15

51 9 0
                                    

"Dek," Mama Giselle manggil dari arah kamarnya.

Giselle yang lagi ngemil buah di dapur membalas dengan deheman. "Dek,"

"Apaa maa, lagi makan."

Gak lama mama Giselle keluar dari kamar dan hampirin anaknya. "Ganti baju gih."

Giselle ngerutin kening. "Mau ke mana emang?"

"Papa, ngajak makan malam di rumah barunya." Jelas mama Giselle sambil comot buah yang ada di piring.

Muka Giselle langsung muram. Mama yang lihat hela nafas, lalu usap kepala Giselle dengan lembut. "Dek, mama tau kamu masih kecewa sama Papa, tapi sekarang kamu harus belajar ikhlas, ya? Masa' mama, abang, sama papa udah baik-baik kamu masih sebel hm?"

"Tapi ma ... Adek udah berusaha untuk coba nerima semua itu, gak gampang. Adek takut di sana adek emosi dan malah ngacauin acara."

Mama Giselle senyum lembut, lalu beralih genggam tangan Giselle. "Ada abang dan mama di sana, mama pastiin semua akan berjalan lancar. Lagi pula, tante Aneska baik kok, dek. Dia pasti nyambut kita dengan senang hati."

Giselle natap mamanya ragu-ragu dan akhirnya dia ngangguk, semoga semuanya baik-baik aja seperti yang mamanya bilang.

*******

Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan, mereka sampai di rumah Papa Giselle yang baru. Ini pertama kalinya dia ketemu lagi sama Papanya, dulu Papa coba buat ketemu cuma Giselle yang belum mau ketemu sama Papa.

"Yok ma abang dah laper nih." Kata Yuta sehabis parkir mobil di halaman.

Pinggang Yuta di cubit sama Mamanya. "Kamu jangan malu-maluin ya bang,"

Yuta cuma cengengesan aja. Mereka akhirnya jalan beriringan ke pintu utama, sedangkan Giselle masih mematung di dekat mobil sambil natap rumah di depannya ragu.

Mama yang sadar kalo si bungsu gak ngikutin jalannya menoleh ke belakang. "Dek, kok diem sih? Ayo masuk."

Yuta yang paham sama adiknya itu jalan hampirin Giselle. "Ma, duluan aja nanti abang nyusul sama adek."

Mama awalnya mau protes, tapi setelah lihat muka Giselle yang agak pucet, akhirnya mama ninggalin dua kakak-beradik itu.

Giselle rasanya mau nangis, hati dia sakit banget. Tiba-tiba Yuta meluk adiknya dan ngusap rambutnya dengan sayang. "Ayo adek bisa, kalo mau nangis gak apa abang tungguin."

Setelah itu Giselle beneran nangis. Mungkin keliatan lebay, tapi Giselle bener-bener masih kecewa dan sakit hati sama apa yang terjadi. Dia masih sulit untuk nerima keadaan bahwa keluarganya udah gak utuh kayak dulu.

Selama 5 menit mereka berdiri sambil berpelukan berbagi kehangatan antara kakak dan adik, sampai akhirnya Giselle lepas pelukan dan hapus air matanya.

"Dah, jangan kelamaan nangisnya nanti make up lo luntur." Giselle pengen mukul abangnya tapi gak jadi udah ke buru malas.

Yuta senyum tipis, adiknya ini gemes banget deh, abis itu dia genggam tangan Giselle dan masuk ke dalam rumah. Mereka masuk ke dalam dengan tangan saling gandengan kayak mau nyebrang jalan.

Kelihatan Mama dan seorang perempuan lagi cipika-cipiki, juga ada Papa yang senyum lihat interaksi dua orang di hadapannya. Atensi mereka bertiga teralihkan waktu liat Yuta dan Giselle.

"Ya ampun itu Yuta?" tanya perempuan yang ternyata istri baru Papa.

Istri barunya Papa jalan hampirin Yuta dan meluk lelaki jangkung itu. "Ish makin ganteng aja kamu ya."

Yuta yang di puji hidungnya kembang-kempis. "Iya dong jelas ganteng." balasnya sambil nyugar rambut ke belakang.

Giselle yang lihat sebenarnya mual karena abangnya terlalu narsis, tapi karena masih tremor dia diam aja. Tante– kita sebut aja Bunda Anes. Bunda Anes noleh ke belakang punggung Yuta karena sadar ada seseorang di belakang.

Giselle langsur ketar-ketir dan nunduk malu, dia agak takut. "Eh ada anak cantik?"

Bunda Anes bicara dengan nada lembut dan di sertai sama senyuman manis. Yuta rangkul pundak adeknya dan bawa sejajar sama dia. "Ini bun, Icel." kata Yuta meperkenalkan.

"Oh adek Icel? Ya ampun kamu cantik banget. Tapi karena kamu nunduk gak jadi cantik deh,"

Giselle pelan-pelan dongakin kepalanya dan senyum canggung. "Nah 'kan kalau gini kamu kelihatan cantik, sayang." kata Bunda Anes sambil jawil gemes hidung Giselle.

Akibat perlakuan itu, Giselle mulai sedikit tenang, enggak se gugup tadi. "Ini pertemuan pertama kita ya? Bunda boleh peluk kamu?"

Hening sebentar, sampai tangan Giselle di sikut sama Yuta. "B-boleh."

Giselle jawab dengan gagap, Bunda Anes senyum manis dan rentangin tangannya nyambut Giselle. Pelan Giselle hampirin dengan pelan lalu meluk pinggang Bunda Anes.

Bunda Anes langsung ngusap rambut Giselle dengan sayang. "Bunda seneng akhirnya ketemu sama kamu sayang, kamu cantik manis."

"Pa, udah pada dateng?"

Di saat yang lain lagi merhatiin interaksi antara Giselle dan Bunda Anes, tiba-tiba sebuah suara ngalihin atensi mereka.
Giselle kontan lepasin pelukan dan melihat ke arah suara tadi, dan di sana Giselle melotot juga orang yang bersuara tadi, mereka saling tatap dengan tatapan yang gak bisa diartikan.



























Halo, ini update-an gue sebelum UAS ya, guys. Sorry for typo, btw yang lagi UAS dan mau UAS semangat, ya!!!!!

Kiw balikan yuk-! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang