kemudian berlalu setelah mengucap pamit. Aku membuka pintu kamarku yang terletak tepat didepan kamar Antares kemudian berjalan masuk.
Sembari menutup pintu aku ingat telah menyimpan sebuah buku tanpa judul yang ku temukan di perpustakaan. Aku ambil buku itu dari dalam tas kemudian berjalan kearah meja belajar. Duduk di sana kemudian membuka halaman demi halaman sampai aku menemukan sebuah judul yang menurutku menarik.
Sebuah judul yang berisi 'satu roh dua jiwa' dengan dua halaman yang termuat namun memiliki beberapa tulisan abstrak yang sulit dimengerti. Meski demikian aku tetap berusaha memahami apa makna tulisan-tulisan tersebut dan terdapat satu petik yang membuat diriku terdiam.
'roh itu adalah daya tanpa perasaan namun dengan dua jiwa dia akan memiliki semuanya, ibarat sebuah baterai dengan dua kutub yang masing-masing terpasang kabel untuk mengalirkan energi listrik agar lampu mampu bersinar terang' Melihat itu membuatku teringat masa awal dimana aku baru saja menginjakkan kaki di tempat ini. Dengan tiba-tiba aku terdampar di sebuah tempat namun terjebak di dalam sebuah benda dan itu adalah masa hidup seseorang yang aku kenal sangat aneh bukan? aku mencoba untuk kembali dari imajinasiku dan mulai membaca buku itu kembali.
'Saat ruh terbentuk, dua jiwa dengan dua simbol berbeda berdiri berhadapan dengan sebuah sekat transparan yang sulit untuk ditembus, ruh yang telah terbentuk sempurna akan menyalurkan energinya pada dua jiwa untuk menjadi satu kesatuan utuh dan bila salah satu dari jiwa menyerap lebih banyak energi ruh maka keseimbangan di dalam diri tidak akan terjadi. Satu jiwa yang memiliki energi ruh lebih banyak dapat pergi keluar menemui sosok raga pemilik energi ruh dan jiwa namun dengan sebuah perantara, meski begitu satu jiwa tersebut akan hidup terpisah dengan pemilik energi ruhnya dengan semesta berbeda'
Jadi selama ini terdapat dua jiwa dalam satu raga dengan satu ruh sebagai energinya? bagaimana hal yang tidak masuk di akal ini terjadi? tidak ada satu makhluk yang hidup dengan dua jiwa di dalam dirinya apalagi jiwa itu dapat bertemu dengan raganya dan tinggal di semesta lain. jika memang ada bagaimana keduanya menjalani kehidupan masing-masing? Bukankah dengan dua jiwa akan menyakitkan untuk sang raga karena harus membagi energinya sehingga dia akan cepat lelah tanpa sebab.
Ini membuatku semakin bingung hingga kepalaku terasa pusing mungkin ada baiknya aku bertanya soal ini kepada Antares dia mengetahui banyak hal tentang ini daripada aku semakin gila. Segera ku langkahkan kaki menuju kamar Antares, mengetuk pintu kemudian masuk saat sudah dipersilahkan masuk.
"Pertama kalinya kau berkunjung selamat datang di kamarku maaf saat ini masih terlalu berantakan" kami duduk di sebuah sofa panjang berwarna biru gelap. Aku mengamati setiap sudut kamarnya yang mana hampir di penuhi lilin yang entah digunakan sebagai apa. Di sudut ruangan tepat disebelah kanan meja belajarnya terdapat satu rak besar berisi buku-buku dan di rak tertutup paling bawah diisi dengan botol kaca warna-warni. Aku melihat kearah depan dimana ada satu lemari sedang dengan dua pintu kaca yang di dalamnya terdapat alat seperti alat praktikum kimia dengan toples kaca berkilau entah apa fungsinya.
"Terimakasih untuk ucapan selamatnya dan kamarmu cukup unik?" Dia tertawa pelan menatap ku dengan dagu yang sedikit naik begitu dengan mata yang seakan memandang rendah lawan bicaranya. "Tentu, aku menata dengan sedemikian rupa sehingga sesaat orang lain masuk akan memberikan kesan yang mendalam dan itu akan selalu diingat."
"Kalau tentang itu sudah pasti mereka akan ingat bagaimana aura aneh keluar dari kamarmu hingga membuat bulu kuduk mereka berdiri dengan melihat barang-barang tidak wajar terpajang rapi di kamarmu apalagi dengan lilin-lilin ini aku yakin tidak akan ada yang ingin berkunjung kemari setelahnya, benar-benar cerminan seorang dukun"
"Sudah aku bilang aku seorang anak penyihir dan itu berada ditingkat teratas dukun lagipula banyak orang sini berkunjung kesini dan ini semua bukan aneh tapi keunikan kau bisa bedakan?" dia menggerakkan tangannya seolah-olah sedang menarik sesuatu dan beberapa saat kemudian sebuah teko dan dua buah cangkir datang lalu menata diri di atas meja. Sudah biasa banyak benda melayang sendiri di sekitar gedung entah ada yang menggerakkan atau di pegang sesuatu tapi biasanya ini ulah Antares karena dia satu-satunya yang bisa dengan hal itu.
"Jadi ada apa?"
"Beberapa kali kau berkata kalau ada sesuatu yang akan datang dan itu akan mengubah segalanya didalam hidupku jadi apa itu sebuah buku?" Dia menyesap minumannya dengan kening berkerut seperti sedang mengingat sesuatu. "Sepertinya aku menyimpan sesuatu tentang itu, tunggu sebentar" dia berjalan menuju rak berisi buku-buku yang hampir semua terlihat kuno dari sampulnya.
Antares kembali duduk membawa satu buku bersampul abu-abu kemudian diberikannya buku itu kepadaku. "Penjelasan tentang bukumu itu ada di sana semuanya tertera dengan jelas, aku belum memastikan benar atau tidak karena aku belum menemukan buku satunya jadi ambil dan buktikan buku itu benar adanya."
"Baiklah dan terimakasih aku harus segera pergi ada pertemuan setelah ini"
"Oh! Dengan Sir ligero?"
Aku mengangguk kemudian berlalu sebelum aku benar-benar keluar Antares memberiku sedikit pesan dan aku berlalu pergi dari kamarnya. Memegang sebuah buku lumayan tebal membuatku berfikir tentang maksud buku biru tadi. Sampai aku membuka buku ditangan ku dan menemukan sebuah bab yang membahas jiwa dan ruh. Dan satu petikan lagi membuat dahiku kian mengerut.
"Hanya satu untuk dua dan bukan dua untuk satu"
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of Me: MIRROR
FantasyDia itu hidup namun memiliki dimensi yang berbeda meski masih dalam satu semesta dan tempat yang sama, dia memiliki rupa yang berbeda namun berwujud sama denganku. Jika dikatakan dia adalah hantu maka itu salah karena dia hanyalah bagian yang entah...