Happy reading
"Kau bisa mendengar ku?" Suara itu yang pertama kali kudengar setelah bersusah payah membuka mata yang terasa berat. Menyesuaikan cahaya yang awalnya terasa silau saat ini sudah lebih baik sehingga aku dapat melihat siapa sosok yang membantu membangunkan ku.
"Butuh sesuatu?" Aku melirik kearah meja kecil disampingku kemudian berusaha menunjuk pada segelas air yang sudah disediakan. "Aku bantu bangun supaya kau dapat minum" dia membantuku bangun. Sejujurnya aku ingin bangun sendiri namun apa daya tubuhku terasa lemas seperti energi dalam diriku terserap habis oleh sesuatu sampai kepalaku terasa pusing meski kini aku sudah minum segelas air.
"Sepertinya pengenalan akan ditunda mengingat keadaanmu saat ini, berbaringlah nanti ada seseorang datang untuk menemanimu kau bisa bertanya sesuatu dengannya setelah kau merasa sehat aku pergi dulu." Aku hanya mengangguk kemudian berbaring untuk mengistirahatkan sejenak tubuhku.
Aku menutup mata berusaha untuk tidur namun yang terjadi malah sebaliknya, ada penyebab kenapa aku sulit untuk tidur itu terjadi karena pikiranku yang terus bersuara mengingat tentang kejadian beberapa waktu lalu. Aku membuka mata melihat langit-langit ruang tempatku beristirahat kemudian bergulir kesisi lainnya seakan melihat seisi ruang yang hanya ada barang umum seperti di rumah sakit.
Lalu mataku tertuju pada sebuah jendela tepat disamping kananku, cuaca saat ini sedang cerah dan yang menjadi pusat perhatianku adalah dream catcher yang tergantung dengan liontin kecil tepat di tengah lingkarannya.
Aku merasa tidak asing dengan liontin itu, seperti pernah melihatnya disuatu tempat tapi tidak tahu dimana tempatnya. Omong-omong soal cuaca aku teringat tempat dimana aku berada beberapa waktu lalu, tempat yang entah dimasa apa aku tidak tahu tapi yang jelas itu berkaitan dengan temanku yang kini bersemayam disebuah cermin. Ingin ku bercerita lebih tepatnya bertanya tentang apa yang terjadi tapi kuurungkan karena cermin pemberian ibu masih berada terselip didalam koperku.
Memikirkannya akan semakin membuat kepalaku sakit mungkin ada baiknya aku memejamkan mata meski rasanya tidak bisa tidur. "Permisi apa ada orang?" Seseorang masuk ketika aku baru saja memejamkan mata, ada rasa kesal didalam hatiku saat seseorang mengganggu waktu istirahatku.
"Ku pikir tidak ada orang" aku masih memejamkan mata saat dirasa ada orang mendekat kearah ku namun ada yang aneh. Bila seseorang masuk melalui pintu harusnya ada suara pintu terbuka dan juga terdapat suara langkah kaki karena ruangan ini sangat sunyi. Hawa sekitar juga terasa lebih dingin apa suhu menurun drastis seperti ini? Perasaanku mulai gundah dan saat ini aku membiarkan mataku terbuka dan yang kudapat adalah pintu itu tertutup rapat.
"Mencari ku?" Sebuah kepala berada tepat diatasku ketika aku mencoba untuk melihat keatas. Dia tertawa kecil melihat bagaimana ekspresi terkejut di wajahku ketika wajah pucatnya tepat beberapa senti dari wajahku, dia mengubah posisinya menjadi duduk bersila disampingku dan tentunya dengan melayang.
"Maaf membuatmu terkejut sebenarnya aku tidak memiliki maksud seperti itu hanya saja kamar ini sudah lama aku tempati dan jarang juga ada kamar ini terpakai jadi yah seperti itu" aku hanya menatapnya bercerita dan ada satu hal yang kuketahui. Dia bisa jadi seorang hantu yang tidak tahu arah artinya arwahnya belum tenang melihat sekitar tubuhnya bercahaya dan transparan tapi jika benar maka tatapannya kosong kenapa dia tidak.
"Aku memang arwah atau bisa disebut hantu namun aku bukan arwah gentayangan yang tidak memiliki arah, sebenarnya aku sudah merasa tenang karena cara meninggalku baik namun karena ada sebuah janji dengan seseorang jadi aku belum bisa pulang ketempat yang semestinya, karena itulah aku masih disini sebagai arwah penunggu itu sebutan orang-orang disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of Me: MIRROR
FantasíaDia itu hidup namun memiliki dimensi yang berbeda meski masih dalam satu semesta dan tempat yang sama, dia memiliki rupa yang berbeda namun berwujud sama denganku. Jika dikatakan dia adalah hantu maka itu salah karena dia hanyalah bagian yang entah...