4. Sisi Lain dari Jingga

123 44 197
                                    

"Ribuan bahkan ratusan hari pun tidak dapat menjamin seseorang untuk bisa lupa dengan mudah."

–Untuk spiderminenya. Hiro Bumantara.


HALLO SEMUANYA? APA KABAR? 

JAM BERAPA KALIAN BACA PART INI?

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR KAN?

SIAP MENYAKSIKAN KELEMBUTAN SIKAP JORGAS? YUK, MARI KITA INTIP.

EITSSS, TAPI SEBELUM ITU VOTE DULU DONG. MASA KALIAN BACA-BACA DOANG TANPA VOTE SAMA KOMENNYA.


HAPPY READING!

Hari ini, minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, minggu. Sejak pagi tadi sampai menjelang sore yang Jingga lakukan hanya duduk termenung di dalam kamar Kakak laki-laki satu-satunya. Hiro Bumantara, manusia yang pertama kali memberikannya cintanya. Kegiatan Jingga sejak memasuki kamar hanya memandangi seisi kamar yang ternyata sudah cukup usang, benda-benda di kamar tersebut masih sama, tidak ada yang bergeser sedikitpun. Namun, keadaan di dalam kamar ini yang sudah berbeda. Dingin dan berdebu karena sudah tidak ditempati lagi.

"Kak, maaf baru ke kamar Kakak lagi. Jingga kangen Kak Hiro, jadi mampir ke sini," monolognya sembari menatap langit-langit kamar.

"Sudah lama ya, Kak. Delapan tahun Jingga nggak sama Kak Hiro, sepi Kak."

Gadis itu bergeser ke samping nakas, mengambil bingkai foto kecilnya bersama Hiro. Hanya ada satu bingkai di dalam kamar ini dan itu hanya foto mereka berdua saat di danau untuk melihat senja. Tak dirasa, air mata tiba-tiba sudah mengucur deras di pipi Jingga. Rasa sesak memenuhi rongga dadanya ketika melihat foto itu kembali.

Foto itu adalah foto pertama dan terakhir antara Hiro dan Jingga, dan senja terakhir yang Jingga tatap bersama Hironya.

"Ini nggak sakit, jangan nangis cantik."

"Jangan bilang Ibu jahat lagi, ya?"

"Cantiknya Kakak, dengar Kakak ngomong 'kan?"

"Jangan terlalu khawatir, Kakak baik-baik aja. Kakak di sini terus sama kamu."

Tapi, ternyata kata baik-baik saja itu bohong. Ucapan yang katanya akan terus bersama Jingga itu omong kosong. Hiro tidak menepati ucapannya, lelaki itu meninggalkannya sendiri dengan ketakutan-ketakutan yang harus Jingga lawan sendirian.

"Jingga kangen banget, Kak. Pengin peluk Kakak, pengin disayang Kakak lagi."

"Kak, Jingga mau Kakak lagi. Ayo kembali."

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang