"Semua punya masanya, itu yang seharusnya kita percaya."
-Gabriel Josè-
HALLO, SELAMAT DATANG UNTUK KAMU
ABSEN DULU YUK DENGAN EMOT LOVE UNGU
ALANGKAH LEBIH BAIK SEBELUM BACA, VOTE DULU TERUS BACA BISMILLAH. UDAH? LET'S GOO
HAPPY READING
Playlist : Laskar pelangi - Nidji
Di atas sajadah, masih dengan balutan mukenah berwarna putih Jingga meringkuk. Gadis itu baru saja terlelap setelah menunaikan sholat subuh, semalam dirinya tidak dapat memejamkan mata karena ucapan Ayahnya terus terngiang di telinganya.
Pukul 07.30, ketika ponsel gadis itu berbunyi nyaring karena panggilan masuk, Jingga terkesiap. Matanya terbuka sempurna ketika netra cantiknya melihat jam yang berdiri kokoh di meja belajarnya.
Ini hari senin, bisa-bisanya dirinya masih berada di rumahnya ketika Siswa-Siswi sedang melaksanakan upacara di bawah terik mentari yang cukup terik senin ini.
Dengan gerakan yang super cepat, gadis itu segera mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya, mengemasi buku-buku yang harus dibawa hari ini. Untung saja Jingga sudah mandi subuh tadi, jadi waktunya tidak akan terbuang lama.
Sebelum keluar kamar, gadis itu mengambil ponselnya yang tadi berdering itu. Gadis itu melihat ada beberapa pesan dari Jorgas dan dua panggilan tak terjawab dari Jorgas juga serta Bu Maya.
"Kamu jaga diri selama Ibu pulang kampung, semua pintu dan jendela jangan lupa dikunci." Jingga memberi hormat, pertanda bahwa ia mengerti apa yang sudah dikatakan Bu Maya.
Bu Maya terkekeh melihat respon Jingga, tangan Bu Maya bergerak membelai surai hitam milik Jingga.
"Ibu cuma seminggu, setiap pagi Ibu akan telpon kamu agar bangun pagi biar bisa lihat Tuan."
Jingga bahkan lupa kalau Bu Maya sedang tidak bersamanya, pantas saja tidak ada yang membangunkannya. Mengingat ucapan terakhir Bu Maya, Jingga mendengus kesal. Hari ini ia tidak dapat melihat Ayahnya, tidak sempat memberikan semangat untuk Ayahnya hari ini.
Jari mungilnya bergerak lincah di atas keyboard ponselnya, mengetikan semangat yang tidak terucap ke roomchat Ayahnya.
"Semangat kerja hari ini, Ayah. Jingga mencintai Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen Fictioncover by @chaygraphic "Kita nggak bisa hidup selamanya, Jia," kata Jorgas memandang Jingga yang menatapnya dengan sorot sendu. Seharusnya ketika dirinya mendengar itu, Jingga berhenti berharap pada "selamanya" yang selalu ia agung-agungkan, seharusn...